MajalahInspiratif.com, Jakarta – Setiap orang tua tentunya menginginkan yang terbaik untuk anak-anak mereka. Keinginan itu termasuk dalam hal kesuksesan di masa depan. Namun, kesuksesan tidak datang begitu saja, dibutuhkan perencanaan, pembinaan, dan pengembangan potensi sejak dini. Hal tersebut sangat diyakini oleh pasangan suami istri Suliastini S.Si & Robhi Tasniem. Namun, alih-alih memaksakan kehendak, Couplepreneur asal Batam ini, kompak memberikan kebebasan kepada the twins menyalurkan bakat dan minat mereka, tanpa menuntut keduanya meraih prestasi sempurna.
Soal merajut dan mengembangkan bisnis, kekompakan Suliastini S.Si & Robhi Tasniem memang tak perlu diragukan. Pasangan pengusaha asal Batam ini termasuk pebisnis tangguh yang sanggup menjalankan serta mengelola beberapa lini bisnis. Mulai dari bisnis tour and travel berlabel Tasniem Tour and Travel, laundry dengan nama Superwash Mediterania, Distributor cat asal Norwegia ‘Jotun’, Sekolah Islam bertajuk Islamic Greatness School, hingga ekspor komoditi.
Tak hanya soal bisnis, keduanya juga begitu solid dalam menjaga keharmonisan keluarga. Karena pasangan suami istri ini memang berkomitmen untuk bahu-membahu dalam menyeimbangkan semua segmen kehidupan.
“Sebagai istri kita memang harus bisa berkolaborasi dengan pasangan. Berjuang bersama membesarkan usaha dan kompak dalam hal apapun. Serta harus selaras dalam mendidik anak-anak. Kenapa saya sebagai istri juga turut andil dalam mengembangkan usaha karena perempuan itu sangat berperan penting dalam mengendalikan perekonomian keluarga dan perusahaan. Kita harus smart dalam mengelola keuangan. Kita boleh berbisnis tapi perhatian kita terhadap keluarga, terutama terhadap suami dan anak-anak harus tetap nomor satu,” ucapnya, bijak.
Sulis dan Robhi, yang telah dianugerahi dua putra kembar bernama Muhammad Fadlan Athallah dan Muhammad Farhan Athallah ini pun senantiasa memberikan pendidikan dan teladan yang baik, sebagai bekal keduanya di masa depan.
Utamakan Pendidikan Agama. Di era globalisasi seperti saat ini, tak bisa dipungkiri berbagai informasi dapat dengan mudah diakses anak-anak lewat internet. Masuknya budaya asing yang bertolak belakang dengan adat istiadat kebanyakan orang Indonesia juga menjadi tantangan tersendiri bagi para orang tua.
Demi membentengi kedua putra kembarnya dari pengaruh buruk arus globalisasi dan pergaulan bebas, Sulis telah menanamkan pendidikan agama dan moral sejak mereka kecil. Ia bahkan menjadikan pola asuh tersebut sebagai prioritas utama. “Kami mengundang guru agama untuk mengajarkan anak-anak mengaji dan sholat secara privat di rumah. Mereka juga diajarkan tentang akhlak yang baik sebagai muslim. Karena kini anak-anak menjalani boarding school, jadi 3 kali dalam 1 minggu guru agama datang untuk memberikan kajian. Ini sudah menjadi fokus kita, karena dengan dasar agama yang baik menjadi pegangan mereka bila suatu saat nanti merantau ke negara lain,” papar Sulis.
Benteng keimanan yang ditanamkan Sulis tersebut, tak bisa lepas dari keyakinan yang menyadari bahwasanya anak adalah amanah yang harus dijaga dan diberikan pendidikan terbaik. Ia juga berpendapat bahwa anak merupakan aset sekaligus investasi. Dengan memberikan pendidikan yang baik, maka anak akan mendapatkan ilmu yang baik pula.
“Pendidikan itu investasi, bukan penentu suksesnya orang. Kalo kita belum bisa mencapai kekayaan materi yang besar setidaknya kita bisa menurunkan ilmu kehidupan yang bermanfaat buat anak-anak kita kelak. Ilmu yang diberikan akan menjadi aset yang tak ternilai yang bisa membuka banyak kesempatan dan memperkaya kehidupan dalam berbagai aspek baik dari segi pemikiran, keterampilan bahkan cara hidup. Kecerdasan emosional, mental dan daya juang adalah ‘reasons’ bagi anak. untuk itu mereka harus dibekali ilmu yang bermanfaat,” tuturnya.
Selain membekali the twins yang akrab disapa Fadhlan dan Farhan ini dengan ilmu agama, hingga saat ini Sulis masih mengontrol ketat pertemanan keduanya. Hal ini sengaja dilakukan agar anak-anak tidak salah pergaulan. “Alhamdulillah, dengan dasar ilmu agama yang sudah tertanam sejak kecil mereka paham apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dikerjakan. Sudah tahu batas-batasan pergaulan dan mereka sudah mem-filter mana teman yang baik dan tidak. Mereka sudah paham siapa yang harus dijadikan teman,” ujar Sulis.
Bukan Generasi Strawberry. Dewasa ini, anak-anak yang terlahir di tahun 2000-an dikatergorikan sebagai generasi strawberry. Sebuah konotasi negatif dan sering digunakan untuk menggambarkan individu yang mudah merasa terluka atau sensitif, mirip dengan kelemahan fisik buah strawberry. Mereka juga dikategorikan sebagai generasi yang lemah secara emosional dan fisik, memiliki ketahanan rendah terhadap tekanan, dan cenderung menghindari konflik. Tak hanya itu, mereka juga kerap dikritik karena keengganan mereka untuk menghadapi tantangan dan masalah yang rumit, serta cenderung mengharapkan hasil instan tanpa usaha keras.
Tak bisa dipungkiri, terbentuknya generasi strawberry tidak lepas dari pola asuh orang tua yang cenderung melindungi anak-anak mereka dari segala bentuk rintangan atau tekanan. Orang tua seringkali memanjakan anak-anak mereka, dengan asumsi bahwa perlindungan dan pemberian keleluasaan dalam semua hal akan membantu mereka sukses.
Pola asuh itulah yang selama ini dihindari Sulis. Selain melatih kemandirian sejak dini, kedua putra kembarnya pun tidak dimanjakan dengan berbagai kemudahan maupun fasilitas mewah. Bahkan saat ini, keduannya tengah menempuh pendidikan di sebuah boarding school.
“Di boarding school, mereka bisa belajar mandiri dan mendisiplinkan waktu. Kami sebagai orang tua pun dari dulu tidak pernah memanjakan anak-anak dengan barang-barang yang mahal. Mereka mau punya sesuatu harus kerja keras dulu baru kita kasih reward. Dari kecil sudah dididik untuk menjadi pribadi yang sederhana. Dan dari kecil kami selalu mengajarkan ilmu untuk selalu berbagi. Mengajarkan ilmu tentang kehidupan menjadi dasar untuk melatih mereka menjadi anak-anak yang tangguh,” ucap Sulis, bijak.
Support Minat Anak. Ditekankan Sulis, selain memberikan pendidikan terbaik, ia dan suami juga berupaya untuk mendukung bidang yang diminati si kembar. Misalnya dalam bidang olahraga golf yang memang sangat digemari keduanya. Sulis bahkan tak segan mengundang pelatih profesional untuk mengasah kemampuan Fadhlan dan Farhan.
“Pada dasarnya, kedua anak kami menyukai berbagai macam olahraga seperti sepak bola dan futsal. Namun ketika pandemi lalu, kami mencoba memperkenalkan olahraga golf yang memungkinkan untuk dijalani saat pandemi. Ternyata mereka suka dan serius untuk menekuni olahraga ini. Akhirnya kami berikan pelatih yang pro untuk melatih mereka,” terang Sulis.
Meski olahraga baru yang ditekuni si kembar terbilang high budget, namun wanita kelahiran Pangkal Pinang, 7 Februari ini, tak segan merogoh dana cukup besar demi membeli peralatan dan fasilitas yang dibutuhkan keduanya. “Sudah menjadi rahasia umum olahraga ini tergolong super mahal. Dari peralatan dan lapangan harganya lumayan mahal. Tapi balik lagi semua Allah SWT yang atur. Allah SWT yang memberikan rezeki untuk anak-anak ini. Alhamdulilah, tak ada budget khusus tapi semua mengalir begitu saja. Apa yang anak-anak butuhkan InsyaAllah ada rezekinya. Dan kami selaku orang tua selalu men-support, yang penting anak-anak improve terus dengan skill mereka,” tekannya.
Siapkan Dana Hari Tua. Sebagai orang tua yang bertanggung jawab terhadap masa depan anak-anak, kelak Sulis dan suami tak ingin menjadi beban bagi anak-anak mereka. Jauh hari, keduanya bahkan telah menyiapkan dana hari tua.
“Kami tidak ingin nantinya hidup kami tergantung kepada anak-anak. Untuk itu, kami sudah prepare usaha yang akan tetap terus berkembang agar masa tua kita terjamin. Sudah menyiapkan tabungan hari tua agar masa tua kami tidak menjadi beban anak-anak. Ada usaha jangka panjang yang bisa menjamin kehidupan tua kita nanti,” ucapnya, bijak.
Namun demikian, Sulis berencana menyerahkan tongkat estafet dari bisnis-bisnis yang ia serta sang suami jalani untuk dilanjutkan pengelolaannya oleh Fadhlan dan Farhan. “Kami sudah merencanakan usaha ini akan diteruskan anak-anak kami. Sedini mungkin kami sudah mengenalkan semua bisnis kami kepada mereka. Dan mereka sudah paham kelak merekalah penerusnya. Rencananya tahun depan kami mulai melibatkan mereka untuk berbisnis,” ungkap Sulis.
Ditambahkan Sulis, terjunnya Fadhlan dan Farhan sebagai profesional golf saat ini juga menjadi langkah awal yang bagus bagi keduanya memasuki dunia entrepreneur. “Kami menilai, ini adalah korelasi yang sangat bagus. Keduanya tidak hanya menjadi seorang Golfer profesional tapi juga menjadi entrepreneur. Dengan berkarier di golf, mereka akan mendapat relasi-relasi dan ilmu baru di bidang ini. Apalagi, di golf anak-anak dilatih untuk fokus kepada diri sendiri, belajar jujur dan belajar mengendalikan diri serta emosi. Ini adalah dasar untuk menjadi seorang entrepreneur,” jelasnya.
Menuntun Tanpa Menuntut. Dalam upaya menuntun anak-anak sesuai bakat yang diminaiti, Sulis tidak pernah menuntut si kembar untuk mencapai prestasi sempurna, baik pada jalur akademik maupun hobi yang ditekuni. Ia pun mengajak kaum ibu untuk melakukan hal yang sama kepada para buah hati.
“Janganlah menuntut anak-anak kita untuk selalu menjadi juara di kelas atau juara dalam bidang apa pun. Biarkan mereka berproses dan menemukan apa yang menjadi kelebihan dalam diri mereka. Kebanyakan ibu selalu menuntut nilai akademis anak harus bagus dan tinggi, padahal pintar secara akademis bukan menjadi patokan untuk menjadi orang sukses. Masing-masing anak mempunyai kelebihan, biarkan anak-anak mengalir prosesnya. Sebagai ibu, tugas kita sekedar menemani, mensupport dan mendoakan yang terbaik buat anak-anak kita. Jadilah ibu yang smart bukan ibu yang selalu menuntut anak-anak untuk sempurna. Jadilah ibu yang friendly, yang bisa menjadi teman buat anak kita dan menjadi tempat curhat anak. Berikan bekal pendidikan agama dan akhlak sedini mungkin, agar mereka punya dasar untuk menjalani kehidupan yang keras ini,” tutur Sulis, penuh nasehat.
Kepada putra kembarnya, Sulis berharap keduanya senantiasa tumbuh menjadi anak yang sholeh, humble dan membumi yang peduli dengan orang-orang sekitar. “Jadilah orang yang bermanfaat baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun negara. Berproseslah dengan cara yang benar, jujur dan bertanggung jawab,” pesannya.
Jadi Pengusaha Berkat Didikan Ibunda
Dianugerahi dua jagoan kembar, bagi Sulis merupakan anugerah terindah yang melengkapi perannya sebagai seorang ibu. bersama sang suami, Robhi, ia pun berjuang keras demi memberikan kehidupan yang layak bagi kedua putra kembarnya. Bukan hanya materi, tapi juga perhatian dan kasih sayang.
“Menjadi ibu, berarti menjadi sosok wanita yang mencintai anak-anak kita sepanjang masa. Apa pun itu akan dikorbankan demi anak-anak. Dan buat saya, ibu adalah tempat kita bersandar di saat kita terpuruk. Ibu adalah orang pertama yang menangis bila kita ditimpa masalah. Hati seorang ibu begitu sempurna, karena dia bisa merasakan apa yang akan terjadi pada kita. Tidak peduli berapa kali kita telah menyakiti hatinya, pintu maaf beliau selalu terbuka untuk kita. Dan doa seorang ibu begitu mustajab untuk anak-anaknya,” tutur Sulis, haru.
Soal pengasuhan terhadap buah hati, sedikit banyak Sulis meniru ajaran yang dahulu senantiasa diterapkan ibundanya di rumah. Terutama soal kedisiplinan dalam beribadah dan belajar. “Ibu saya sangat tegas soal disiplin dalam mengerjakan sholat, belajar dan mengaji. Hal tersebut juga saya terapkan kepada anak-anak. Saya juga selalu memotivasi anak-anak agar mendisiplinkan diri untuk hal-hal yang positif. Dan bertanggung jawab atas pilihan yg mereka sudah tetapkan,” tambahnya.
Kesuksesan Sulis sebagai pengusaha saat ini, juga tak lepas dari didikan ibunda yang sejak ia kecil telah dilibatkan berdagang, guna membantu menopang perekonomian keluarga. “Sebagai karyawan PT. Timah waktu itu, penghasilan Ayah terbilang pas-pasan. Namun, Ibu tidak tinggal diam. Beliau turut membantu mencari tambahan penghasilan dengan cara berdagang. Jadi kami dari kecil sudah biasa dilibatkan untuk ikut jualan. Saya ingat pernah jual sayuran dari hasil kebun dengan naik sepeda. Proses yang menuntun kami bertanggung jawab terhadap tugas itu nyatanya menjadi dasar bagi saya untuk menjadi seorang pengusaha,” ungkapnya.
Dukung Kemandirian Perempuan
Bidang-bidang bisnis yang digeluti Sulis sejauh ini memang lebih banyak merekrut laki-laki sebagai tenaga kerja. Namun, hal tersebut menjadi bukti nyata bahwasanya perempuan juga mampu berkarya dan berkreasi di segala bidang, termasuk di bidang yang didominasi kaum adam.
“Sebagai perempuan, kita tak perlu takut berdampingan atau pun bersaing dengan laki-laki. Apalagi perempuan dianugerahi banyak keunggulan oleh Allah SWT. Perempuan biasanya lebih telaten, teliti dan lebih cermat dalam menghadapi masalah. Selain itu juga lebih kreatif dan inovatif dalam hal-hal ide dan pengembangan usaha,” tekannya.
Ingin mengajak kaum perempuan lain menggapai kemandirian financial, di Islamic Greatness School yang dirintisnya, Sulis memberdayakan para wanita sebagai tenaga pengajar. “Kenapa lebih banyak guru-guru perempuan dibandingkan guru laki-laki? Karena bagi saya wanita lebih cepat dapat feel-nya dalam mendidik anak-anak. Dengan segala bentuk rasa keibuan dan ketelatenan guru wanita bisa mendidik murid-muridnya seperti anak sendiri,” tambahnya.
Diakui Sulis, perannya untuk masyarakat sekitar Batam mungkin belum terlalu besar. Namun, dengan segala kemampuan dan integritasnya, ia berusaha menjadi orang yang bermanfaat bagi masyarakat yang ada di lingkungannya. Perempuan kelahiran Pangkal Pinang, 7 Februari ini rutin menggelar berbagai kegiatan sosial.
“Kami memanfaatkan dana CSR perusahaan untuk hal-hal positif. Selain berbagi sembako yang melibatkan saudara-saduara perempuan saya, kami juga kerap melakukan program pengecatan gratis ke berbagai tempat seperti mesjid, ikon-ikon Kota Batam ataupun fasilitas umum yang biasa dinikmati warga Kota Batam,” papar Sulis, yang pada bulan Agustus lalu, dianugerahi penghargaan sebagai Best Action Bidang Bisnis pada gelaran Woman Empower Woman Award 2024, oleh Majalah Kebaya Indonesia dan Majalah Inspiratif, bekerja sama dengan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.