CEO Azarine Cosmetic, Allura

Brian Lazuardi Tjahyanto: Kembangkan Bisnis Keluarga hingga Go Asean dengan Modernisasi Produk dan Konsep serta Gandeng Lee Min Ho

Bagikan:

MajalahInspiratif.com, Jakarta – Melanjutkan bisnis yang dibangun orang tua tentu bukan hal yang mudah. Bahkan tidak sedikit yang menganggap bisnis keluarga tidak akan bertahan lama di tangan generasi kedua, karena adanya prinsip-prinsip yang berbeda antara orang tua dan anak. Namun, Brian Lazuardi Tjahyanto tidak ingin terjebak dengan pemikiran tersebut. Sebagai generasi kedua, ia berkomitmen untuk mengepakkan sayap bisnis keluarganya menjadi lebih tinggi. Selain merombak sistem dan manajemen perusahaan, ia juga melakukan modernisasi produk dan konsep agar sesuai perkembangan zaman.

Banyak bisnis keluarga yang telah mencapai kesuksesan di tangan pendirinya justru mengalami kemunduran bahkan collapse setelah pengelolaan dan kepemilikian dialihkan pada generasi keluarga. Kesuksesan bisnis keluarga juga seringkali menjadi pemicu konflik keluarga karena adanya perbedaan pandangan antara founder dan generasi penerus.
Tak ingin keadaan tersebut menimpa bisnis kosmetik yang telah dibangun orangtuanya sejak tahun 2002, Brian Lazuardi Tjahyanto bersama kedua saudarinya yakni Cella Vanessa Tjahyanto dan Vernanda Lupita, melakukan banyak perombakan. Namun, demi menghindari kesalahpahaman, perubahan tersebut ia jalani secara bertahap dengan tetap mempertahankan brand yang sudah ada.

“Brand Azarine Cosmetic yang saya handle ini merupakan family business dari Mama saya, Yuniati Sasterakusuma, selaku Founder. Saya mulai bergabung di sini setelah menyelesaikan pendidikan Bachelor of Chemical Engineering (Honours) di tahun 2015,” cerita pengusaha muda yang akrab disapa Brian ini.

Gebrakan Baru. Dituturkan Brian, putra pasangan Tjahyanto dan Yuniati Sasterakusuma ini, Azarine Cosmetic mulai dirintis Sang Mama dari skala rumahan. Mulanya Yuniati Sasterakusuma, yang memang hobi melakukan perawatan tubuh seperti Spa dan Massage terinspirasi menciptakan produk perawatan kecantikan berbahan herbal yang kemudian ia supply ke salon-salon kecantikan hingga hotel.

“Mama membangun bisnis ini dari nol, beliau awalnya menyewa sebuah rumah kecil untuk tempat produksi dan gudang untuk penyimpanan produk. Mama menjalin kerja sama dengan salon dan hotel sebagai pemasok produk-produk treatment kecantikan. Kemudian terus berkembang hingga Mama bisa membeli tempat untuk pabrik kosmetik. Namun, seiring berjalan waktu brand ini mengalami evolusi, terutama ketika saya masuk di tahun 2015. Penjualan Azarine Cosmetic yang tadinya mengusung konsep B to B saya ubah menjadi B to C. Gebrakan baru yang drastis tersebut sengaja saya lakukan karena saya menilai prospek B to C jauh lebih luas dan tidak terpaku pada 1-2 customer. Selain itu, kami juga bisa fokus kepada branding dan merancang design produk semenarik mungkin agar dapat bersaing di pasaran,” terang lelaki kelahiran Surabaya, 30 Juni ini.

Lebih lanjut dijelaskan Brian, konsep B to B sangat bergantung pada salon ataupun hotel langganan. Apalagi, ia menilai sekitar tahun 2012, semakin banyak salon kecil yang tutup sehingga pendapatan Azarine Cosmetic terus berkurang. “Karena ketergantungan dengan salon, otomatis mempengaruhi omset. Apalagi banyak salon yang mencari produk termurah, sehingga kami kesulitan untuk menaikkan harga. Padahal kami sudah memiliki pabrik sendiri, brand kami juga sudah cukup dikenal dan ada standard kualitas yang selalu kami jaga. Saya merasa kami butuh terobosan dengan mengubah konsep bisnis,” tekan Brian.

Tantangan di Masa Transisi. Bukan hal yang mudah bagi Brian untuk melakukan perubahan. Berbagai pertentangan terutama dari orang tua selaku Founder kerap menjadi tantangan yang harus dikompromikan. Apalagi selama ini, mereka menilai Azarine Cosmetic mampu bertahan dengan menerapkan konsep dan produk yang sudah ada.

Setidaknya, butuh waktu tiga tahun bagi Brian mengubah manajemen Azarine Cosmetic. “Kecuali brand, semua kami ubah. Mulai dari logo, promosi hingga packaging pelan-pelan kami upgrade. Produk-produk yang semula hanya fokus pada perawatan tubuh, murni untuk Spa seperti Massage Oil, Lulur, Body Scrub dan Sabun Mandi secara perlahan kami ganti. Begitu juga dengan produk yang kurang laku, kami ubah jadi fast moving. Jadi di tahun 2015, produk perawatan tubuh tersebut selain masih dijual ke salon atau hotel juga sudah mulai kami jual dalam bentuk retail. Lalu di 2018, Azarine Cosmetic hanya fokus memproduksi dan menjual produk perawatan wajah,” tuturnya.

Namun, ditekankan Brian perubahan tersebut ia terapkan secara bertahap, dengan tetap mendengarkan masukan dan sanggahan dari keluarga. “Tantangan internal pasti ada yang terpenting setiap perubahan selalu saya komunikasikan dengan orang tua. Dengan membicarakan secara baik-baik, membuka data perbandingan antara competitor ritel dan salon, sehingga kalau kami mau mendapatkan market share kami harus ikuti perkembangan zaman. Jika masih berdiri ditempat yang sama saya yakin pasti berat dan tidak mungkin bisa bertahan sampai sekarang. Apalagi sebelum pandemi bisnis Spa banyak yang hilang dari peredaran. Kalau kami bertahan dengan konsep lama otomatis omset anjlok, karena kami sangat bergantung pada salon,” paparnya.

Tantangan Brian selanjutnya adalah sistem marketing. Sebagai anak muda yang open minded dan memahami perubahan zaman, Brian menyadari branding sangat penting dalam menjaring pangsa pasar yang lebih luas. Ia pun mengalokasikan dana khusus untuk promosi yang lagi-lagi mendapat tentangan dari keluarga.

“Butuh waktu untuk mengedukasi mereka tentang pentingnya budget untuk branding dan marketing. Karena ketika mereka memimpin, mereka tidak perlu mengeluarkan biaya untuk promo, endorse dan sejenisnya. Tetapi bagi saya, marketing branding bukan biaya tapi investasi jangka panjang. Karena kami tahu brand itu sangat penting di masyarakat. Brand yang lebih dikenal akan lebih dipercaya, sehingga masyarakat berani mencoba produk kami. Apalagi produk kecantikan erat kaitannya dengan kulit, jadi cukup sensitif. Hal-hal seperti itu selalu kami komunikasikan dengan orang tua. Hasil pemikiran saya dan orang tua kami gabungkan lalu diambil jalan tengahnya. Itu yang membuat transisinya tidak terlalu bergejolak dan frontal, meski kami menyadari bahwasanya semua bisnis memang terkendala di bagian finance,” ungkap Brian.

Soal sumber daya manusia (SDM) yang menempati posisi-posisi tertentu juga tak luput dari sorotan Brian. Ia pun melakukan perombakan guna menempatkan SDM sesuai kompetensi mereka. “Kalau orang tua saya menempatkan seorang karyawan berdasarkan loyalitas mereka kepada perusahaan, sedangkan saya berdasarkan kemampuan. Karena belum tentu dia menduduki posisi yang tepat pada saat itu. Untuk itu saya melakukan reshuffle, karyawan lama yang loyal namun berada di divisi yang kurang tepat kami pindahkan ke departemen lain. Tetapi untuk posisi penting kami hire anak muda yang lebih paham teknologi, digital marketing, excel dan lainnya. Karena sebagai generasi muda saya butuh tim muda, supaya bisa selaras dan searah. Karena kami butuh orang baru dengan pola pikir baru untuk brand kami yang mengikuti perkembangan zaman,” papar Brian.

Produk Kekinian. Demi menjawab permintaan pasar akan produk perawatan kecantikan wajah, Azarine Cosmetic hadir dengan ragam produk yang disesuaikan dengan kebutuhan kulit tiap orang yang berbeda-beda. Namun, Brian menekankan produk-produk tersebut diformulasikan dari bahan baku herbal yang memang menjadi keunggulan Azarine Cosmetic sejak awal diluncurkan.

“Kami menggunakan bahan natural alami dari herbal yang diproses secara modern, sehingga lebih aman untuk masyarakat. Harga yang kami tawarkan juga relatif terjangkau dan sebanding dengan kualitas. Karena kami sering melakukan market research yang menunjukkan repeat order Azarine Cosmetic cukup tinggi. Inilah yang membuat kami berkembang dan akhirnya semakin luas,” tutur Brian, lulusan Teknik Kimia RMIT University Melbourne, yang bukan hanya berkompeten dalam formulasi produk kecantikan, tapi juga mampu menyempurnakan setiap bahan supaya lebih stabil.

Saat ini, Azarine Cosmetic menawarkan produk yang begitu variatif dan sesuai kebutuhan kulit para pemakainnya. Untuk customer usia remaja, ada Easy White Series yang diformulasikan dengan baik untuk menutrisi, memperbaiki, hingga melindungi kulit para ABG. Tiap rangkaiannya terdiri dari Light Moist Day Cream, Nutrifull Night Cream dan Herbal Moisturizer Serum.

Bagi usia dewasa yang menginginkan kulit wajah yang glowing, ada Brightening The Skin Series yang mampu mencerahkan wajah dalam 7 hari, menyamarkan noda hitam dan sebagai antioksidan. Tiap rangkaian terdiri dari Brightening Facial Cleanser, Day Cream Spf 30, Eyeluminate Firming Serum, 5 In1 Skin Protection, Lightening Serum dan Night Moisturizer.

Sedangkan buat yang memiliki masalah dengan jerawat atau wajah berminyak, Azarine Cosmetic punya Blemish Rescue Series dengan rangkaian yang terdiri dari Acne Gentle Cleaning yang membersihkan kulit dan mencegah pertumbuhan bakteri penyebab jerawat. Tiap rangkaian yang terdiri dari Facial Wash, Toner, Cbd Hydraoxidant, Pore Tightening Serum, Eye Cream, Oil Free Moisturizer, Anti Acne Serum dan Sunscreen Gel yang mengandung SPF 45++, dengan tekstur yang ringan dan tidak membuat kulit wajah jadi greasy (berminyak).

Untuk yang berkulit kering dan membutuhkan skincare yang mampu menghidrasi kulit agar tetap lembab, Azarine Cosmetic punya C-White Series yang terdiri dari C-White Brightening Facial Wash, Moisture Rich Hydrating Toner, CBD Hydraoxidant Ampoule dan Day/Night Cream.

Dan bagi yang menolak tua, ada Anti aging Series yang mampu meremajakan kulit dan menghilangkan garis-garis halus. Tiap rangkaiannya terdiri dari Facial Wash, Moisture Rich Hydrating Toner, CBD Hydraoxidant Ampoule, Anti Aging Serum dan Day/Night Cream.

“Selain bisa dibeli per paket, Azarine Cosmetic juga bisa diecer. Dan packaging-nya juga kami rancang kekinian, mengikuti trend serta perkembangan zaman,” tegasnya.
Buka Layanan Makloon. Kebutuhan masyarakat yang begitu tinggi pada produk perawatan kecantikan menjadikan bisnis ini kian prospektif dan memunculkan pemain-pemain baru. Walhasil, persaingan yang tercipta juga semakin tinggi. Situasi inilah yang melatarbelakangi Brian untuk membuka jasa makloon produk-produk skincare, body care dan hair care.

“Khusus makloon, ditangani oleh tim professional yang memang berkompeten membuat formulasi modern yang efektif,” tekan Brian.
Perkuat Branding.Dijelaskan Brian, ketertarikannya melanjutkan usaha keluarga bukan hanya bertujuan untuk meraup benefit sebanyak mungkin. Namun, sebagai generasi muda ia ingin mengedukasi masyarakat bahwasanya ada brand lokal berkualitas yang tidak kalah dengan produk impor, bahkan mampu bersaing di kancah internasional.

“Rencana kedepan kami akan mengembangkan dan memperkuat branding dan terus mengajak masyarakat luas untuk bangga dengan produk lokal. Karena selain mutunya bagus harga yang ditawarkan juga kompetitif. Untuk itu, kami menggandeng artis-artis muda sekaliber Prilly Latuconsina, Natasha Wilona hingga aktor Korea kenamaan, Lee Min Ho, sebagai Brand Ambassador. Selain berprestasi, mereka juga tidak ada negative image, karena berhubungan dengan brand image kami,” terang Brian.

Berkat kerja keras dan terobosan yang terus diluncurkan, saat ini pengusaha yang juga meluncurkan produk skincare premium berlabel Allura ini mampu membawa Azarine Cosmetic menembus pasar Asean, seperti Singapura dan Thailand. “Lewat pemesanan online, produk-produk kami sudah masuk ke beberapa negara di Asia Tenggara,” ucapnya, bangga.

Kiat Sukses. Modernisasi yang diterapkan Brian, bukan hanya sukses membawa bisnis keluarganya lebih berkembang, tapi juga mengharumkan nama bangsa hingga ke luar negeri. Ia pun tidak segan membagikan kiat-kiat suksesnya kepada masyarakat yang berminta menekuni bisnis, terutama para mitra bisnis Azarine Cosmetic dan Allura.
“Bagi para pemula, saya selalu menyarankan mereka untuk mencoba hal-hal kecil terlebih dahulu dan menikmati tiap prosesnya. Karena semua bisnis pasti butuh proses, ada up dan down. Tapi jadikan itu sebuah pembelajaran untuk lebih baik lagi. Jangan terlalu banyak berpikir, mulai saja dengan hal yang kecil misalnya dari reseller. Perkaya diri juga dengan ilmu marketing, salah satunya dengan mempelajari digitalisasi, sosial media dan e-commerce karena membantu penjualan ke lingkup yang lebih luas,” pungkasnya.

Berdayakan Kaum Ibu dan Generasi Muda

Demi mengjangkau target market yang lebih luas, Brian menerapkan beragam teknik penjualan. Selain menyebarkan produk-produk Azarine Cosmetic lewat official store dan toko offline, ia juga membuka sistem keagenan dan reseller yang dapat menjual Azarine Cosmetic secara online.

“Jadi baik offline maupun online kami jalani semua. Saat ini kami punya ribuan agen dan reseller yang tersebar di hampir seluruh Indonesia. Bahkan produk kami sudah masuk store sekelas Watson, Guardian dan Sociolla,” katanya.

Tak melulu soal bisnis, Brian juga menyelipkan misi sosial di dalamnya. Ia ingin memberdayakan kaum ibu maupun generasi muda agar lebih produktif meski hanya menjalani bisnis dari rumah. “Jadi sambil mengurus rumah tangga atau disela-sela waktu belajar, mereka juga bisa menghasilkan,” tambah Brian.

Untuk bergabung bersama Azarine Cosmetic, Brian hanya memberlakukan minimal order. Yakni pembelian produk senilai Rp 3 juta untuk reseller dan Rp 10 juta untuk agen. Sedangkan untuk distributor tidak ada minimum order namun ada kontrak khusus dengan Azarine Cosmetic.

“Supaya semua mitra bisnis Azarine Cosmetic bersaing dengan sehat, kami terapkan standardisasi harga, jadi mereka tidak boleh menjatuhkan harga pasar. Namun, semakin banyak mereka membeli produk maka benefit yang dikantongi juga kian besar dan mereka bisa mendapatkan reward menarik, seperti handphone, emas dan masih banyak lagi,” tuturnya.

Para mitra bisnis Azarine Cosmetic juga tidak dilepas begitu saja, Brian menyediakan banyak kelas untuk bimbingan marketing yang disesuaikan dengan usia para mitra. Bimbingan tersebut diberikan secara online di dalam grup Whatsapp, sehingga memudahkan mereka saat akan meng-copy paste atau share konten-konten yang dirancang tim marketing Azarine Cosmetic.

“Kelas online tersebut kami buat untuk membantu para mitra menerapkan teknik-teknik penjualan, sehingga rating mereka bisa bagus. Jadi tidak kami lepas, pasti kami bantu,” tekan Brian, yang memberikan potongan ongkos kirim agar lebih meringankan para mitra di seluruh Indonesia dan mengizinkan mereka menjual produk competitor.

Sadar konsumen maupun para mitra bisnis Azarine Cosmetic didominasi kaum hawa, Brian menyisihkan sebagai pendapatan perusahaan untuk kegiatan amal dalam bentuk woman empowerment. Dana tersebut biasanya disalurkan ke instansi pemberdayaan perempuan, seperti rumah tahanan khusus wanita hingga lembaga sosial yang melindungi perempuan-perempuan korban kekerasan.

“Pada moment tertentu kami juga menyalurkan bantuan untuk masyarakat umum. Misalnya di awal pandemi, kami membagikan hand sanitizer gratis kepada masyarakat di sekitar pabrik Azarine Cosmetic. Apa pun yang bisa kami bantu, akan kami lakukan. Selain bingkisan terkadang kami juga membagikan uang kepada masyarakat yang membutuhkan,” ujarnya.
Lewat kegiatan sosial tersebut, Brian sekaligus ingin menyadarkan banyak orang terutama kalangan millennial, untuk lebih aware terhadap sesama dan tidak mudah jenuh dalam belajar maupun berusaha. Karena di luaran sana masih banyak orang yang kurang beruntung dan senantiasa membutuhkan uluran tangan kita.

Bergerak Cepat di Era Digital

Semenjak ditangani Brian, Azarine Cosmetic telah menjalani sistem penjualan offline dan online. Namun, sebelum Covid-19 mewabah hingga ke Indonesia, ia lebih banyak fokus pada penjualan offline. Hal itulah yang menyebabkan pendapatan Azarine Cosmetic merosot tajam di awal pandemi.

“Sebelum pandemi online sudah ada tapi belum se-booming sekarang jadi belum signifikan perkembangannya. Dan pandemi justru memaksa kami untuk transisi dari konvensional menjadi era digitalisasi, kami harus fleksibel dan bergerak cepat. Apalagi para mitra bisnis Azarine Cosmetic yang menjalani bisnis secara online ternyata perkembangannya luar biasa. Karena sistemnya sudah ready jadi pelayanannya bisa segera berjalan,” terang Brian, yang mengaku omset Azarine Cosmetic melorot tajam hingga 50% di awal pandemi.

Me Time, Family Time dan Hangout

Meski workaholic, pehobi travelling dan nonton ini masih menyisihkan waktu untuk keluarga dan diri sendiri. Ia pun merasa beruntung memiliki seorang istri yang senantiasa mendukung bisnis yang dijalani. Bahkan, sang istri, Ivone Suhartono, yang menyandang gelar B.com, MM, MBA dari Sydney University, Autralia dan menguasai bahasa Jepang, Inggris dan Prancis, kerap memberikan masukan dan ide-ide kreatif yang mampu menjadi konten menarik.

“Saat ini karena kedua anak kami, Maximillian dan Reagan masih balita, jadi istri lebih fokus di rumah sebagai ibu rumah tangga. Akan tetapi dia selalu menjadi teman diskusi saya di rumah. Biasanya kami bertukar pikiran, dan dia juga supporting membuat konten-konten menarik yang sesuai perkembangan zaman,” jelas sosok yang cukup memperhatikan penampilan dan rutin menggunakan produk perawatan wajah dari Azarine Cosmetic ini.

Di kala weekend atau waktu senggang, selain meluangkan waktu bersama keluarga, sosok berwajah oriental ini juga menyempatkan diri berkumpul dengan teman maupun rekan bisnis. Baginya, hangout bukan sekadar melepas penat dari rutinitas sehari-hari, tapi juga menjadi ajang bertukar informasi bisnis.

Info Lebih Lanjut:
Instagram : @azarinecosmeticofficial, @allura.ofc
Website : www.azarinecosmetic.com
www.wkiinovationlab.com

Bagikan:

Bagikan: