MajalahInspiratif.com, Jakarta – Pandemi COVID-19, bukan hanya berpengaruh pada dunia kesehatan tapi juga bidang ekonomi. Beberapa sektor kehidupan bahkan lumpuh dan mengakibatkan sebagian besar masyarakat kehilangan mata pencaharian. Di Jawa Barat, faktor tersebut bahkan menjadi pemicu banyak kaum istri menggugat cerai suami karena dianggap tak lagi mampu menafkahi keluarga. Melihat fenomena tersebut, Lina Ruzhan, istri dari Wakil Gubernur Jawa Barat, H. Uu Ruzhanul Ulum, terpanggil untuk menguatkan hati para perempuan Jawa Barat agar lebih sabar. Terutama dalam mendampingi suami di masa sulit seperti saat ini.
Meski aktivitas sebagai istri Wakil Gubernur Jawa Barat menjadi terbatas akibat pandemi COVID-19, tak menghalangi Lina Ruzhan untuk berinteraksi dengan masyarakat di tanah pasundan tersebut. “Semenjak pandemi memang kegiatan di luar rumah banyak berkurang dan lebih sering di rumah saja. Tapi aktivitas seperti memberikan sambutan ataupun sharing kepada sesama warga Jawa Barat kami lakukan dalam bentuk zoom online,” tutur Lina, membuka perbincangan dengan Inspiratif.
Kedepankan Iman. Dari laporan yang diterima Lina, efek negatif dari pandemi membuat banyak warga Jawa Barat kehilangan pekerjaan maupun usaha. Alasan itu pula yang mendorong kaum istri memutuskan untuk menggugat cerai para suami karena dianggap tak lagi bisa menafkahi keluarga.
“Tidak hanya ekonomi yang ditempa pandemi, tapi iman seseorang juga diuji. Tingginya angka perceraian di Jawa Barat selama pandemi karena para istri merasa suaminya sudah tidak bisa menafkahi, adalah salah satu contoh masih kurangnya kadar keimanan. Karena ketika iman para istri kuat, hal-hal tersebut tidak akan terjadi. Oleh sebab itu di masa pandemi ini kita harus menguatkan Iman dan imun. Insya Alloh semua akan aman,” tekan perempuan kelahiran Tasikmalaya, 30 Oktober ini.
Demi mencegah bertambahnya angka perceraian di Jawa Barat, Lina tak segan merangkul kaum istri dan memotivasi mereka untuk lebih meningkatkan keimanan. “Saya kerap menyampaikan kepada masyarakat bahwasanya yang harus lebih dikuatkan imannya itu perempuan, karena perempuan terutama yang sudah berstatus sebagai istri itu penyejuk dan penenang dalam rumah tangga. Kalau istri tidak kuat, tidak sabar makanya yang namanya suami lebih tidak sabaran lagi. Rumah tangga akan jauh dari kata baik-baik saja kalau kaum istri kerap memancing pertengkaran, apalagi sering meminta cerai saat suami kurang menafkahi. Tapi kalau perempuan yang kuat iman, maka dia akan mampu menerima berapa pun rezeki yang dititipkan Allah SWT kepada suami untuk diberikan kepada para istri sebagai nafkah lahir,” paparnya.
Kepada masyarakat Jawa Barat, Lina juga selalu menyampaikan bahwa penguatan iman dan akhlak itu harus lebih dikedepankan, supaya rumah tangga kuat. Karena sejatinya rumah tangga kuat itu tidak hanya bergantung dari rezeki yang kuat, tapi juga bergantung dari iman yang kuat. Jika keimanan seorang istri, ibu atau bapak itu kuat, maka rumah tangga pun akan kuat.
“Makan dengan garam pun kalau diterima dengan ikhlas, Insya Allah akan terasa nikmat. Karena sebenarnya hidup itu seadanya, jadi yang ada saja dinikmati. Kalau adanya hanya garam, ikan asin atau kecap, ya dinikmati saja. Sebab kalau katanya daging itu enak, itu hanya sebatas katanya. Makanya hidup itu apa adanya saja, jangan ada apanya,” tutur Lina, penuh nasehat.
Ditambahkan Lina, perempuan yang keren dan luar biasa itu umumnya mampu mengelola berapa pun rezeki yang diterima dari suami untuk memenuhi segala kebutuhan hidup. Meskipun kadang mereka harus pintar berjualan atau berbisnis supaya bisa membantu perekonomian keluarga.
“Jadi kalau istri sudah begitu sabar dan ikhlas menerima suami, bahkan mau membantu meringankan beban ekonomi keluarga, maka rugilah suami yang sudah menyia-nyiakannya,” ucap Lina, lirih.
Istri Kunci Kedamaian Keluarga. Selain mengajak perempuan di tanah Jawa Barat untuk terus meningkatkan keimanan dan kesabaran, Lina juga mengajak mereka untuk selalu mengintrospeksi diri ketika menghadapai masalah dalam rumah tangga.
“Ketika ujian datang menerpa, maka tanyakan dalam diri sudahkan kita sebagai istri menunaikan kewajiban? Jadi tunaikan dulu kewajiban sebelum kita meminta hak. Kalau kewajiban sudah kita laksanakan maka hak pun akan kita dapatkan. Makanya kalau sama suami masih judes atau galak, jangan berharap suami bisa bermanis-manis ke kita,” tambahnya.
Lina pun mengingatkan pasangan suami istri untuk saling percaya dan menjaga kepercayaan. Karena hal tersebut juga menjadi kunci ketenteraman keluarga. “Selain faktor ekonomi, adanya orang ketiga juga kerap memicu perpecahan dalam rumah tangga. Saat itu pula iman seorang istri diuji. Laki-laki yang tergoda kalau kita abaikan maka dia akan lepas dari kita. Tapi kalau kita sebagai istri bisa menenangkan dan menyakinkan suami bahwa tempat ternyaman adalah kita, maka dia akan melepaskan perempuan lainnya. Namun, jika kita mengedepankan ego atau emosi, maka laki-laki tidak akan mau hidup lebih lama dengan kita. Meskipun dalam rumah tangga itu tidak bisa hanya perempuan saja yang mengalah, tapi harus saling. Namun menurut saya kunci kedamaian dalam sebuah rumah tangga itu ada pada pihak perempuan. Kalau dia mampu menghadapi suami dan anak-anak, maka rumah tangga akan aman adan nyaman. Tapi kalau si istri sering memancing keributan atau posesif maka lelaki tidak akan merasa nyaman di rumah,” tegas Lina.
Dukung Karier Suami. Tak sekadar membagikan wejangan, Lina juga senantiasa menjadi teladan yang baik. Terutama tentang bagaimana ia mendukung karier sang suami, H. Uu Ruzhanul Ulum, sejak menjadi Anggota DPRD Tasikmalaya, Bupati Tasikmalaya hingga kini sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat, mendampingi Ridwan Kamil.
“Sebagai istri, selayaknya kita selalu mendukung karier suami. Kalau saya salah satunya dengan merelakan dan mendoakan suami saat bertugas ke kota atau kabupaten di Jawa Barat. Saat ini bahkan intensitas waktu kami untuk kumpul banyak berkurang. Jika ketika beliau menjadi Bupati selalu pulang setiap hari ke Tasikmalaya, kalau sekarang kemungkinan beliau harus menginap di daerah-daerah yang dituju seperti Sukabumi, Bogor atau Bandung. Sedangkan saya bolak-balik rumah pribadi di Tasikmalaya dan rumah dinas di Bandung. Karena di Tasikmalaya ada anak bungsu kami yang masih bersekolah SD dan harus tetap saya dampingi. Jadi kami bagi tugas, saat suami dinas di luar kota sedapat mungkin setelah berkegiatan saya pulang ke rumah kami,” terangnya.
Jaga Komunikasi. Intensitas waktu kumpul keluarga yang cukup terbatas karena tingkat kesibukan yang cukup tinggi, seringkali menghambat komunikasi. Agar tidak menimbulkan salah paham apalagi kecurigaan, Lina dan suami selalu berusaha untuk saling percaya dan menjaga komunikasi meski hanya lewat telepon atau video call.
“Walau berstatus istri, saya tidak bisa mengekang suami untuk tidak melakukan ini atau itu. Tapi kami berupaya untuk menjaga komunikasi. Saya bahkan termasuk orang yang frontal. Ketika mendengar gosip tak sedap tentang suami, akan langsung saya tanyakan saat itu juga. Agar segala sesuatunya clear dan tidak menjadi beban yang dapat mengganggu konsentrasi ketika berkegiatan. Karena bagaimanapun komunikasi menjadi kunci keharmonisan keluarga,” pungkas Lina ,,,
Laili
Kuatkan Pondasi Agama Anak
Dalam mendidik ketiga putri cantik mereka, yakni Azizah Ruzhan, Kholilah Ruzhan dan Jamilah Ruzhan, Lina dan suami sepakat untuk menyekolahkan ketiganya di sekolah Islam atau pondok pesantren, mulai dari usia Taman Kanak-Kanak hingga tingkat SMA.
“Soal pendidikan, selama anak-anak belum lulus SMA, kami memang memaksa mereka untuk sekolah Islam ataupun mondok. Karena kami ingin pondasi agama mereka kuat dan mereka bisa mengaji. Tapi, saat akan melanjutkan kuliah nanti mereka kami bebaskan untuk memilih jurusan sesuai minat. Insya Allah, dari hasil didikan pesantren anak-anak lebih kuat imannya dan hebat akhlaqnya. Jadi menurut kami pondasi agama anak-anak harus kami kuatkan sebelum nanti mereka melangkah keluar pesantren,” tekan Lina.
Untuk lingkungan tempat tinggal, Lina dan suami lebih memilih tinggal di lingkungan pondok pesantren, agar putri-putri cantik mereka terbiasa dengan suasana islami yang kental. “Kebetulan Pak Uu berasal dari keluarga besar Pondok Pesantren Miftahul Huda dan kami tinggal di kompleknya yang sebagian besar penghuni adalah keluarga. Ada keponakan, sepupu, adik dan kakak Pak Uu. Makanya anak bungsu kami tidak pernah kesepian, karena meskipun kedua kakaknya mondok, setiap hari dia selalu ditemenin 8-6 orang teman yang juga masih kerabat dekat kami. Dia juga lebih nyaman di Tasikmalaya ketimbang di rumah dinas yang cukup sepi. Dan saya pun lebih tenang meninggalkannya sementara waktu ketika harus dinas atau mendampingi suami ke luar kota,” jelas Lina.
Jalankan Bisnis Fashion Sejak Belia
Kesibukan sebagai istri Wakil Gubernur, tak menghalangi Lina untuk sesekali memantau perkembangan bisnis fashion yang sejak lama ia jalankan. Karena lahir dan besar dalam lingkungan keluarga yang menggeluti usaha bordir, sejak usia muda ia telah membuka bisnis bordiran mukena.
Usaha dengan nama Jamilah Collection tersebut bukan hanya memproduksi dan memasarkan mukena bordiran ke pasar-pasar tradisional seperti Tasikmalaya, Jakarta, Solo-Jawa Tengah hingga Medan-Sumatera Utara, tapi juga menerima pesanan custom.
“Awalnya memang saya yang merintis, tapi sejak duduk sebagai Anggota DPRD, saya kerja sama dengan sepupu. Sampai sekarang dia yang handle operasionalnya. Namun soal desain terbaru, urusan keuangan atau teknik marketing masih kita komunikasikan,” kata Lina.
Semenjak pandemi, Lina mencoba mengembangkan bisnis dengan merambah dunia online dan menambah varian produk. “Beberapa bulan ini, karena penjualan secara offline terus merosot kami coba menawarkan via online. Dan barang yang kami produksi juga mengikuti perkembangan trend yang dibutuhkan pasar, ada baju tidur kekinian, baju koko hingga kebaya. Selain pelanggan tetap, permintaan online yang datang kebanyakan dari pedagang online juga,” terangnya ,,,