MajalahInspiratif.com, Jakarta – Profesi mulia yang dijalankan tak lepas dari komitmen untuk memberikan pelayanan dan kontribusi terbaik dalam masyarakat. Khususnya sebagai seorang pengacara, Samurti Suara Fajar, S.H tidak menyerah dan berhenti melakukan upgrade diri untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Sifa begitu ia akrab disapa merasa sangat bahagia ketika ia dapat menolong orang lain dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Ketika masalah orang lain bisa diselesaikan dengan baik, ada kepuasan tersendiri yang tidak bisa dinilai.
Sifa yakin ia tidak akan pernah berpaling dari profesinya sebagai pengacara. Dari kedalaman hati, ia mencintai profesinya dengan begitu tulus. Karena itu, ia berusaha memanfaatkan media sosial untuk memberikan pengetahuan hukum serta sumbangsih pemikiran pada berbagai isu hukum kepada banyak orang dengan menulis artikel hukum yang diunggah pada laman website kantor hukumnya.
Sifa memiliki kreativitas yang tinggi, sehingga ia tidak terjebak pada segala keterbatasan mobilitas saat ini dengan tetap menjaga agar selalu memberikan jasa atau pelayanan hukum yang prima, berkualitas serta profesional. Hal inipun yang menuntutnya untuk mengembangkan strategi dalam rangka pengembangan karier hukum terus dilakukannya dengan kian aktif dalam pemanfaatan berbagai platform digital karena tentunya sosial media diyakini mampu menjembatani serta memudahkan klien berkomunikasi secara online dimanapun dan kapanpun.
Kegagalan dalam Berbisnis. Tak ada usaha yang berjalan mulus. Kegagalan dapat menjadi kenyataan yang tidak dapat disingkirkan. Namun jika segala sesuatu tidak sesuai dengan ekspektasi, menyerah bukan pilihan yang tepat. Prinsip ini yang ditanamkan Samutri Suara Fajar, S.H ketika harus kehilangan bisnis yang baru dirintisnya.
Pada awal pandemi Covid-19, perempuan kelahiran Semarang, 19 Oktober yang berprofesi sebagai Pengacara, mengambil risiko besar dengan membuka rumah makan yang diberi nama Lezis Bali. Sayangnya, karena berlokasi di kawasan yang kurang strategis bisnis kuliner tersebut terpaksa ditutup untuk sementara waktu, hingga nanti Sifa menemukan lokasi yang lebih strategis.
“Waktu itu saya berpikir yang penting dapat sewa tempat dengan harga murah karena banyak properti di Bali yang disewakan dengan harga sangat murah. Ternyata berat sekali buka rumah makan. Akhirnya tutup sementara di akhir tahun 2021. Saat ini saya masih mencari lokasi yang pas untuk kembali membuka bisnis kuliner yang menjual ragam menu lokal,”
Di tengah keterpurukan harus kehilangan salah satu bisnis yang sedang berkembang, Sifa menemukan peluang bisnis baru lewat media sosial Facebook. Awalnya ia membeli wallpaper untuk digunakan sendiri, tetapi keisengan untuk mengunggah foto wallpaper di marketplace akun facebook-nya membuat ia dibanjiri orderan.
“Iseng-iseng saya jual wallpaper yang saya beli di marketplace Facebook, ternyata mendapat respon yang sangat baik. Karena saya jiwanya berdagang sejak SMA dan ini turunan dari Ibu, saya tidak melewatkan kesempatan tersebut. Padahal waktu itu saya belum punya barangnya dan hanya upload untuk memperhatikan reaksi dan antusias orang terhadap wallpaper tersebut.”
Setelah Lezis Bali ditutup, bisnis wallpaper Sifa terus berkembang dengan jumlah peminat yang meningkat. Akhirnya ia membuka usaha dan toko baru yang khusus menjual wallpaper dengan nama Queens Wallpaper & Furniture.
“Akhirnya dengan berat hati saya tutup Lezis Bali dan membuka usaha wallpaper. Sampai sekarang bisnis wallpaper ini jalannya lumayan bagus dan masih termasuk usaha baru. Tidak hanya wallpaper, tapi ada usaha furniture juga yang diproses berdasarkan permintaan dan ada beberapa display toko.”
Manfaatkan Media Sosial. Sifa tetap mengandalkan media sosial sebagai sarana marketing dan memperbanyak relasi pertemanan. Menurutnya, teman bisa menjadi pelanggan yang loyal dan motivasi untuk menghadirkan produk yang berkualitas.
“Saya terus memperbanyak teman karena teman dapat menjadi pelanggan yang loyal. Dulu saya hanya beriklan biasa, tapi sekarang live produk ternyata membantu di beberapa marketplace. Jadi saya upload barang dan live yang pembelinya langsung menonton. Urusan dunia sosial, saya tetap memperhatikan minimal satu hari saya harus punya satu teman baru untuk menambah pelanggan.”
Sifa menggarisbawahi bahwa ia sangat memanfaatkan platform digital untuk menunjang bisnis dengan tetap belajar dari kegagalan dan berusaha memperbaiki hal-hal yang kurang berkenan.
“Namanya pengusaha jangan takut rugi. Kalau rugi berarti memang nasibnya rugi. Jadi pengusaha harus siap rugi dan untung. Jadi kalau bisnisnya gagal ya sudah coba bisnis yang lain. Jangan pernah takut untuk membangun usaha lain yang bisa berjalan dengan baik.”
Menyusun Rencana yang Inovatif. Rencana ke depan, Sifa berusaha lebih inovatif dan siap belajar dalam segala kondisi. Sebagai Pengacara, ia tak pernah berhenti memberikan pengetahuan hukum kepada banyak orang. Sifa menyadari bahwa semakin hari akan semakin banyak orang yang menekuni profesi pengacara dengan pengetahuan luar biasa. Menghadapi situasi tersebut, ia tidak akan pernah berhenti membekali diri dengan ilmu dan memberikan jasa atau pelayanan hukum yang prima, berkualitas serta profesional.
“Sosial media sangat penting untuk membangun personal branding serta brand awareness yang tentunya akan sangat bermanfaat untuk menjangkau audience yang lebih luas.”
Sosok Ibu yang Menginspirasi. Sifa bersyukur memiliki ibu yang menginspirasi, sehingga ia tumbuh menjadi pribadi berkarakter, tangguh dan pantang menyerah. Tidak hanya ibu, anak-anak dan keluarga besar memiliki peran positif dalam perkembangan karier dan bisnisnya. Di tengah kesibukan, Sifa bersyukur masih memiliki kesempatan dan waktu untuk merawat ibunya yang menderita sakit kanker. Ibu dan keluarga merupakan prioritas yang tak akan tergantikan.
“Buat saya, keluarga selalu nomor 1 diantara semuanya. Namun, sekarang juga diselingi dengan bisnis yang bisa dikendalikan jarak jauh. Saya bukan tipe orang yang romantis dan tidak bisa mengungkapkan rasa sayang. Cara saya menunjukkan kasih sayang dengan berusaha selalu ada ketika dibutuhkan oleh keluarga. Bagi saya ekspresi cinta itu lebih ditujukan kepada apa yang dibutuhkan Ibu dan saya penuhi. Kehadiran saya lebih diperlukan untuk keluarga.”