MajalahInspiratif.com, Jakarta – Setiap orang atau instansi yang mempunyai hajatan, seperti syukuran, wedding, ulang tahun, gathering, event-event penting perusahaan, hingga acara-acara seremonial dan formal pemerintahan, tentu menginginkan hajatan itu sukses atau sesuai dengan apa yang ditargetkan atau diharapkan. Di sini lah peran Primasis Event Planner, Event Production, Event Organizer; Primasis Bungaku Wedding Organizer; Primasis Virtual Event System; dan Primasis Bungaku Florist & Deco, membuktikan diri selalu memuaskan para client-nya. Sudah lebih kurang 17 tahun, perusahaan-perusahaan yang dikomandani wanita energik, cantik, dan smart, Rati Krisnawan ini, mendapat tempat dan kepercayaan di hati para client.
Kunci sukses yang dipedomani Rati, sapaan akrab wanita kelahiran Yogyakarta, 30 November ini, adalah fokus, happy menjalankan pekerjaan, disiplin, mengerjakan dengan sepenuh hati tanpa hitung-hitungan meskipun budget client sangat minim, bahkan tanpa budget sekali pun. Tentu saja tidak kalah penting adalah tim kerja yang solid seperti keluarga, professional, dan mumpuni. Dan, kesuksesan yang paling utama bagi Rati adalah kebahagiaan serta kepuasan client.
Perjalanan Karier
‘Nyemplung’ di dunia event seperti saat ini, rupanya karena memang karakter, bakat, dan passion Rati sudah tumbuh dalam diri sejak ia remaja. “Sedari kecil saya tipikal yang aktif, tidak bisa diam. Memang senang bikin-bikin acara, senang ikut organisasi. Hanya memang yang dikerjakan kala itu tanpa ilmu, semata-mata hanya mengadakan acara biasa saja,” kenang wanita yang hobi olahraga, nyanyi, dan jalan-jalan ini.
Mengawali kariernya, Rati bekerja di Matari Advertising, yang berlokasi di kawasan Kuningan Jakarta. Di perusahaan inilah ia ditempa dan digodok, hingga mampu menguasai bermacam bidang pekerjaan. Ia belajar banyak hal, meskipun mostly terkait iklan, namun ternyata itu yang membentuk dirinya dan menjadi awal mula ia terjun ke dunia event.
Cikal bakal event yang dikerjakan adalah pernikahannya sendiri, dengan berbekal sedikit ilmu yang sudah didapat, Rati kemudian merancang dan arranged sendiri pernikahannya. “Waktu itu, saya kan di Jakarta ya. Calon suami di Surabaya. Sementara kita kan lulusan Kagama. Jadi temen-temen kuliah banyak yang di Jogja. Keluarga di Jogja, keluarga calon suami di Purwokerto. Jadi, rencana bikin nikahannya di Jogja. Dengan sedikit ilmu yang saya dapat di Matari itu, saya WO pernikahan saya sendiri. Karena background saya Antropologi, saya ingin pernikahan yang banyak unsur adat jawanya, taste semua adat pengen saya pakai. Nyatanya sangat sukses,” tutur Rati yang sejak saat itu berencana membuat bisnis WO dan EO.
Setelah menikah, Rati sempat pindah ke Makassar, mengikuti sang suami. Sekembalinya ke Jakarta di tahun 2000, hanya menjalani keseharian sebagai ibu rumah tangga cukup membuat Rati jenuh. Namun karena suami tidak membolehkan ia kembali bekerja, saya mulai mengikuti bermacam kursus. Mulai dari kursus merangkai bunga, Bogasari, Johny Andrean, Ikebana, menjahit, masak, hingga merias pengantin.
Usaha Kue. Bermacam kursus, Rati dan seorang teman bernama Dian Natalia kemudian memutuskan untuk membuat kue, karena merasa dunia kuliner juga passion-nya. Ternyata kue-kue buatan Rati sangat laris di pasaran, khususnya di saat Ramadhan.
“Mulai dari Ramadhan 2002 itu sangat laris, yang pesan banyak sekali. Lalu saya ulangi setiap tahunnya. Namun, di tahun 2004 saya realize something. Saya merasa berubah menjadi sosok pemarah terutama ketika hasil kerja ibu-ibu tenaga dadakan yang membantu saya tidak sesuai ekspektasi. Menu sahur dan buka puasa untuk keluarga juga seadanya karena saya kelelahan. Kemudian saya introspeksi diri bahwasanya bukan ini yang ingin saya capai. Tapi saya ingin bisnis yang membuat saya dan orang-orang sekitar happy,” lirih Rati.
Karena itu, 6 orang yang bekerja dengannya, dipanggil dan diajaknya ngobrol. Rati mengutarakan bahwa ia sudah tidak mau melanjutkan membuat kue lagi dan akan menjalankan usaha lain, tapi belum tahu usaha apa. Ia kemudian membagi-bagikan semua peralatan kue ke mereka. Bahkan, Rati mendorong mereka untuk bisa melanjutkan usaha bikin kue tersebut.
Usaha Florist. Suatu hari saat sedang mengantarkan anak ke Playgroup, Rati bertemu temannya yang bekerja di Balai Sidang (JCC) yang sedang mencari pengusaha florist untuk keperluan acara. “Katanya kantornya buka lowongan. Terus, saya seperti tertantang. Balai Sidang dan Hilton kan gede ya. Jadi saya dan partner ke sana dulu. Terus mencari tau yang dibutuhkan apa saja, lalu saya ke Lembang, Bandung mencari petani bunga. Ternyata ada, karena pasar penampungannya di Rawa Belong. Tapi, memang kita harus nongkrong di sana itu jam 2 pagi supaya dapat bunga yang bener-bener dari petani. Saya jalani itu 6 bulanan menjadi supplier bunga potong,” tutur Rati.
Seiring waktu, usaha florist Rati berkembang cukup bagus sehingga ia kemudian tidak hanya menyediakan bunga potong, tetapi sekaligus jasa merangkai bunga yang didukung promosi dari teman-temannya.
Prima dan Eksis
Pada 2004 akhir, ketika teman adiknya bertunangan, Rati menawarkan diri menjadi EO-nya. Acara itu pun sukses, padahal hanya dikerjakan berdua. Juga pada Maret 2005, seorang teman di sekolah anaknya, meminta Rati menjadi EO pernikahannya di Gereja Batak daerah Tebet, dan sukses. Gairah dan semangat Rati pada bidang EO semakin kuat, dan jalan ke sana semakin terbuka lebar.
“Nama perusahaannya Primasis. Arti atau makna dari Primasis itu yakni Prima dan Eksis. Kemudian saya urus ke Notaris. Dan menetapkan tanggal lahir perusahaan di bulan Mei 2005,” terang Rati yang sejak itu mulai mengerjakan event-event kecil dan biasa, karena memang tanpa promosi.
Titik balik perjalanan sukses Primasis, menurut Rati, adalah pada bulan Juni 2012. Ketika seorang teman mempercayakan penyelenggaraan sebuah acara pemerintahan, padanya. Acara yang diadakan di Mahkamah Agung tersebut dihadiri oleh Presiden SBY dan para pejabat tinggi. Rati dimintai untuk menyiapkan meja, kursi, AC, dan dekor. Pertama kali ia menangani acara pemerintahan yang dihadiri Presiden.
Di situ lah Rati memacu diri untuk memberikan yang terbaik dari dirinya. Terbukti, pada acara tersebut, ia bisa memberikan solusi ketika panitia mengalami kendala dan kesulitan, dalam hal ketidak-cukupan catering, dan kendala komunikasi. Sejak saat itu, Rati kebanjiran kerjaan dari lembaga pemerintah tersebut. Ia mulai ikut dalam berbagai event yang diadakan lembaga pemerintah tersebut. “Jadi menurut client-client yang sudah saya bantu, ‘kok enak banget ya ditangani Mba Rati, semua ada dan bisa diadain’. Karena saya tidak mau hanya memberi client apa adanya,” tegas Rati
Tidak Hitung-Hitungan
Selama perjalanan mengembangkan dan membesarkan Primasis, satu hal yang dipelajari Rati adalah bahwa ia tidak boleh terlalu hitungan. Karena siapa pun yang meminta bantuannya, berapa pun biayanya ia kerjakan dengan baik. Karena ia pernah membuat event dengan perhitungan biaya yang ketat kepada client, dampaknya justru membuat dirinya tidak bahagia, membuat pegel hati, dan pegel badan.
“Jadi kalau ada orang yang datang ke saya, budget-nya sedikit atau pernah no budget sama sekali, saya terima. Saya kerjakan dengan kualitas yang sama. Pada saat itu mungkin saya harus nombok di internal, karena saya mesti bayar tim, tapi saya seneng karena bisa menyenangkan orang lain,” ungkapnya.
Tim yang Solid dan Kekeluargaan
Keberhasilan perusahaan sangat didukung dan ditentukan oleh kerja tim yang profesional dan solid. Menyadari hal itu, Rati membangun tim SDM-nya sehat dulu baru bisa diberikan kepada client. Tidak saja sebagai atasan atau pimpinan, ia juga memposisikan diri sebagai Ibu bagi para karyawan yang bisa kapan saja datang padanya kalau menghadapi masalah.
“Saya selalu mengatakan kepada karyawan bahwasanya semua anggota tim ini adalah yang terbaik. Tidak ada yang lebih penting satu dari yang lainnya. Semuanya penting. Jadi kalian ini adalah orang yang terpenting dari orang penting. Jadi nanti pada saat acara dan salah satu melakukan yang tidak semestinya, yang lain backup, bukan saling menyalahkan,” ujar Rati.
Dengan pola pendekatan seperti itu, tidak heran tim Primasis sangat solid dan betah bekerja bersama Rati. “Tim saya sangat awet, bahkan ada yang sudah 17 tahun ikut saya. Jadi memang tim di Primasis ini, yang saat ini berjumlah 14 orang, tidak ada yang cuek, semua peduli satu sama lain. Prinsipnya, untuk apa kita ke client memberi yang ok tapi internal kita bobrok,” tegas Rati.
Booming di Masa Pandemi
Pandemi Covid 19 yang menghempas semua sektor usaha, termasuk Primasis, terutama di 2 sampai 3 bulan pertama. Ketika Pemerintah mengumumkan Jakarta lockdown, otomatis acara-acara yang sudah dijadwalkan semua dibatalkan.
“Awal pandemi saya bilang ke tim, untuk mencari ilmu lewat Youtube, dll. Saya membuat semacam lomba inovasi agar mereka tetap produktif. Bekerja sama dengan vendor fotobooth, kita buat event online. Saya hire design grafis, lalu saya menawarkan event pertama yaitu wisuda anak saya. Event perdana itu berhasil. Banyak yang seneng,” bangga Rati karena menjadi salah satu yang berhasil create sesuatu di awal pandemi dan berhasil.
Rati pun menginfokan hal tersebut ke client-client-nya dan mendapat tanggapan positif. Sejak itu, satu per satu event diselenggarakan secara virtual. “Ketika yang lain berhenti saat itu, saya justru lagi lari-larinya. Jadi memang di tim saya, anak-anak produksi banyak yang tidak lagi dengan rutinitas kerja seperti biasanya ngeset backdrop, panggung, lighting, tapi saya menyuruh mereka kursus desain grafis, supaya bisa bantu bikin yang sederhana-sederhana seperti itu. Artinya mereka tetap terlibat di event online. Dan itu berjalan bagus sampai sekarang, meskipun saat ini sudah mulai kembali normal, mulai kembali ke offline lagi.”
Dukungan Keluarga
Rati mengakui, perjalanan 17 tahun itu tidak mudah, tapi karena dukungan keluarga, terutama suami, sangat besar, ia bisa tetap menjaga balance antara keluarga dan pekerjaan. “I feel so much blessed and I feel luck. Saya punya suami yang mendukung. Dia tahu kalau, mendingan istrinya ini berkarier dengan cara dia sendiri daripada dia dikasih aturan tidak boleh ini atau tidak boleh itu. Tapi yang paling penting bagi suami, anak-anak tidak boleh jadi anak-anak yang biasa aja, mereka harus menjadi anak-anak yang hebat..,” ungkap ibunda dari Aura NP (S1 – Singapore) dan Belinda NK (SMA) ini.
Satu hal yang menjadi kunci utama dan menjadi sumber kebahagiaan Rati adalah suami tercinta. “Kalau saya di luar itu masalah saya banyak tapi saya tidak punya masalah dengan suami, malahan masalah yang banyak itu menjadi gampang. Karena saya bisa nanya sama beliau. Jadi kuncinya itu harus menjaga hubungan baik dengan suami. Kalau untuk support dari suami itu sangat besar. Beliau memberi kebebasan, kepercayaan, dan saya bisa mengalokasikan waktu antara pekerjaan dan keluarga dengan baik.”
Sekarang anak-anaknya sudah gede, Rati bisa dibilang tinggal menikmati hasil kerja kerasnya. Dulu saat mereka masih SD, ia selalu membawa mereka kalau ada event. “Dan saya selalu bilang bahwa inilah kerjaan Mami. Kamu bantu Mami ya. Kalau nanti kalian bisa sekolah tinggi di tempat yang kalian mau itu adalah bukan cuma hasil kerja keras Mami tapi kalian ikut berperan. Jadi saya bawa mereka ke mana-mana. Bahkan saat sudah SMA, anak-anak saya jadikan EO, saya gaji mereka,” cara Rati menanamkan jiwa kerja dan kemandirian kepada anak-anaknya, sabagaimana ia sangat terinspirasi oleh sosok mendiang ibunya.
Rencana ke Depan
Selain bisnis EO, Rati sebenarnya sudah menjalankan usaha kuliner, yaitu cafe yang berada di Jogja, dan kini sudah berjalan 2 tahun. Ia pun berencana ingin membuka lagi dengan segmen yang lain.
“Jadi tahun 2022 ini, Primasisku yang ceria ini sudah 17 tahun. I feel so much blessed. Saya punya usaha sendiri yang bermanfaat buat saya, keluarga saya, orang-orang yang bekerja dengan saya, terus buat orang banyak. Kalau saya membuka file wedding, ternyata sudah sekian banyak orang yang sudah saya tangani. At this time sudah begitu banyak orang yang saya bikin bahagia. Itu adalah achievment tersendiri buat saya. Kerja itu memang harus seneng, senengnya itu buat orang banyak bukan buat diri sendiri saja.”