Pramita Ambar Sari Pane, Tanamkan Nilai-Nilai Kehidupan untuk Membangun Karakter Anak

Bagikan:

MajalahInspiratif.com, Jakarta – Kebahagiaan seorang ibu terletak pada kedekatan dan keharmonisan hubungan dengan anak-anak. Layaknya seorang sahabat yang mampu memberikan perhatian, kasih sayang dan tempat bercerita, Pramita Ambar Sari Pane, seorang ibu yang sangat mencintai buah hatinya berusaha membangun hubungan layaknya sahabat dengan anak-anak tercinta.

Sesuatu yang sederhana, tetapi memberikan makna dalam perjalanan kehidupan Ryzki Aufa Helmi Rachmansyah, Callista Aliya Sari dan Cleo Nabila Sari dengan mewajibkan moment makan bersama sembari berdiskusi dan membicarakan sesuatu yang sedang viral. Moment sederhana ini ternyata mampu membangun keeratan dan menciptakan kebahagiaan relasi ibu dan anak. Kondisi ini yang pada akhirnya menentukan karakter dan kepribadian anak-anak terutama dalam membentuk relasi dengan orang lain.

“Kita harus dekat dengan anak-anak, harus sharing dan tukar pikiran dengan anak-anak. Apabila anak sudah punya teman dekat, orang tua wajib tahu dan kenal juga harus menjadi pendengar yang baik jika anak punya masalah dengan pacarnya, sehingga anak tidak segan dengan kita.”

Perempuan cantik kelahiran Jakarta, 26 Maret 1977, yang akrab disapa Mita ini, memiliki trik khusus agar anak-anaknya tidak merasa takut atau segan dalam membicarakan lawan jenis. Mita tidak merasa malu berbagi pengalaman tentang kehidupan berpasangan. Hal ini bertujuan agar anak-anaknya dapat membagikan cerita tersebut kepada pasangannya. Tentu saja ini dilakukan sebagai pengalaman belajar tentang cinta dan kehidupan berkeluarga.

Peran Utama Seorang Ibu. Peran seorang ibu dalam mempertahankan dan membangun kenyamanan hubungan keluarga sangat penting, terutama dalam mendidik dan membimbing anak-anaknya. Ibu adalah dekapan pertama yang memberikan kasih sayang dan cinta hingga berhasil menanamkan pendidikan serta karakter positif. Mita yakin bahwa bimbingan, pendidikan dan pola asuh yang diberikan kepada anak-anaknya merupakan suatu prioritas.

Selama ini, Mita menerapkan pola asuh yang tegas, disiplin dan siap untuk berproses. Lulusan S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti ini mengarahkan anak-anak untuk menghargai setiap proses yang dihadapi sebelum mencapai sesuatu. Prinsipnya tidak ada yang instant dan segala bentuk hasil yang dicapai patut disyukuri.

Tak hanya menghargai proses dan tidak berpikir instant, Mita juga menanamkan pendidikan agama dan moral untuk berbuat baik dan santun terhadap siapapun. Selalu menghargai orang tua dan sesama manusia, serta mengutamakan ibadah di setiap waktu.

“Langkah pertama adalah memberikan contoh terlebih dulu kepada anak. Menjadikan ajaran islam sebagai acuan dalam pendidikan, sebab keluarga merupakan tempat pertama anak belajar dan memberi contoh untuk berbicara secara perlahan, menggunakan bahasa yang halus dan sopan serta tidak mengucapkan kata-kata yang kotor.”

Role model atau figur positif untuk anak menjadi sesuatu yang penting dan tidak boleh diabaikan. Seorang anak, menurut Mita akan lebih mudah menuruti nasihat yang diberikan oleh orang tua, jika orang tua memberikan contoh terlebih dulu. Situasi ini menjadi tempat yang tepat untuk membangun kebiasaan yang baik untuk anak dan secara perlahan-lahan anak akan mengadopsi nasihat serta kebiasaan yang dilakukan oleh orang tua.

“Mulai dari kebiasaan yang sederhana, menyampaikan nasihat dengan cara yang menyenangkan, mengajak anak untuk bersosialisasi dengan lingkungan yang baik dan jangan paksa anak untuk melakukan sesuatu.”

Begitu pun dengan kebiasaan mengungkapkan sesuatu dengan jujur atau ketika anaknya melakukan kesalahan. Mita tidak akan langsung menanggapinya dengan amarah, tetapi hadir untuk mendampingi, menasehati, memaafkan, memberikan solusi yang terbaik dan memastikan mereka untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Bagi Mita, kejujuran merupakan kebiasaan yang harus diperjuangkan dan setiap kesalahan yang dilakukan harus berani diakui lalu diperbaiki dengan bijaksana.

“Melarang anak untuk berbohong sebaiknya tidak hanya sebatas larangan untuk anak. Namun juga harus diterapkan pada orang tua. Bukankah orang tua adalah panutan bagi anak-anak, karena itu berusahalah untuk selalu bersikap jujur dalam setiap perkataan dan perbuatan. Jadilah orang tua yang jujur dan selalu menepati janji yang sudah diucapkan kepada anak.”

Memahami Anak dengan Cinta. Mita mensyukuri perannya sebagai seorang ibu bukan karena tanggung jawab atau tugas yang harus dilaksanakan, tetapi sebagai ibadah yang wajib diamalkan dalam hidup seorang perempuan sesuai perintah agama.

“Kemuliaan seorang ibu hingga disebut tiga kali dalam Sabda-Nya. Dalam Hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah RA, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: ‘’Abu Hurairah RA pernah berkata bahwa ada seorang laki – laki datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan bertanya: ‘Wahai Rasulallah siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik ?’, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab : ‘Ibumu’. Lalu siapa lagi? ‘Ibumu’. Siapa lagi? ‘Ibumu’. Lalu siapa lagi? ‘Ayahmu’..”

Di sisi lain, Mita selalu mendoakan dan berharap anak-anaknya menjadi pribadi yang soleh dan solehah. Doa anak-anak soleh dan solehah adalah amal jariyah sampai meninggalkan dunia. Mita selalu berdoa agar anak-anaknya menjadi anak yang takut akan larangan Allah Subhanahu Wata’ala dan menjalankan perintah Allah Subhanahu Wata’ala. Karena itu, Mita tidak pernah berhenti mengingatkan anak-anaknya untuk tidak meninggalkan sholat lima waktu, selalu bersedekah berapapun nilainya, selalu baik sama orang, dan selalu sopan sama yang lebih tua.

Memahami dengan hati dan memberikan kesempatan untuk berkembang adalah komitmen Mita dalam menyiapkan masa depan anak-anak. Mita bukanlah sosok ibu yang memaksakan kehendak, tetapi ia akan mendiskusikan segala sesuatunya dengan keterbukaan terutama dalam konteks minat dan pendidikan. Mita percaya setiap anak dilahirkan dengan bakat dan minatnya masing-masing. Ada yang berbakat di bidang sains, seni, bahasa atau beragam bidang lainnya.

Bakat dan minat yang dimiliki anak tidak akan berkembang jika anak tidak diberi wadah untuk mengeksplor bakat dan minatnya tersebut. Pada kondisi seperti ini, peran orang tua sangat diperlukan untuk membantu mengarahkan dan memfasilitasi bakat dan minat yang dimiliki anak. Untuk bisa mengetahui bakat dan minat anak, memang bukan perkara mudah. Orang tua harus bisa mengenal anaknya dengan baik yang tentu saja harus dilakukan dengan menghabiskan waktu bersama anak.

“Dengan melakukan interaksi dan komunikasi yang intens dengan anak, maka orang tua bisa tahu apa bakat dan minat yang dimiliki oleh anak. Selama ini saya berusaha mendiskusikan apa yang mereka suka dan yang mereka ahli karena pendidikan untuk masa depan mereka. Mereka sendiri yang menjalani dan jika mereka suka dengan pendidikan yang mereka pilih, pasti menjalaninya dengan mudah dan tanpa beban.”

Mengarahkan anak untuk menentukan pilihan pendidikan sendiri menjadi salah satu upaya dalam memupuk kemandirian anak. Sikap kemandirian wajib dimiliki anak agar suatu saat nanti anak akan terbiasa tinggal sendiri dan jauh dari keluarga hingga mampu berdiri di atas kaki sendiri.

Treatment untuk menanamkan kemandirian yang saya berikan dengan membiasakan anak mandiri sejak kecil. Contohnya jika anak pulang sekolah, mereka harus meletakkan sepatu di tempatnya sendiri, mengambil makanan sendiri dan membersihkan sisa-sisa makanan sehabis makan. Kebiasaan ini yang akan mereka ingat dan sudah terbiasa dengan hal-hal kecil seperti itu.”

Manfaatkan Waktu Luang.  Kesibukan sebagai ibu rumah tangga yang membutuhkan ekstra perhatian dan tanggung jawab tidak membuat Mita kehilangan ruang untuk bersosialisasi dan bersilaturahmi dengan sahabat dan komunitasnya. Ia rutin berkumpul dengan teman-teman yang terlibat dalam kegiatan masyarakat seperti pengajian, aktif mengikuti kegiatan baksos dan bergabung sebagai anggota PIA (Persatuan Istri Anggota Dewan). Ia juga terus menjalin silaturahmi dengan keluarga besar. Menurut Mita, silaturahmi dapat dilakukan kapan saja dan merupakan bentuk upaya untuk menyambung hubungan dalam kebaikan dan kedamaian.

“Silaturahmi dapat memperkuat hubungan yang sempat lemah, menjernihkan hubungan yang sempat keruh. Seperti Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari: Bukanlah bersilaturrahim orang membalas kunjungan atau pemberian, tetapi yang bersilaturrahim adalah yang menyambung apa yang putus.”

Bagikan:

Bagikan: