Crowdfunding Typography Banner

Octaviani Putri Pertiwi: Berorganisasi dan Berpolitik Tanpa Melupakan Tanggung Jawab Sebagai Ibu

Bagikan:

1

MajalahInspiratif.com, Jakarta – Octaviani Putri Pertiwi, perempuan cantik lulusan Program Studi Akuntansi Institut Pertanian Bogor yang aktif di berbagai organisasi dan kegiatan sosial merupakan full time ibu rumah tangga sejak 2019. Perjalanan karier Ocha, sapaan akrabnya, dimulai ketika ia duduk di bangku kuliah. Saat itu ia bergerak menjadi seorang wirausaha di BEM Corporation. Ocha membeli satu alat konveksi untuk produksi seperti PIN dan ID Card. Alat itu dibeli sendiri dan pekerja yang bekerja merupakan mahasiswa yang kurang mampu atau anak-anak menengah ke bawah yang berasal dari luar daerah. Ketika itu, produk yang dihasilkan dimanfaatkan untuk para panitia atau merchandise acara. Ocha menjadi seorang entrepreneur sembari tetap menyelesaikan kuliahnya. Setelah ia menamatkan pendidikan tinggi, Ocha sempat mengajar anak-anak SD dan SMP secara gratis.

“Jadi seperti ini, saya kan ngekos untuk kuliah, lalu banyak anak di sekitar kos yang anaknya datang ke kos. Saya mengajar secara gratis saja. Kalau di kampus sendiri kita dapat bantuan buku-buku dari perpustakaan IPB lalu di BEM Corporation itu ada buku-buku yang dikirim. Di sana anak-anak yang kurang mampu atau didekat masjid ada anak-anak yang jualan, yang minta-minta, mereka boleh baca dengan gratis. Lalu kami ajarkan membaca dan menyanyikan lagu.”

Ocha pernah bekerja di salah satu Bank dan beberapa kali pindah Bank. Ia berkarier sebagai Relationship Manager dan bertugas di area Sumatera Bagian Tengah. Namun tepat di bulan Juni 2019, Ocha memilih untuk berhenti dan fokus melahirkan serta mengurus anak-anak sendiri.

“Saya memutuskan lahirnya anak kedua untuk berhenti. Karena saya melihat anak saya yang pertama memang kurang dekat dengan saya. Apalagi dengan kerjaan di Bank yang pergi pagi dan pulang malam. Anak saya hanya diasuh oleh Mbak-nya. Jadi lebih dekat dengan Mbak dan ayahnya, bukan dengan saya. Itu sedih buat saya. Anak kedua saya menyusui langsung dan tidak pumping. Jadi saya juga pumping untuk dua belas anak susuan dan saya titipkan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Budi Mulia. Diperuntukkan bagi anak-anak yang ada di inkubator, anak-anak yang lahir prematur dan ASI ibunya belum keluar. Harapannya agar mereka sehat-sehat saja.”

Memutuskan untuk berhenti berkarier tidak membuat Ocha berdiam diri. Ia masih menjadi seorang wirausaha sejati di bidang penyewaan alat berat. Ocha terus bertekun dan berdiri kuat menghadapi segala tantangan yang ada. Buktinya belum lama ini ketika berhadapan dengan pandemi, ia mampu mengatasi masa-masa sulit meskipun mengalami banyak kemunduran. Tak dipungkiri sebagai pengusaha, bisnis yang dibangunnya mengalami penurunan sebanyak 50%, tetapi ia mengusahakan agar karyawan tetap mendapatkan hak yang sama dan tidak berhenti berjuang. Ketika banyak yang mengalami isolasi mandiri, Ocha membagikan sembako, masker atau santunan. Ocha juga masih sempat mendukung pedagang kecil yang jualannya tidak habis dan membuat program membeli dagangan untuk dibagikan ke orang-orang yang tidak mampu.

“Alhamdulilah-nya usaha saya itu merupakan kebutuhan bagi orang banyak. Untuk kebutuhan sehari hari masyarakat. Tapi dampak dari PPKM itu sendiri sangat terasa di usaha saya. Alhamdulillah sekarang sudah kembali normal dan berjalan baik kembali untuk usaha saya ini.”

Bangun Karier Politik. Ocha membangun karier politik kurang lebih satu tahun belakangan. Awalnya ia tidak mau terlibat dengan politik dan tidak memahami dunia politik. Secara awam, ia hanya mendengar saja tentang politik karena tidak pernah kuliah atau menuntut ilmu di bidang politik. Namun tahap demi tahap perjalanan yang dihadapi membuat ia tertarik mengikuti organisasi. Ini menjadi awal ia bergabung dengan Tunas Indonesia Raya atau TIDAR. Ia diajak saudara dari suaminya yang merupakan Ketua Tunas Indonesia Raya untuk Riau. TIDAR merupakan sayap organisasi dari Partai Gerindra. Di sana ada pengkaderan dan ada sekolah untuk belajar. Untuk apa bisa terjun, untuk apa berpolitik, bagaimana caranya pemilihan dan lain-lain. Ocha mendapatkan edukasi secara mendalam, sehingga ia mulai tertarik di dunia politik.

“Kebetulan kerabat suami Ketua Tunas Indonesia Raya untuk Riau. Kebetulan beliau juga Ketua DPRD Rokan Ulu atau di Kabupaten di sini. Inilah gunanya media sosial. Awalnya kalau saya terjun ke jalan untuk kegiatan berbagi atau kegiatan sosial lainya saya tidak pernah mempublikasikan. Tetapi di organisasi TIDAR ini saya belajar mempublikasikan itu. Memang bagi sebagian orang bilang ada negatif dan positifnya juga. Ada sebagian orang yang mengatakan kenapa diekspos. Pertama jika kita berkecimpung di organisasi kita harus memiliki akuntabilitasnya. Apabila ada orang yang ikut menyumbang di situ kita perlu yang namanya dokumentasi. Lalu yang kedua positifnya kita sendiri sebagai perempuan bisa mentriger orang-orang yang ada di sekitar. Jadi kita bisa membawa pengaruh positif juga.”

Ocha sudah terjun di organisasi dan juga berkecimpung di kegiatan sosial. Aktivitas ini yang mendorongnya ingin mengajak perempuan yang ada di Indonesia untuk berani terlibat di organisasi dan politik. Representasi perempuan di legislatif akan memberi keseimbangan dalam perumusan kebijakan.

“Jika ingin terjun ke dunia politik jangan takut karena kita bisa memberikan warna perumusan kebijakan dalam peraturan perundangan-undangan penganggaran dan pengawasan yang akan lebih berpihak pada kepentingan yang pertama kesejahteraan perempuan dan anak. Itu yang saya utamakan. Jadi karier perempuan di politik itu tidak hanya memenuhi 30% saja. Jika sekarang menurut UU No. 7 Thn 2017 tentang Pemilu itu, Partai Politik untuk mencapai Pemilu kurang 30% saja perempuan calon legislatif. Saya tidak mau hanya memenuhi itu. Tapi kita bisa merubah atau membantu tadi untuk peraturan perundang-undangan, perumusan kebijakan dan penganggaran. Untuk kesejahteraan perempuan dan anak.”

Ocha berharap perempuan Indonesia terus bergerak maju dan tidak ada rasa takut untuk berpolitik. Tujuannya untuk memajukan kesejahteraan perempuan dan anak-anak Indonesia, saling bergandengan tangan untuk bisa berdaya bagi masyarakat Indonesia.

“InsyaAllah di 2024 mudah-mudahan kalau misalnya Allah mengijinkan yang pertama. Yang kedua adalah support system saya. Yang pertama ibu saya. Ibu saya sangat mendukung dan doa beliau itu sangat mujarab. Lalu kalau suami saya masih tetap support system buat saya dan anak anak saya, saya maju.”

Peran Perempuan Indonesia. Ketika terjun ke organisasi baik sosial maupun politik, menurut Ocha, sebagai perempuan harus memperkenalkan diri secara benar. Misalnya sebagai istri dan ibu rumah tangga harus mengenal waktu. Ketika berorganisasi, ia harus mengetahui jam pulang dan kapan waktu yang diprioritaskan untuk keluarga. Artinya dengan tidak meninggalkan tugas utama di keluarga demi kegiatan organisasi. Ocha mengungkapkan bahwa peran perempuan di zaman sekarang lebih multitasking. Selain menjalankan peran sebagai istri, ibu juga mendampingi anak ketika belajar mengaji, ibu sebagai pekerja di tempat usaha dan juga aktif terlibat di dalam organisasi.

“Sebagai ibu dan istri tugas utama adalah mengurus keluarga. Dan untuk karier sendiri, pada saat berpolitik yang pertama dan utama adalah keluarga, kedua pekerjaan, ketiga baru organisasi. Jadi keluarga dan pekerjaan itu adalah support system. Dan yang bisa mendukung kita dalam berorganisasi. Bukan kita mengorbankan keluarga dan pekerjaan untuk organisasi.”

Tak hanya menjadi perempuan multitasking, pendidikan harus tetap diutamakan agar tetap berpikir maju, terbuka dan tetap teguh dengan agama. Hal-hal baik diutamakan, hal buruk ditinggalkan dan kebijaksanaan dalam menghadapi setiap tantangan yang ada dengan keberanian, tetapi tidak melupakan adat istiadat, norma dan agama yang dianut. Sebagai perempuan wajib memahami bagaimana caranya menempatkan diri dan memiliki intuisi tinggi. Ada saat di mana perempuan menunjukkan jika ia merupakan ibu rumah tangga, memiliki anak dan suami, sehingga jika terjun aktif di dunia politik ataupun berkarier di bidang apapun akan selalu ada batas untuk mengingatkan waktu dan kembali kepada prioritas keluarga.

“Perempuan adalah garda terdepan pendidikan. Nah, jadi menurut saya agar bangsa itu maju, perempuannya harus maju juga. Kenapa dikatakan garda terdepan pendidikan, karena yang pertama kali mengajarkan anak-anak adalah kita. Apa yang anak-anak kita ketahui itu semua adalah hasil dari didikan dan contoh dari kita juga. Perempuan itu bisa mencerdaskan generasi penerus. Kalau semua itu bisa balance, wah luar biasa sekali. Tanpa melupakan kodrat sebagai istri.”

Raih Prestasi. Rangkaian prestasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan karier perempuan yang hobi memasak, traveling, workout dan Muaythai ini. Ketika berkarier di perbankan, ibunda dari Muhammad Arcarizi Pratama dan Muhammad Aravin Dirga ini, menjabat sebagai Relationship Manager Funding Top 1 untuk area Sumatera Bagian Tengah dari Palembang, Batam dan Tanjung Pinang. Untuk di organisasi, ia berkarier sebagai Kepala Bidang Peranan dan Pengembangan Perempuan. Namun saat ini ia dipercaya menjadi Bendahara TIDAR Provinsi Riau dan Wakil Sekretaris Gerindra Provinsi Riau.

Sosok Inspirasi. Ibu adalah orang pertama yang menginspirasi. Karena Ibu sudah menjadi Dewan Kota Jakarta Selatan dan dari kecil Ocha sudah melihat ibunya yang suka berbagi dan aktif melakukan kegiatan sosial. Bukan hanya terhadap keluarga, tetapi teman-teman Ocha dan lingkungan sekitar.

“Ibu saya tidak masuk di politik tetapi dipilih oleh warga langsung. Dan itu di bawah Wali Kota Jakarta Selatan. Sampai sekarang, Ibu saya orang yang aktif di kegiatan sosial. Itu yang menginspirasi saya. Kebaikan hatinya, cara berbaginya, cara bermasyarakatnya seperti apa itu saya contoh dari Ibu saya.”

Selanjutnya yang menjadi sosok inspirasi dalam berpolitik adalah Ketua Umum TIDAR yaitu Mbak Saraswati. Bagi Ocha, Mbak Saraswati merupakan sosok yang luar biasa dalam berpolitik apalagi memajukan perempuan. Tak ketinggalan, sahabatnya Mbak Tia yang merupakan Ketua TIDAR di Sumatera Utara dan merupakan Anggota Dewan Provinsi Sumatera Utara. Dari kedua figur tersebut, Ocha belajar bagaimana membagi waktu dengan cerdas untuk keluarga, politik dan karier serta tetap membatasi diri serta memprioritaskan kebersamaan dengan anak-anak.

“Saya mengajak perempuan Indonesia untuk terus berpola pikir terbuka tetapi tetap dalam adat istiadat, agama, tapi tidak menutup diri untuk berkembang dan berkarya. Karena menurut saya sendiri perempuan itu mempunyai versi terbaiknya sendiri di dalam diri, sehingga bisa membuat dunia ini menjadi lebih baik. Karena dengan hati dan perasaannya baru dia lakukan. Jadilah versi terbaik dari dirimu agar bisa mengubah dunia.”

Bagikan:

Bagikan: