MajalahInspiratif.com, Jakarta – Tak ingin Bank Perkreditan Rakyat (BPR) terus menerus dianggap sebagian masyarakat sebagai bank buram dan berisiko, Alex P Chandra selaku banker, berupaya melakukan berbagai perubahan dan gebrakan baru guna memperbaiki reputasi BPR. Bukan hanya pada BPR Lestari yang digawangi, tapi juga pada BPR-BPR di berbagai daerah di Indonesia. Ia bahkan mendirikan satu komunitas nasional yang mengumpulkan BPR-BPR daerah untuk bersinergi dalam merebut 5% dari 98% market share yang selama ini dikuasai bank umum.
Enam tahun menjejakan karier di salah satu bank nasional ternama, membuat sepak terjang Alex P Chandra di dunia perbankan cukup terasah. Di tahun 1998, kala perekonomian Indonesia diguncang krisis moneter (krismon), Alex, begitu sosok berperawakan gagah ini biasa disapa, memutuskan untuk resign, dan memilih mengambil alih satu Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali, yang ketika itu hampir kolaps.
“Sebenarnya tidak ada faktor determinan yang mendorong saya untuk resign, ada beberapa alasan. Saat krismon bank tempat saya bekerja termasuk dalam daftar BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional). Sebagai Kepala Cabang, saya merasa kekacauan yang terjadi di bank tersebut bukan salah saya, sebab saya menyakini pekerjaan saya cukup bagus. Tapi karena hanya berstatus sebagai karyawan, nasib pekerjaannya tidak di tangan saya. Saya merasa hidup saya tidak dikontrol oleh saya, bergantung sama orang lain atau badan organisasi lain. Selain itu bapak saya yang kebetulan bergelut sebagai pedagang, selalu bilang kalau bekerja itu income-nya limited, sedangkan pedagang, pengusaha, income-nya tidak ada limit. Berapa banyak kita kerja, itu kita dapatkan. Akhirnya terinspirasi untuk mandiri di usia 30 tahun. Jadi hitungannya kalau di umur 30 tahun saya mengalami kegagalan, saya masih cukup muda untuk memulai kembali. Dan BPR yang saya ambil alih ini menjadi tantangan baru buat saya untuk menjajal kemampuan,” cerita Alex.
Lakukan Pembenahan. Semula, BPR yang diambil-alih Alex sejak tahun 1999 tersebut, mengusung nama BPR Sri Rezeki Lestari, kemudian rebranding menjadi BPR Lestari. Bersama tiga orang partner, Alex juga melakukan banyak pembenahan guna mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.
“Langkah pertama yang kami lakukan adalah menyuntikkan budget senilai Rp 500 juta untuk membiayai operasional bank. Sedikit demi sedikit kita benahi juga sumber daya manusianya, seperti penampilan mereka yang sebelumnya tidak mengenakan seragam kemudian kami berikan seragam supaya lebih rapi. Walaupun slowly tapi kemujuan BPR Lestari ini cukup terlihat. Dan beberapa tahun kemudian kembali kami lakukan injeksi dana senilai Rp 4 milyar,” tambah sosok kelahiran Rangkas Bitung, 26 September ini.
Lika-liku Perbankan. Bagi Alex, terpuruknya perekonomian ekonomi dalam negeri yang saat ini terjadi akibat pandemi COVID-19, bukanlah hal yang harus dirisaukan. Karena sepanjang karier sosok lulusan Teknik Elektro Universitas Trisaksi ini, sudah mengalami banyak lika-liku yang menghempaskan dunia perbankan.
“Kondisi ekonomi saat Krismon 98 itu sangat terpuruk, kita bahkan sempat merasa bahwa hampir tidak ada harapan. Tapi nyatanya life back to normal lagi. Kemudian kalau saya flashback lagi ketika saya baru mulai BPR Lestari, di tahun 2002 terjadi bom Bali, menyusul kemudian di tahun 2005. Kedua peristiwa itu membuat situasi dan kondisi di Bali persis seperti sekarang, sepi. Tapi kita bisa kembali melewatinya. Lain lagi di tahun 2008, ketika kasus Bank Century merebak, bank-bank lain ikut terimbas, krisis juga. Jadi menurut saya, kita pasti bisa melewati ini, sama seperti krisis-krisis terdahulu. Makanya saya sering sarankan kepada pengusaha, bahwa ini krisis besar tetapi tidak ada yang menjamin krisis ini tidak akan terjadi lagi di kemudian hari. Untuk itu, kalau kita ingin terus bertumbuh, maka salah satu kuncinya harus disiplin. Dan survive tidaknya kita di masa pandemi, tergantung dengan apa yang kita kerjakan sebelum krisis. Misalnya, kalau sebelum krisis kita selalu disiplin untuk menabung, ketika krisis datang kita tidak akan terlalu panik karena masih bisa hidup dari tabungan,” tekan Alex.
Hal itu pula yang membuat Alex selalu disiplin dalam menerapkan kebijakan di BPR Lestari.
Salah satunya dengan menjaga posisi pinjaman versus dana yang dipinjamkan. “Sejak awal mengelola BPR Lestari, dari 100% dana yang kita miliki, hanya 65% saja dana yang kita pinjamkan kepada masyarakat, sisanya 35% kita keep. Ibarat kapal laut, kondisi tersebut berarti kapal dalam keadaan full tank, jika suatu waktu dikelilingi badai tidak akan mogok di tengah laut,” tegasnya.
Tak jarang, Alex mengingatkan para nasabah BPR Lestari maupun pengusaha lain, agar cermat dan cerdas dalam berinvestasi. Karena dalam dunia ekonomi itu selalu ada naik dan turun.
“Ketika bisnis yang dijalankan tengah naik, banyak pengusaha yang suka tumbuh secara tidak disiplin. Misalnya masuk ke bidang usaha yang bukan core kompetensi mereka. Dan ekspansinya dibiayai dari utang. Ketika terjadi penurunan ekonomi, mereka terjebak utang dan karena dia tidak punya kemampuan bisnis baru mereka pada akhirnya jadi boomerang,” tutur Alex.
Relaksasi Kredit. Sesuai aturan yang diberlakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang memberikan relaksasi kredit bagi para pengusaha yang terdampak pandemi dengan kebijakan restrukturisasi kredit untuk jangka waktu tertentu, Alex juga menangguhkan cicilan utang para nasabah BPR Lestari.
“Bagaimanapun menurunnya omset mereka bukan karena kinerja mereka tapi karena keadaan. Kalau kita tekan mereka untuk tetap mencicil itu sama saja dengan mematikan mereka. Kita berikan mereka kesempatan untuk bernafas sejenak. Ketika ekomoni pulih dan mereka bisa kembali menjalankan usaha, mereka pasti bisa kembali membayar kewajiban kepada bank. Memang akan ada orang yang gagal ketika ekonomi pulih, akan ada kenaikan kredit bermasalah di era restrukturisasi berakhir, dan bank-bank harus siap dengan hal itu. BPR Lestari juga sudah menyiapkan dan untuk mengantisipasi meningkatnya kredit bermasalah pasca-pandemi ini,” ujar Alex, lugas.
Inisiatif Digital. Pengalaman Alex melewati beberapa krisis, mendorongnya untuk selalu sedia payung sebelum hujan. Tak sekadar menyiapkan dana, sebelum pandemi COVID-19, Alex juga sudah menggelontorkan beberapa sistem aplikasi yang bisa diakses nasabah di mana saja lewat sambungan internet. “Di masa pandemi ini, kami merasa masih beruntung. Karena jauh sebelum pandemi kita sudah punya izin mobile banking namanya Lestari Mobile. Dan di tengah krisis ini, kita rancang beberapa inisiatif digital yang juga sudah mengantongi izin, sehingga pelayanan kita untuk customer tidak berkurang malah bertambah. Menjadikan posisi BPR Lestari relatif lebih di depan ketika pandemi berakhir,” ungkap Alex.
Selain Lestari Mobile, Alex juga meluncurkan aplikasi Lestari Diskon, yang bisa digunakan saat berbelanja di merchant-merchant BPR Lestari. Ada juga DepositGo yang memudahkan masyarakat saat akan mendepositokan atau mencairkan uang mereka tanpa harus ke bank, cukup lewat handphone dan limit-nya tidak terbatas.
Aturan PPKM yang membatasi masyarakat keluar rumah, pada akhirnya membuat transaksi E-Channel yang dirancang BPR Lestari terus meningkat setiap hari. Dan saat ini sudah mencapai lebih dari 53 ribu transaksi per bulan.
Motor Penggerak. Sebagai Bank Perkreditan Rakyat dengan sebagian besar nasabah yang berstatus sebagai pengusaha, BPR Lestari bukan sekadar memberikan bantuan berupa suntikan dana, tapi juga kerap menggelar pelatihan yang sangat bermanfaat bagi para nasabah dalam memajukan dan mengembangkan usaha mereka.
“BPR Lestari punya 2 club entrepreneur, yakni Lestari Entrepreneur Club untuk pebisnis pemula dan Lestari Business Club untuk pebisnis yang sudah settle. Sebelum pandemi kami sering menggelar gathering salah satunya pelatihan tentang digital marketing. Namun saat ini pelatihan yang kami berikan biayanya jauh lebih murah karena hanya digelar lewat zoom, dengan narasumber berkompeten,” tuturnya.
Di luar komunitas para pengusaha tersebut, Alex juga mendirikan satu network yang menjaring BPR-BPR dari seluruh Indonesia. “Di komunitas bernama Lestari Network ini, kami membahas industri keuangan micro. Saat ini sudah ada 200-300 BPR daerah yang bergabung dan secara rutin kita ngobrol bareng. Ada 3 issue yang kita angkat, pertama mengenai management kompetisi SDM yang masih kalah dengan bank umum, kedua tentang likuiditas dan ketiga perihal teknologi,” papar Alex.
Ditekankan Alex, melalui Lestari Network, Alex mengajak BPR Nasional bukan lagi mengkhawatirkan tentang persaingan antar BPR, tetapi bagaimana membangun sinergi untuk memperbaiki reputasi BPR di mata masyarakat dan meningkatkan kinerja BPR.
“Lewat BPR Lestari sebagai motor penggerak, saya berharap kita bisa menyusun kekuatan untuk masuk ke segmen yang selama ini dikuasai oleh bank umum dan merebut setidaknya 5% dari 98,4% market share yang selama ini mereka kendalikan. Jadi bukan lagi bersaing antar BPR, tapi antara BPR dengan bank umum,” pungkas pehobi olahraga lari dan bersepeda ini.
Info Lebih Lanjut:
BPR Lestari
Jl. Teuku Umar 110
Denpasar, Bali