MajalahInspiratif.com, Jakarta – Dengan optimisme dan keberanian, Mery mampu mewujudkan impiannya memiliki usaha kue dengan brand Mery Cen Cake. Ia pun menerapkan standar kualitas yang tinggi pada setiap kue kreasinya dan selalu mengikuti trenscarpe geox uomo outlet benetton online saldi relaxdays online shop la milanese borse 2023 costa calzature emme marella saldi harmont & blaine outlet donna marella outlet online gioie di gea saldi marella 2023 tata online marella outlet online shop borse marella scontate marella outlet geox sconti yang berkembang.
Kejelian melihat peluang bisnis membuat Mery sukses mengembangkan bisnis kue. Wanita yang akrab disapa Mery Cen ini, mulai merintis usaha setelah ia menikah. “Saya hanya lulusan D1 jadi gaji juga tidak besar. Setelah menikah dan berhenti bekerja, saya mencari usaha sambilan yang bisa dilakukan di rumah. Kebetulan Tante menjual bahan kue dan mengajar kursus membuat kue. Nah saya pun mulai tertarik menjalankan usaha toko bahan kue,” kenang wanita kelahiran 13 Oktober 1973 ini.
Setelah banyak belajar dengan Tantenya yang juga seorang guru pengajar berbagai macam kue di Toko Kue Anggrek Palembang, Mery Cen pun percaya diri untuk mulai membuka toko bahan kue. “Waktu itu saya pulang-pergi Jakarta-Palembang kira-kira beberapa tahun untuk belajar dengan Tante saya, baru saya berani buka toko bahan kue,” ujarnya.
Sambil merintis toko bahan kue, Mery Cen juga membuka kursus membuat kue untuk menarik minat masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. “Saya buat spanduk besar dan setiap Sabtu saya mengajar supaya orang tahu bahwa di tempat saya ada bahan kue,” jelas Mery Cen yang mendapat support dari Tantenya.
Kursus membuat kue yang dirintis Mery Cen berkembang dari 3 murid bertambah menjadi 12 orang murid dalam setahun. Sambil menjual bahan kue, Mery Cen juga menerima pesanan kue Ulang Tahun. “Jadi saya bikin display satu lemari untuk memajang kue-kue dummy di depan rumah. Jadi ketika orang lewat akan bertanya dan tertarik untuk memesan. Nah waktu itu tiba-tiba ada yang pesan kue satu bulanan untuk dibagi-bagi, sekali pesan 30 paket kue ukuran kecil-kecil. Seperti kue Lapis Surabaya yang dihias,” kenangnya.
Di awal usaha tahun 2000-an, Mery Cen baru memiliki peralatan membuat kue seperti mixer ukuran kecil. Ketika mendapat pesanan 30 paket kue tersebut, ia pun merasa kewalahan. “Saya waktu itu belum punya mesin mixer ukuran besar. Kebetulan Tante saya ada di Jakarta dan dia bilang beli mesin mixer besar saja, sekali kocok bisa dapat 8 paket, jadi kamu cuma tinggal 4 kali kocok selesai. Akhirnya Tante membantu saya membeli mesin mixer besar dari supplier langganannya, karena saya masih baru merintis,” jelas Mery Cen.
Wanita yang hobi memasak dan olahraga ini juga rajin mempromosikan usahanya, salah satunya dengan menaruh kartu nama di dalam kemasan bahan kue yang dijual. Dengan promosi dari mulut ke mulut, usahanya pun mulai berkembang.
Di tengah perjalanan usaha, omset dari pesanan kue ternyata lebih banyak dibandingkan penjualan bahan kue. Mery Cen pun memilih menutup usaha bahan kue dan kursus kue supaya bisa lebih fokus mengembangkan bisnis penjualan kue. “Banyak juga orang yang masih ingin kursus, tapi saya masih ingin fokus mengembangkan usaha penjualan kue ini dan juga penjualan Pempek dengan sistem pre order,” terang Mery Cen.
Kiat Sukses: Berani Memulai Bisnis dan Tidak Takut Rugi
Di masa pandemi Mery Cen juga menjual Pempek dengan sistem pre order. Karena pesanan kue sedikit menurun, ia mencoba berjualan Pempek dengan sistem pre order. “Saat pandemi penjualan kue tidak begitu banyak karena jarang ada acara ulang tahun, jadi saya juga jual Pempek dengan sistem pre order dan ternyata ramai peminat,” ujarnya.
Dalam menjalankan usaha, Mery Cen juga memikirkan risiko, termasuk siap rugi. Apalagi keluarganya memang sudah terbiasa menjalankan usaha, seperti Sang Mama yang membuka usaha resto. “Kalau suami kan background-nya karyawan kantoran, jadi waktu awal buka usaha suami masih ragu-ragu. Tapi saya lebih berani dan yakin karena kalau kita tidak mencoba kita tidak akan tahu. Dalam semua bisnis itu kita jangan memikirkan takut rugi. Kalau takut rugi ya tidak akan mulai. Kalau terus ketakutan kapan mulai,” tegas istri dari Liong Ieyu ini.
Mery Cen juga mengikuti tren yang sedang diminati, antara lain ia menawarkan Buket Balon dan Buket Uang. Menurutnya, pebisnis harus selalu mengikuti tren. Ia juga terus mengikuti perkembangan zaman, termasuk mempromosikan produk di media sosial. “Dari IG, TikTok dan lainnya kita bisa melihat kue apa yang sedang tren dan kita bisa belajar sendiri. Kalau orang lain bisa tentu saya juga bisa, apalagi saya memang mudah termotivasi. Saya tidak punya rasa minder. Kita tahu kemampuan kita. Kalau tidak bisa tidak perlu dipaksakan, yang bisa kita jalankan. Ada hal-hal yang kita tidak perlu memaksakan diri kita. Kita kan juga butuh healing, jangan terlalu monoton bekerja,” bijaknya.
Di bisnis kue saat ini, menurut Mery Cen, banyak anak muda yang pintar membuat aneka jenis kue. “Kalau soal rezeki tidak akan ke mana-mana selama kita tidak malas dan terus berusaha. Misalnya kita bisa promosikan produk kita di IG, dengan membuat konten-konten video di Reels, supaya bisa dikenal,” ujarnya.
Ke depan Mery Cen masih ingin membuka kursus kue lagi jika ada waktu lebih luang. Untuk mengajar kursus kue secara online, ia mengaku belum begitu paham caranya. Ia juga belum memiliki banyak waktu luang untuk mengajar kursus kue lagi. “Saya lebih suka mengajar secara offline karena bahan kue itu banyak sekali, kecuali yang bahannya gampang. Kalau online belajar saja di Youtube,” jelasnya.
Di tempat usaha yang juga menjadi tempat tinggalnya, Mery Cen dibantu karyawan yang loyal bekerja dengannya selama 20 tahun. Saat ini banyak konsumen yang memesan kue secara online lewat WhatsApp. “Saya tidak buka toko lain, sekarang kan online jadi customer tidak perlu datang. Kita bisa kirim-kirim gambar dan harga kue lewat WhatsApp. Setelah konsumen isi data lalu saya terima pesanannya.”
Mery Cen menerapkan standar kualitas yang tinggi dan ia tidak ingin menurunkan kualitas kue yang dibuatnya. “Dulu ada konsumen yang ingin memesan cake, minta dibuatkan cake yang budget-nya lebih murah, artinya bahan-bahannya diubah yang lebih ekonomis, tapi saya bilang tidak bisa, karena saya tidak mau standar kue saya jadi berubah. Saya punya standar sendiri.”
Dalam menjalankan bisnis, Mery Cen berusaha untuk tetap optimis, harus berani, karena pikiran kita sangat berpengaruh. Ia selalu berpikiran positif bahwa ia pasti bisa. “Jangan berpikiran aku bisa tidak ya. Tapi kalau berpikiran aku pasti bisa, contohnya membuat buket balon. Di awal-awal membuat buket saya berikan ke saudara, saya foto dan upload di IG. Dari sana banyak customer yang memesan, termasuk pesanan kue ulang tahun. Saya berusaha membangun kepercayaan customer ya jadi apapun yang kita buat orang itu percaya.”
Tanamkan Nilai Kemanusiaan pada Anak
Mery Cen sosok wanita cantik yang ramah, suka bercanda tapi juga tegas. Ibu dari Sharren Yumerta dan Yusan Christian ini, mendidik anak-anaknya dengan cara yang lembut tapi tetap tegas dan berwibawa.
Dalam menanamkan nilai-nilai kemanusiaan pada anak-anaknya, pada saat anak-anak masih kecil, Mery Cen selalu mengobrol dan berdoa bersama sebelum anak-anak tidur. Ia juga memberikan contoh perbuatan yang baik dan tidak baik pada anak-anaknya. “Kita doa bareng, menanamkan iman ke anak-anak. Kuncinya keterbukaan, agama yang paling penting. Kita juga harus mengajak mereka mengobrol, tapi kalau sudah remaja, memang agak susah, tetap kita harus mengerti dan ngobrol terbuka dengan mereka supaya kalau ada masalah mereka akan meminta pendapat kita sebagai orang tua,” jelasnya.
Mery Cen bersyukur dari hasil usahanya yang didukung penuh sang suami bisa memiliki rumah. Sebagai bentuk rasa syukur ia pun selalu mengirimkan sebagian rezeki kepada orang tuanya.
Ia mengenang masa-masa sebelum menikah dan belum memiliki usaha. Setelah lulus SMA di Palembang, Mery Cen yang saat itu masih berusia 19 tahun, merantau ke Jakarta untuk bekerja. Namun gaji lulusan SMA yang terbilang kecil mendorongnya untuk kuliah lagi selama satu tahun mengambil jurusan Sekretaris. “Saat itu paman saya punya pacar sekretaris. Saya pun ingin kelihatan hebat dan ingin berpenampilan seperti sekretaris, jadi saya ambil jurusan Sekretaris. Tapi setelah lulus dan bekerja sebagai sekretaris ternyata saya tidak berminat. Saya lebih memilih menjadi marketing karena lebih suka mengobrol dan bertemu orang daripada di kantor membantu pekerjaan bos,” kenangnya.
Mery Cen memutuskan berhenti bekerja setelah ia jatuh naik motor saat pulang kerja. Ia pun membantu Sang Mama yang membuka usaha resto. “Mama juga menjual menu vegetarian. Dulu saya bantu Mama cukup lama, ada 4 tahun,” kenangnya.
Setelah menikah dan membuka usaha sendiri, kini Mery Cen bisa membagi waktu secara leluasa untuk keluarga dan teman-temannya. “Sekarang bisa jalan-jalan dengan keluarga, masih bisa reuni-reuni sama teman-teman, sudah bisa ninggalin toko karena sudah ada asisten,” ujarnya seraya bersyukur.