Pengusaha Nikel, Sekjen APNI (Asosiasi Pertambangan Nikel Indonesia)

Meidy Katrin Lengkey, “Anak dan Keluarga adalah Alasan Saya untuk Terus Berkarya…”

Bagikan:

MajalahInspiratif.com, Jakarta – Setiap anak tak bisa memilih dari keluarga mana ia dilahirkan, namun, setiap anak memiliki kesempatan untuk memperbaiki hidup, bahkan mengangkat derajat keluarga. Hal inilah yang menjadi alasan Meidy Katrin Lengkey, terus bekerja keras demi mengubah nasib keluarga.

Tak heran jika perempuan single parent ini, tetap tangguh mengarungi bisnis demi memberikan kehidupan yang layak bagi ketiga buah hatinya, meskipun bisnis yang dijalankan banyak didominasi kaum adam.

Bangkit Berkarya Demi Buah Hati

Jelang perayaan natal 2008, tepatnya di tanggal 24 Desember, menjadi hari paling suram dalam kehidupan Meidy. Bagaimana tidak, ia harus kehilangan separuh jiwanya yang lebih dulu menghadap Tuhan yang Maha Kuasa. Duka akibat kematian sang suami tersebut bahkan sempat membuatnya kehilangan semangat hidup.

Namun, keimanan pada tuhan yang kuat menyadarkan Meidy untuk kembali bangkit dan berkarya. Apalagi ada tiga anak yang harus ia besarkan dan masih membutuhkan perhatiannya. “Kebahagiaan terbesar seorang ibu yang juga berperan sebagai Bapak, adalah melihat anak-anak tumbuh sehat, pintar, setia mengandalkan Tuhan, rajin beribadah, hormat, sopan dan patuh ke semua, dan tidak pernah menyusahkan orang tua. Tuhan sudah menyediakan segala sesuatunya, asal percaya dan yakin, semua sangat indah,” tutur ibunda dari kan  Varrel, Varley dan Varischa ini.

Perjalanan Karier. Dunia kerja dan bisnis sebenarnya telah dimulai Meidy sejak menyelesaikan pendidikan tingkat SMA. Ketangguhannya menjalani hidup menuntunnya untuk melakukan perkerjaan dan usaha apapun demi menghasilkan pendapatan halal.

“Pertama kali bekerja, saya diterima sebagai karyawan di sebuah perusahaan sparepart  kayu.  padahal ketika itu saya sekedar mengantar seorang saudara yang hendak membeli sparepart mesin di perusahaan tersebut. Mungkin karena sepanjang transaksi dan ngobrol bareng mereka menilai saya tipe orang yang mengutamakan keihklasan dan disiplin. Sehingga pihak perusahaan merekrut saya yang ketika itu juga masih kuliah. Mereka bahkan tidak keberatan saya bekerja sambil kuliah,” cerita Meidy, yang bekerja di perusahaan tersebut hingga ia menamatkan kuliah.

Tak sekedar mencari uang, selama bekerja di perusahaan kayu itu, Meidy juga mencari pengalaman sebanyak mungkin. Ia berharap pengalaman yang didapat kelak bisa menjadi modal untuk berkiprah di masa yang akan datang.

Jiwa petualangan perempuan kelahiran Manado, 21 April 1978 ini seakan kian bertumbuh. Apalagi ia kerap ditugaskan perusahaan untuk meninjau lokasi kayu di pedalaman hutan yang melewati banyak pedesaan. Baginya, ada hiburan tersendiri ketika melakukan perjalanan ke desa-desa dan bertemu dengan masyarakat setempat. “Ada banyak cerita yang saya temui, dari cerita menarik hingga hal-hal berbau mistis dan lain sebagainya. Namun, hal tersebut tidak menghalangi semangat saya untuk menggali pengalaman dan potensi diri,” tegasnya.

Kegigihan Meidy itu pula yang kemudian membuat perusahaan mempercayakannya memperdalam product knowledge hingga ke luar negeri. Ia dikirim ke pabrik-pabrik pembuat mesin-mesin kayu di negara-negara tersebut, sehingga menguasai cara mengaplikasikannya.

Terjun Ke Dunia Pertambangan. Kematangan Meidy dalam menguasai product knowledge dan industri perkayuan, membuatnya sering diundang para principal dari beberapa negara, seperti Jerman, Cina, Taiwan dan Italia untuk berbagi ilmu. Hingga pada satu ketika perusahaan mendaulatnya memimpin divisi sendiri ke Kalimantan.

Ketika itu perusahaan menugaskan saya menjadi personal approach ke pabrik besar yang sparepart-nya di-support dari perusahaan tempat saya bekerja. Ketika mengunjungi pelabuhan muat, saya melihat ternyata pelabuhan untuk muat kayu jadi satu dengan pelabuhan muat batubara. Kemudian tanpa sengaja saya bertemu Warga Negara Asing (WNA), yang kesulitan berkomunikasi dengan masyarakat lokal di pelabuhan. Karena bisa berbahasa Inggris, akhirnya saya membantu menjadi interpreter untuk keduanya,” tutur Meidy.

Kemahiran dan keluwesan Meidy sebagai penerjemah, menarik perhatian orang asing tersebut. Hubungan pertemanan keduanya pun semakin akrab, hingga kemudian Meidy direkrut sebagai staff personal sekaligus membantu mengembangkan bisnis batubara yang dijalankan WNA tersebut.

“Di tahun 2007, saya diminta mencari tambang nikel di daerah Kendari, Sulawesi Tenggara. Setelah ditemukan, saya diminta ke lokasi untuk menangani proses perdagangan nikel tersebut. Seiring waktu bisnis perdagangan nikel perusahaan WNA itu berkembang pesat hingga ke kota-kota lain dan pada akhirnya perusahaan mempunyai tambang sendiri. Relasi pun diperkuat dengan Pemerintah Daerah (Pemda) setempat terkait teknis perizinan, keamanan dan lain sebagainya. Dari sini saya percaya bahwa kemampuan berkomunikasi yang baik itu sangat berperan, sehingga orang akan nyaman dengan kita dalam berkomunikasi,” tutur Meidy.

Seiring waktu, pengalaman yang terus bertambah dan kemauan untuk mendengarkan masukan dari para ahli tambang, membuat kemampuan Meidy dalam menganalisa dan memprediksi areal mana saja yang bisa memproduksi hasil tambang berkualitas kian terasah.  Padahal ia tidak belajar dan tidak secara khusus sekolah pertambangan ataupun Ilmu Geologi, termasuk sekolah Komunikasi. “Bagi saya yang penting percaya diri dan yakin jika Tuhan sudah mengarahkan ke suatu tempat pasti ada sesuatu di sana,” katanya.

Putuskan Berdikari. Pengalaman dan link bisnis yang terus berkembang menguatkan tekad Meidy untuk berdikari. Bekerja sama dengan anak seorang pejabat daerah, ia membuka lahan pertambangan nikel sendiri. Meidy bahkan rela bolak- balik ke daerah demi mengontrol pertambangan dengan tetap mengawasi kedua buahnya yang tinggal di Jakarta.

Sayang, 5 tahun menjalankan bisnis Meidy harus menelan pil pahit ketika pemerintah melarang ekspor biji nikel. Meski sempat dirundung kebingungan, namun Meidy segera banting stir menggeluti dunia lamanya. Yakni, kembali menjalankan bisnis kayu. “Bagaimanapun roda kehidupan terus berjalan, banyak cicilan dan biaya hidup yang harus saya penuhi. Alasan itu yang mendorong saya kembali ke bisnis yang sebelumnya pernah saya tekuni,” ungkapnya, lirih.

Kepercayaan Pemerintah. Beruntung, kebijakan pemerintah tersebut tidak berlangsung permanen. Karena di tahun 2017, keran ekspor nikel kembali dilegalkan. Demi melindungi para pengusaha nikel,  Kementerian ESDM di bawah Direktorat Mineral dan Batubara (MINERBA), kemudian membentuk Asosiasi Pertambangan Nikel Indonesia (APNI), dan menunjuk Meidy sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen).

“Dengan menimbang maksud dan tujuan dan manfaat didirikannya APNI, untuk membantu negara, berpotensi peningkatan pendapatan negara, saya mau ikut turun menjadi Sekjen APNI yang diresmikan pada tanggal 6 Maret 2017,” tutur sosok yang menjadi satu-satunya perempuan ketika APNI dibentuk dan dianggap mampu menjadi penengah dan bersuara untuk dunia pertambangan nikel Indonesia.

Dituturkan Meidy, APNI menangani beragam masalah yang menyangkut pertambangan nikel, salah satunya memperjuangkan harga. “Sebelum ada APNI harga dilakukan suka-suka, seenaknya, sehingga kita tidak bisa menutup biaya untuk reklamasi dan lingkungan, untuk CSR dan lainnya sehingaa ada efek domino. Namun setelah ada APNI harga ditetapkan pemerintah, harganya bagus, penambang untung, pemerintah juga untung. Namun untuk perjalanan ini tidak gampang harus mengurus ke kementerian terkait, ke Lembaga MPR dan DPR, ke Kepolisian terkait keamanan menyampaikan fakta yang ada, dan akhirnya berhasil meskipun belum seratus persen tapi sudah baik. APNI menjadi organisasi yang diakui secara internasional, dan suda bekerjasama dengan organisasi sejenis di luar negeri. Setiap ada even international APNI yang diundang, ada kegiatan- kegiatan pemerintahan APNI yang diundang,” jelas Meidy.

Kinerja dan loyalitas Meidy yang begitu tinggi pada dunia pertambangan nikel juga membawanya dipercaya Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang saat ini telah menjadi Kementerian Investasi, sebagai Anggota Komite Penanaman Modal BKPM bidang Pertambangan. Keputusan tersebut tertuang dalam SK Kepala BKPM No. 32 Tahun 2021, yang diluncurkan pada 14 Januari 2021, lalu.

Namun, kepercayaan penting itu tak lantas diterima Meidy. Ia meminta waktu selama 1 bulan untuk berpikir dan memohon petunjuk tuhan. “Ketika mendapatkan tawaran tersebut, secara mental saya merasa tidak mampu. Makanya saya minta waktu untuk berkomunikasi dengan tuhan. Apa sebenarnya rencana Tuhan menempatkan saya di pemerintahan, pasti ada sesuatu yang Tuhan rencanakan, apakah untuk saya, untuk anak saya, keluarga saya, orang sekitar saya, saya tidak tahu. Setelah bedoa dan berpuasa selama 1 bulan, akhirnya saya menerima dan mencoba menjalaninya,” ungkap Meidy berpasrah pada Kehendak dan Rencana Tuhan.

Agustus 2021, Meidy mendapat tanggung jawab untuk skala yang luas.  Salah satu perusahaan terbesar di QATAR, yaitu JTA Holding mengangkatnya sebagai Country Manager Indonesia. Meski sempat bingung mengapa dirinya yang terpilih, tapi ia menyakini ada rencana Tuhan yang lebih besar untuk dirinya, keluarga, terutama untuk bangsa dan negara tercinta Indonesia.

“Prinsip saya, semua yang ada di dunia ini milik Tuhan. Kalau kita salah, Tuhan akan marah.  Kalau hati kita bengkok, Tuhan akan bengkokkan juga. Jalani dengan lurus, jangan ada keserakahan, jangan sombong, jangan angkuh, harus down to earth karena kita mengolah buminya Tuhan, dengan demikian Tuhan akan membantu jalannya lebih besar lagi,” tutur Meidy penuh keyakinan.

Berbagi Kasih dengan Sesama

Kesuksesan Meidy membangun bisnis dan karier tanpa mengesampingkan peran sebagai seorang ibu, tak lantas membuatnya sombong. Sebagai wujud rasa syukur atas pencapaian yang telah dianugerahkan Tuhan, Meidy tak segan membantu sesama. Bukan hanya dalam bentuk materi, tapi juga berbagi ilmu dan pengalaman.

“Ada kepuasaan batin ketika bisa membantu orang lain untuk sukses. Dan sukses bukan hanya tentang keuangan tetapi bisa membuat orang lebih baik ke arah positif itu juga sukses. Kita bisa menjadi saluran berkat. Di dunia ini tidak ada yang abadi kecuali kasih, dan kasih itu akhirnya yang membantu, bukan kasih materi ya, tapi bisa dari pemikiran, fisik, tenaga,” terang Meidy.

Dari segi materi, Meidy menyisihkan sebagian pendapatan untuk berbagi kasih kepada sesama. Ia juga membangun beberapa gereja kecil di beberapa desa di pelosok Sulawesi dan membuat panti asuhan, “Melihat anak-anak kecil yang terlantar butuh rumah dan kasih sayang, membuat saya mengajak teman-teman untuk membantu secara aktif panti asuhan di Sulawesi,” ujar Meidy yang hanya mengharap doa tulus dari mereka.

Bagikan:

Bagikan: