MajalahInspiratif.com, Jakarta – Demam Berdarah atau Dengue masih menjadi ancaman kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Jika tidak ditangani dengan baik, salah satu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk ini dapat menyebabkan komplikasi yang serius dan terkadang berujung pada kematian. Penyakit ini, menurut Lettu Kes dr. Norman Yudha Mahendra yang bekerja di Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi, Madiun, disebut juga dengan Dengue Hemorrhagic Fever (DHF).
Demam Berdarah Dengue atau DBD adalah penyakit menular akibat Virus Dengue yang dibawa oleh nyamuk Demam Berdarah, yaitu Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus.Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya DBD. Di antaranya adalah rendahnya kekebalan tubuh masyarakat, kepadatan jentik nyamuk atau populasi nyamuk penular yang banyak ditemukan di musim hujan, genangan air di tempat-tempat tertentu seperti ban bekas, kaleng bekas, talang air, botol bekas, gelas bekas, lubang pohon, bambu, pelepah daun, dan sebagainya.
“Demam Berdarah bukan penyakit degeneratif, tetapi dapat berdampak pada kualitas hidup penderitanya. Sementara penyakit degeneratif adalah penyakit yang terjadi akibat penurunan organ dan jaringan tubuh yang terjadi secara perlahan. Contoh penyakit degeneratif adalah Diabetes, Hipertensi, Osteoarthritis dan masih banyak lagi.”
Tanda dan gejala umum yang terkait penyakit DBD antara lain demam hingga 40 derajat Celsius, sakit kepala, nyeri otot, tulang, dan sendi, mual dan muntah, sakit di belakang mata, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam kulit. Sementara beberapa gejala fase kritis DBD yang perlu diwaspadai antara lain sakit perut parah, muntah terus-menerus, perdarahan gusi, mimisan, memar yang muncul tanpa penyebab jelas dan tubuh terasa sangat lelah.
Jika tidak ditangani dengan baik, komplikasi Demam Berdarah yang fatal dapat terjadi. Terutama jika Demam Berdarah dialami oleh anak-anak, harus dilakukan monitoring tanda-tanda vital berkala. Komplikasi yang dimaksud yaitu Sindrom Syok Dengue atau Dengue Shock Syndrome (DSS), yang berpotensi menyebabkan kegagalan fungsi organ hingga berujung pada kematian. Tanda-tanda syok tersebut antara lain tekanan darah rendah (hipotensi), kesulitan bernapas, denyut nadi melemah, berkeringat dingin, dan pupil mata melebar.
“Komplikasi lain antara lain kegagalan pernafasan akibat edema paru akibat over loading cairan, efusi pleura yaitu tertumpuknya cairan, hingga sepsis atau infeksi yang sangat luas.”
Proporsi kasus DBD, ditambahkan suami dari Lettu Kes dr. Rahayu Kartika Utami serta ayahanda dari Dirga Yudha Nurmantyo dan Dea Anindya Kartika ini, berdasarkan umur di Indonesia menunjukkan bahwa DBD paling banyak terjadi pada anak usia sekolah yaitu pada usia 5-14 tahun. DBD masih sulit diberantas karena belum ada vaksin untuk pencegahan. Namun kasus Demam Berdarah terjadi karena perilaku hidup masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan.
Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah merebaknya wabah DBD. Salah satu caranya adalah dengan melakukan PSN 3M Plus yaitu:
- Menguras, penampungan air seperti bak mandi, kendi, toren air, drum dan tempat penampungan air lainnya. Dinding bak maupun penampungan air juga harus digosok untuk membersihkan dan membuang telur nyamuk yang menempel erat pada dinding tersebut. Saat musim hujan maupun pancaroba, kegiatan ini harus dilakukan setiap hari untuk memutus siklus hidup nyamuk yang dapat bertahan di tempat kering selama 6 bulan.
- Menutup, merupakan kegiatan menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi maupun drum. Menutup juga dapat diartikan sebagai kegiatan mengubur barang bekas di dalam tanah agar tidak membuat lingkungan semakin kotor dan dapat berpotensi menjadi sarang nyamuk.
- Memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang bernilai ekonomis (daur ulang), kita juga disarankan untuk memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang-barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk demam berdarah.
Sedangkan yang dimaksud plusnya merupakan bentuk upaya pencegahan tambahan seperti memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk, memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi, gotong royong membersihkan lingkungan, periksa tempat-tempat penampungan air, meletakkan pakaian bekas pakai dalam wadah tertutup, memberikan larvasida pada penampungan air yang susah dikuras, memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar dan menanam tanaman pengusir nyamuk.
Wabah DBD biasanya akan mulai meningkat saat pertengahan musim hujan. Hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk karena meningkatnya curah hujan. Tidak heran hampir setiap tahun, wabah DBD digolongkan dalam kejadian luar biasa (KLB).
Dokter kelahiran Bandung, 17 Februari 1991 yang akrab disapa dr. Norman ini, menjelaskan bahwa pengobatan DBD bersifat suportif simptomatik yaitu sesuai dengan gejala. Meliputi tirah baring selama fase demam, antipiretik atau obat demam untuk menjaga suhu tubuh tetap di bawah 40° C sebaiknya diberikan Paracetamol, Analgesik atau anti nyeri mungkin perlu diberikan pada pasien yang mengalami nyeri yang parah, antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.
“Perawatan di Rumah Sakit dengan menggunakan infus akan memenuhi kebutuhan cairan pasien DBD. Namun, tidak selamanya pasien harus menjalani opname di Rumah Sakit. Dokter akan menyarankan pasien DBD rawat jalan untuk minum banyak cairan. Tidak hanya air mineral, cairan bisa berupa makanan berkuah, buah, atau jus. Pasien perlu minum lebih banyak cairan untuk menurunkan demam serta mencegah dehidrasi.”