Womanpreneur

Lanny Devista,  Peduli Sesama dan Berani Hadapi Tantangan

Bagikan:

MajalahInspiratif.com, Jakarta – Jiwa entrepreneurship Lanny Devista sudah terasah sejak muda. Jiwa kerja dan passion berbisnis yang sangat kuat menjadikan dirinya pribadi yang tough, ulet, tekun dan fokus. Baginya, perempuan harus menggali semua potensi yang dimiliki agar terus berkembang sehingga mencapai kebebasan finansial dan mandiri. Seberat apapun tantangan dalam merintis bisnis Lanny hadapi dengan berani. Seperti dalam bisnis Kayu Gaharu yang dijalankannya, keluar masuk hutan yang jauh, medan di lapangan yang berat dan memakan waktu yang sangat lama, ditambah pasar yang masih sempit, merupakan tantangan yang harus ia taklukkan.

Menjadi seorang pebisnis sukses bagi Lanny tidak hanya bermodalkan kemauan dan kerja keras, tapi juga sangat penting memiliki komitmen dan focus. Karena itu, ia membekali diri dengan ilmu pengetahuan yang mumpuni dengan mengambil studi bidang ekonomi. Juga yang tak kalah penting adalah empati. Berbisnis tidak hanya mengejar keuntungan semata tetapi harus memiliki kepedulian kepada sesama dengan berbagi, bersedekah, dan bermanfaat bagi orang lain. Lanny bersama suami pun mendirikan Klinik Pratama Malino Citra Medika, untuk menjangkau dan membantu masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan terbaik, meskipun secara keuangan mereka kurang mampu untuk membiayai.

Sukses Berbisnis dengan Ketekunan dan Fokus

Ketertarikan mempelajari bidang ekonomi dan manajemen mendorong Lanny Devista memutuskan menjadi seorang pengusaha muda yang berbakat. Bukan hanya mampu melihat peluang pasar mancanegara, tetapi perempuan kelahiran Jakarta, 19 Juni 2000 ini berhasil mengembangkan bisnis yang tergolong eksklusif dengan pencapaian membanggakan. Kesuksesan yang diraih sekarang tidak lepas dari pengalaman yang sudah dibangunnya sejak masa remaja. Ketika duduk di bangku SMP, Lanny memiliki hobi berdagang. Ia berjualan online shop melalui salah satu platform media sosial. Sayangnya hobi itu harus berhenti karena ia masuk sekolah berasrama di Cikarang. Setelah menamatkan pendidikan SMA, ia memutuskan melanjutkan pendidikan tinggi dengan peminatan ekonomi.

“Awalnya saya ingin masuk hukum dan ingin jadi pengacara atau kerja di Kementerian Luar Negeri. Tapi pada akhirnya memilih ekonomi yang berkaitan erat dengan dunia bisnis.”

Banyak mempelajari ekonomi dan manajemen membuat lulusan S1 Prodi Manajemen Universitas Trisakti dan Mahasiswi Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada ini, berpikir untuk mencari penghasilan tambahan. Tepat di semester akhir dan mengalami masa covid, Lanny sempat ragu untuk magang dan bekerja. Akhirnya ia berkomunikasi dengan dua orang temannya yang bernama Pahlawaga dan Rahman. Salah satu dari temannya menawarkan untuk berjualan Kayu Gaharu. Saat itu, Lanny masih minim pengetahuan tentang Kayu Gaharu dan ia mulai mencari informasi dengan melakukan survei lokasi.

“Waktu itu kita ke Kalimantan Timur. Dari Balikpapan ke Berau naik mobil selama 15 jam dan jalanannya masih hutan-hutan. Modalnya adalah kepercayaan dengan orang-orang pengepul kayu dan melakukan negosiasi dengan petaninya.”

Melihat peluang bisnis yang baik membuat Lanny dan kedua temannya langsung melegalkan usahanya dengan nama PT. Parade Tri Aksata. Parade merupakan akronim dari nama mereka bertiga yaitu Pahlawaga, Rahman dan Devista. Ketiganya mulai berkomitmen untuk berjualan kayu-kayu gaharu dan berusaha mendapatkan pembeli.

“Kebetulan pembeli gaharu ini pemasarannya masih manual karena kayu-kayunya langka dan juga bisnisnya eksklusif. Pasarnya hanya ada di Timur Tengah dan Indonesia tidak pakai kayu ini. Akhirnya kami mendapatkan klien baru dari mulut ke mulut. Waktu itu belum terlalu banyak, tapi lama kelamaan repeat order dan banyak permintaan lain seperti kopi dan teh.”

Learning by Doing Menghadapi Tantangan. Berhasil memiliki pencapaian dalam perjalanan bisnis bukan berarti Lanny tidak menemukan tantangan. Pertama ia harus berhadapan dengan perizinan yang sulit didapatkan. Dari awal membangun bisnis sampai sekarang, perizinan usaha tidak semudah dibayangkan.Tentunya dengan birokrasi yang panjang sampai akhirnya memperoleh izin setelah satu tahun.

“Ini karena barangnya tergolong barang langka dan hasil alam, sehingga cukup sulit dan jika kita ekspor sangat berkaitan dengan kurs mata uang. Ketika Dollar naik itu menguntungkan, tapi kalau turun akan terasa sangat mahal. Ketika itu juga kita belum punya uang backup jadi kalau lagi anjlok, kita tidak bisa berbuat banyak.”

Kendala berikutnya menjaga harmoni hubungan dalam bekerja dan berbisnis. Hal ini cukup sulit bagi Lanny mengingat ia banyak berhadapan dengan banyak orang yang memiliki sifat berbeda. Lanny tidak hanya peduli terhadap untung dan rugi dalam berbisnis, tetapi ia dituntut untuk meningkatkan toleransi, saling menguatkan dan saling mengerti.

Selain tantangan berbisnis, Lanny dan rekannya harus siap berkompetisi dengan ketat. Namun sejauh ini persaingan yang dihadapi masih sehat dengan warna bisnis yang eksklusif dan spesifik.

“Spesialis kayu itu setiap perusahaan punya tangan yang berbeda. Jadi kayu ini bagus atau tidak tergantung sortirannya. Kita sudah punya tenaga yang potensial untuk memilah dan mengolah. Sortiran kita lebih unggul dengan harga bersaing. Tapi memang tidak terlalu banyak yang terjun di bisnis ini karena memang bisnisnya cukup eksklusif.”

Target dan Rencana. Berdasarkan permintaan konsumen, Lanny tidak hanya menawarkan kayu-kayu Gaharu saja, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Namun ia tetap fokus pada bisnis kayu Gaharu dengan tantangan yang tidak mudah. Namun Lanny percaya jika ia memiliki passion di suatu jalan yang sudah dipilih, maka akan selalu ada jalan keluar ketika mengalami kesulitan. Tidak hanya berbisnis kayu Gaharu, Lanny juga sedang berupaya membangun Klinik Pratama Malino Citra Medika dengan tujuan untuk membantu masyarakat dengan prinsip subsidi silang.

“Sebenarnya Klinik Pratama ini dibangun untuk membantu banyak orang. Kita mau membantu semacam subsidi silang dan ada sisi sosialnya. Karena dari suami ingin jadi dokter yang tidak hanya melihat sisi keuntungan saja. Terus dari dua bisnis ini kita mau lihat dulu ke depannya seperti apa. Jika masih ada peluang untuk sesuatu yang baru dan selagi halal kenapa tidak.”

Tidak Pernah Melupakan Me Time. Di antara kesibukan yang padat, Lanny tidak pernah melupakan me time bersama teman-teman. Tujuannya tidak hanya untuk menjaga kesehatan tubuh, tetapi pikiran yang paling utama. Rasa jenuh berhadapan dengan pekerjaan seringkali muncul, tetapi Lanny berhasil menyiasatinya dengan rutin berinteraksi dengan sahabat. Begitu pun cara membagi waktu dengan keluarga tercinta merupakan me time yang menyenangkan.

“Saya dan keluarga pasti akan selalu mengusahakan quality time minimal dua kali sebulan. Saya berbagi tugas dengan suami untuk mendampingi pertumbuhan anak. Alhamdulillah dukungan besar dari suami tidak terasa berat. Memang sulit, tapi masih bisa dijalankan karena kita berdua sama-sama bekerja.”

Mandiri Secara Finansial. Sebagai seorang istri, Lanny bersyukur memiliki suami yang bertanggung jawab secara finansial. Aulia Rahman Ardan, suami tercinta yang berprofesi sebagai dokter memberikan support kepada Lanny untuk bekerja agar tetap produktif dan bermanfaat.

“Ketemu banyak orang akan terasa sekali manfaafnya dan menambah relasi. Kalau hanya diam di rumah pasti ada jenuhnya. Apalagi saya ini produktif dan selalu ada yang ingin dikerjakan.”

Ibunda dari Muhammad Arlan Kenzie Yusuf ini menambahkan, jika sudah menikah dan mendapat izin untuk bekerja dari suami, kemandirian finansial menjadi point selanjutnya yang harus dibicarakan bersama.

“Kita yang memutuskan untuk menikah, harus benar-benar mandiri secara finansial karena pada kenyataannya semua butuh uang. Kita juga tidak bisa bohong ketika berumah tangga itu sangat membutuhkan banyak pengeluaran apalagi ketika punya anak. Jadi segala sesuatunya pasti kita bicarakan bersama.”

Aktif Berkegiatan Sosial. Keseimbangan antara bekerja dan aktivitas sosial dapat menyelaraskan kehidupan menjadi lebih berwarna dan bermanfaat. Lanny menyeimbangkan kesibukannya dalam bekerja dan aktif melakukan berbagai kegiatan sosial dengan memberikan bantuan ke panti-panti. Biasanya santunan yang diberikan secara privat, atas nama pribadi dan perusahaan setiap tiga bulan sekali.

“Biasanya saya keliling panti asuhan di Jakarta. Manfaatnya seperti ada kelegaan, merasakan manfaat dari yang sudah dihasilkan dapat diberikan ke orang lain itu rasanya berbeda daripada kita nikmati sendiri.”

Menurut Lanny, ada perasaan yang tidak dapat diungkapkan secara logika, tetapi cara batin ketika ia aktf menyebarkan kebaikan kepada orang lain. Ia percaya dengan rutin berbagi dan menolong sesama akan ada jalan keluar ketika ia mengalami kesulitan di dalam usaha.

Kemerdekaan yang Adil dan Merata. Kemerdekaan yang merata dan dirasakan seluruh masyarakat Indonesia menjadi harapan Lanny untuk berkontribusi secara utuh terhadap negeri tercinta. Lanny mengungkapkan bahwa untuk merasakan arti kemerdekaan yang sesungguhnya masih harus diperjuangkan.

“Ada banyak yang mereka tidak bisa rasakan dan yang terlihat pada kenyataan itu yang di bawah semakin ke bawah, yang di atas semakin ke atas. Kita cukup sulit menghapus stigma dalam kehidupan nyata dan sekarang banyak tenaga kerja asing yang masuk.”

Masyarakat akan semakin sulit jika pengusaha banyak merekrut tenaga kerja asing, sedangkan masyarakat lokal setempat tidak mendapat kesempatan. Ini merupakan gambaran perjuangan yang harus dilakukan agar masyarakat lokal dapat memperoleh kemerdekaan dalam memperoleh pekerjaan.

“Namun sebisa mungkin kita harus memperbaiki pendidikan terutama mampu berbahasa asing untuk bersaing. Jadi ada kebebasan dan kemerdekaan dalam pendidikan. Jika kita berbenah di pendidikan akan ada semakin banyak orang yang merasakan kebebasan dan kemerdekaan. Jadi kita lebih konsen memperbaiki pendidikan untuk mendapatkan kemerdekaan yang hakiki.”

Bagikan:

Bagikan: