MajalahInspiratif.com, Jakarta – Meski bisnis cigar atau cerutu didominasi kaum adam, Kezia Nevi tidak pernah gentar. Berawal dari hobi menikmati lintingan tembakau tersebut, perempuan cantik yang akrab disapa Kezia ini kian piawai membedakan mana cigar yang nikmat dan tidak. Ia bahkan mampu meracik cigar sendiri lalu menjualnya untuk kalangan internal. Seiring waktu, siapa sangka penikmat cigar ramuan Kezia terus bertambah dan mendorongnya untuk menjual bebas. Kini, perempuan yang didapuk sebagai brand ambassador cigar lokal ini juga sukses mengekspor dan memopulerkan cigar Indonesia ke kancah internasional.
Sebagai salah satu negara penghasil tembakau terbesar di dunia, potensi Indonesia dalam memopulerkan produk-produk tembakau terbilang mumpuni. Di beberapa daerah, tanaman yang kerap dijuluki emas hijau ini juga memiliki kekhasan cita rasa masing-masing. Tembakau lokal Indonesia juga dikenal memiliki kualitas tinggi. Bahkan jenis tembakau Indonesia merupakan komoditas yang paling diburu di pasar tembakau internasional.
Sayangnya, potensi besar tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Misalnya pada produk sekelas cigar yang notabene banyak dikonsumsi kalangan menengah hingga atas yang menjadikan cigar sebagai gaya hidup, belum banyak cigar lokal yang citarasanya mampu menandingi cigar asing. Hal inilah yang mendorong Kezia, menggali khasanah cigar lokal agar memiliki taste yang bersaing.
“Hampir 9 tahun saya menjadi penikmat cigar, dan berbagai macam cigar dari negara berbeda sudah pernah saya rasakan. Hingga suatu hari seorang teman memberikan cigar Indonesia. Ketika saya coba taste-nya kalah padahal kita pengekspor tembakau terbesar. Akhirnya saya bertekad untuk menciptakan cigar Indonesia yang taste-nya nikmat. Saya pilih daun tembakau lalu coba saya resting selama 6 bulan dan lain-lain, ternyata rasanya nikmat. Percobaan tersebut pada akhirnya menjadi passion untuk terus melakukan uji coba. Dan akhirnya menjadi ladang bisnis baru,” tutur Kezia.
Cigar Terbaik. Diakui Kezia, semula ia kurang percaya diri dalam memperkenalkan cigar racikannya. Namun, seiring waktu, Kezia makin piawai dalam meramu cigar dan memahami teknik-teknik pembuatan cigar hingga menghasilkan cigar bercitarasa istimewa.
“Cigar yang saya racik awalnya hanya untuk konsumsi sendiri atau saya bagikan kepada kalangan internal, teman-teman atau pun rekan bisnis. Ternyata respon mereka cukup positif dan menyarankan saya untuk menjual bebas. Akhirnya, sejak 3 tahun lalu saya mulai fokus memproduksi dan menjual cigar di bawah label K-Cigar. Huruf K diambil dari inisial nama depan saya,” terang perempuan yang lebih suka menyigar karena lebih alami.
Ditekankan Kezia, salah satu kunci cigar dengan citarasa terbaik ada pada proses resting daun tembakau. Semakin lama didiamkan maka sensasinya makin nikmat. “Saya pernah membuat cigar dari daun tembakau yang sudah di-aging lama atau istilahnya di-crop. Kemudian setelah di-rolling kita aging kembali dalam waktu yang cukup lama. Proses tersebut menghasilkan cerutu yang nikmat, sama halnya dengan wine semakin lama di-aging maka taste-nya makin enak. Memang rahasianya ada di aging atau resting minimal 1-2 tahun selanjutnya baru siap jual,” ungkap Kezia.
Dukung Petani dan UMKM. Jauh sebelum merintis K-Cigar, Kezia masuk dalam jajaran pebisnis sukses. Keputusannya mengangkat cigar Indonesia tak lain karena ia ingin membantu petani dan UMKM yang sempat terdampak pandemi Covid-19.
“Di awal pandemi, petani tembakau dan pengrajin packaging berbahan kayu yang terhimpun dalam UMKM stabilitas ekonominya terganggu, padahal kebutuhan hidup mereka terus berjalan. Selain itu, Indonesia juga masih dilihat hanya sebagai pemasok tembakau untuk bahan baku cerutu, bukan sebagai produsen cigar. Pertimbangan tersebut menjadi alasan kuat bagi saya menjalankan bisnis cigar Indonesia. Jadi saat ini K-Cigar bekerja sama dengan UMKM untuk pengrajin box kemasan cigar. Puji Tuhan, semakin banyak K-Cigar terjual makin banyak orderan untuk mereka. Bahkan kami juga memberikan mesin tambahan dan mereka bisa menambah tenaga kerja, sehingga circle ekonominya terus berputar,” terang Kezia.
Sedangkan untuk bahan baku cigar berupa tembakau, Kezia bekerja sama dengan salah satu factory yang mempunyai banyak stok daun tembakau dari beberapa petani tembakau di beberapa daerah di Indonesia seperti Aceh, Medan, dan Jawa. “Saya memang mencampur tembakau-tembakau Indonesia terbaik, kemudian saya minta pabrik me-rolling,” ungkap perempuan kelahiran Jakarta 14 September ini.
Go International. Meski tidak melakukan strategi khusus dan hanya mengandalkan promosi via Instagram dan dari mulut ke mulut, namun kini nama K-Cigar makin dikenal luas. Akan tetapi, demi memperkenalkan dan terus memopulerkan cigar Indonesia, Kezia kerap menggelar event yang mengundang banyak pengusaha baik lokal maupun expatriate. K-Cigar juga kerap menjadi sponsor berbagai pagelaran, salah satunya GP Mandalika yang belum lama ini digelar.
“Setiap kali saya menggelar acara selalu diterima dan ramai dihadiri undangan. Seiring waktu semakin banyak yang men-support brand dan owner Indonesia untuk membuat cigar dan membesarkan cigar Indonesia. Dari situ nama saya dan K-Cigar mulai dikenal,” kenang Kezia.
Meski perempuan, Kezia mengaku tidak mengalami kesulitan memasuki dunia cigar. Apalagi, kalangan menengah yang menjadi competitor maupun target marketnya selalu welcome. “Mereka paham jika investasi di bidang cigar cukup besar, jadi tidak ada yang namanya diskriminasi bagi pengusaha baru meskipun perempuan,” tambahnya.
Keterbukaan itu pula yang memudahkan langkah Kezia menembus pasar lokal hingga internasional. “Sejak awal K-Cigar telah diekspor ke beberapa negara seperti Inggris, Turki, Jerman, Dubai dan sejumlah negara lain yang saat ini dalam persiapan. Kebanyakan Duta Besar maupun perusahaan BUMN pesan cigar untuk dijadikan hampers. Karena cigar termasuk hadiah diplomasi yang terbaik antarnegara. Ketika mereka order, kami juga memberikan respon cepat dan memiliki ready stock. Jadi customer selalu happy dan tidak segan repeat order,” kata Kezia.
Gandeng Partner Bisnis. Selain terus memperluas link bisnis dengan perusahaan-perusahaan besar ataupun instansi negara, K-Cigar yang dipasarkan via online juga menggandeng partner bisnis yang memasarkan cigar secara offline. “K-Cigar juga bisa ditemui di beberapa bar di Jakarta dan luar kota. Ada juga customer yang order untuk dijual lagi menggunakan brand sendiri, dengan minimal order tertentu. Untuk mitra bisnis di Jakarta saya menerapkan sistem konsinyasi dalam jumlah produk terbatas. Setiap 2 minggu sekali saya update yang belum terjual. Namun untuk mitra di luar kota, kami menerapkan sistem beli putus tanpa minimal order,” ujar Kezia.
Untuk cigar yang belum terjual, Kezia akan kembali me-resting-nya. Karena pada dasarnya cigar tidak memiliki expired. Bahkan semakin lama resting maka taste-nya semakin bagus. “Yang penting kita jaga penyimpanannya, harus selalu bagus. Tapi so far tidak ada yang tidak terjual lebih dari 2 minggu. Karena biasanya mereka update, setor dan restock,” terang Kezia, yang mengaku penjualan K-Cigar meningkat 25-30% di masa pandemi.
Meski bukan pioneer atau satu-satunya pengusaha yang memopulerkan cigar Indonesia namun Kezia berupaya untuk terus mengekspor cigar lokal dan bekerja sama dengan sesama produsen Indonesia Cigar untuk terus mengangkat cigar lokal ke panggung dunia. “Bagi kami sesama pengusaha cigar lokal, tidak ada yang namanya persaingan. Karena tiap cigar memiliki taste dan market sendiri. Itulah kenapa kami semua selalu berkolaborasi di banyak kegiatan. Jadi saling support dan tidak ada yang mementingkan idealisme. Setiap pengusaha cigar juga tergabung dalam banyak komunitas, biasanya kami saling mengundang saat menggelar event,” tambahnya.
Cigar Sebagai Lifestyle. Banyak paradigma yang coba diubah Kezia sejak masuk ke dunia per-cigar-an. Salah satunya dengan menjadikan cigar sebagai gaya hidup. Apalagi dengan kualitas cigar ber-taste premium, harga yang ditawarkan Kezia cukup bersaing. Sehingga bisa dinikmati hampir semua kalangan.
“Dulu orang berpikir cigar untuk orang tua dan kalangan berduit, sekarang kita punya cigar Indonesia, produk dalam negeri yang bisa menjadi option. Saya masukkan cigar ke lifestyle, jadi banyak juga penyigar baru dari kalangan anak muda. Dan client saya kebanyakan orang Indonesia. Cigar juga lebih alami dan sama sekali tidak ada kandungan kimia. Cigar juga tidak di-inhale, jadi lebih aman,” jelas Kezia, yang tengah bersiap masuk ke pasar Amerika.
Karena menyasar kalangan pemula hingga penikmat, Kezia membuat cigar dengan sensasi rasa berbeda. Yakni light, medium hingga bold. Tiap varian juga dikemas dalam packaging berbeda, di antarnya 1 box isi 10 yang ditawarkan dengan harga Rp 1 juta, ada juga varian termahal berupa Maduro berisi 10 batang cigar seharga Rp 2,2 juta. “Perbedaan antara cigar light, medium dan bold ada pada filler, binder dan wrapper,” imbuh Kezia.
“Sentuhan Wanita di Industri Tembakau, Kenapa Tidak?!”
Bagi Kezia, menggeluti bisnis cerutu adalah salah satu passion-nya. Dan ia menyakini jika semua perempuan berkesempatan menekuni bisnis yang sama dengan laki-laki. Untuk itu, Kezia mengajak perempuan untuk tough dan tidak takut untuk terjun ke bisnis cerutu yang notabenenya didominasi kaum adam. Karena sejatinya perempuan memiliki hak yang sama dengan pria.
“Woman’s touch in tobacco industry, why not?! I’m not trying to encourage woman’s smoking by exploiting woman’s aspirations for a better life and also not encourage woman to smoke in public despite social taboos, or for fighting social barriers woman smokers (specially cigars). But, more to gender equality and woman empowerment that woman are able to work in all fields. ‘RESPECT FOR WOMAN’,” tutur Kezia, bijak.
Perempuan berkulit putih ini juga berpesan kepada kaum hawa untuk menghargai dan mencintai diri sendiri, dengan menjadi perempuan mandiri dan tangguh. “Jadilah perempuan yang mandiri, pintar dan bisa membawa diri. Supaya orang tidak memandang sebelah mata. Selama kita bisa menghormati diri, mereka bakal respect kepada kita. Dan bisnis cigar bukan bisnis ecek-ecek, oleh sebab itu sangat penting menghargai diri kita sendiri dan bisa membawa diri kita di mana pun kita berada orang tidak akan melecehkan kita tapi respect. Sejauh ini juga tidak ada masalah, saya baik mereka pun demikian,” tekan Kezia.
Seimbangkan Waktu Antara Bisnis, Keluarga, dan Sosial
Meski dalam sehari K-Cigar mampu memproduksi 10 – 50 ribu batang cigar, namun tingginya permintaan baik di dalam maupun luar negeri, cukup membuat Kezia kewalahan. Walhasil, perempuan berdarah Jawa ini pun belum mengembangkan bisnis lewat e-commerce. Karena itu, Kezia optimis ke depan bisnis ini bakal terus berkembang dan berencana mewariskan K-Cigar kepada ketiga putranya.
“Support keluarga so far oke, tidak ada masalah, saya bilang ke anak saya bahwa cigar termasuk produk yang tidak akan mati. Jadi kalau bisa, buatlah K-Cigar jadi lebih berkembang. Karena sampai kapan pun bisnis cigar akan terus berjalan. Kalau bisa diwariskan, mereka oke saja. Nantinya, dengan berkembangnya zaman mereka bisa lebih mengeksplor,” tutur ibu dari Nathan, Samuel, dan Henokh ini.
Berstatus sebagai seorang ibu sekaligus wanita karier tidak merepotkan Kezia dalam membagi waktu. Apalagi, kedua putranya tengah menempuh pendidikan di Amerika dan ia hanya tinggal bersama si bungsu yang kini telah berusia 15 tahun. “Sebenarnya bisnis cigar tidak menyita waktu, karena saya jalankan secara online. Quality control juga bisa saya lakukan lewat online. Dan mitra saya yaitu factory juga sudah tahu standar cigar ala K-Cigar, mereka juga menjaga mutu K-Cigar. Jadi kita sudah seperti soulmate dan keluarga, ini yang dibutuhkan ketika kita bermitra. Untuk meeting, biasanya saya lakukan siang hingga menjelang malam. Jadi masih banyak waktu untuk anak-anak,” jelas Kezia, yang enggan menerapkan sistem reseller karena akan menyulitkan untuk controlling.
Banyaknya waktu luang juga memungkinkan Kezia untuk memperluas jaringan bisnis lewat pertemanan. Perempuan yang sangat aware dengan perawatan kecantikan ini selalu meluangkan waktu hangout bersama sahabat maupun kolega bisnisnya.
Dan sebagai wujud rasa syukur, sosok dengan motto hidup ‘Be Humble, Be Yourself and Be Happy’ ini selalu menyisihkan sebagian pendapatannya untuk kegiatan sosial. Selain disalurkan lewat gereja dan bakti sosial, ia juga memiliki 2 orang anak asuh yang ia support biaya pendidikannya sejak SD hingga sekarang. Laili
Info Lebih Lanjut:
Instagram : @k.boutiquecigars