Woman-preneur

Isma Sari Jumarni: “Berbekal Fokus, Konsisten dan Mau Belajar, Semua Perempuan Pasti Bisa Sukses..”

Bagikan:

MajalahInspiratif.com, Jakarta – Bagi Isma Sari Jumarni, menekuni dunia bisnis akan lebih optimal jika dijalani dengan fokus dan konsisten. Ia pun memilih resign dari pekerjaannya ketika memutuskan untuk mengembangkan usaha. Ia bahkan tak segan belajar tentang bisnis-bisnis baru yang akan dirintis. Menurutnya seorang owner bisnis justru harus paham seluk beluk tiap bisnis yang dijalani, bukan sekadar mengandalkan karyawan.

Keuletan dan kegigihan Isma Sari Jumarni, dalam menekuni dunia bisnis telah terpupuk sejak muda. Di tahun 2009, setelah menyelesaikan pendidikan di salah satu Perguruan Tinggi, perempuan yang akrab disapa Isma ini, juga bekerja sambil membuka usaha online shop.

Layaknya perempuan muda, produk yang ditawarkan Isma kala itu adalah kosmetika dari berbagai brand. “Waktu itu saya bekerja sebagai Customer Service di sebuah perusahaan property, jam kerjanya siang. Jadi sebelum masuk kerja saya kirim barang dulu ke JNE. Pulang ke rumah, lanjut posting-posting produk di Facebook. Saya atur waktu supaya ketiganya tidak bentrok,” kenang Isma, saat ditemui tim Inspiratif di salah satu hotel di kawasan Depok, Jawa Barat.

Fokus Kembangkan Bisnis. Keuletan dan kerja keras Isma kian menampakkan hasil. Seiring waktu online shop yang dijalani makin berkembang. Demi bisa fokus, ia memutuskan untuk resign dari pekerjaannya. “Saat itu pendapatan dari online shop sudah cukup besar, tiga kali lipat gaji saya di kantor. Saya bahkan bisa mencicil mobil dari bisnis tersebut,” ucap Isma, bersyukur.

Seringnya mengirim barang dalam jumlah banyak lewat JNE, mendorong Isma melakukan ekspansi bisnis menjadi franchisee perusahaan ekspedisi tersebut. Sayang, legalitas tidak mudah didapat. Isma harus masuk waiting list dalam waktu yang cukup lama. Hingga pada suatu ketika, di tahun 2012, salah satu pemegang lisensi JNE di kawasan Bogor, Jawa Barat, berniat menjual JNE yang ia pegang kepada Isma.

“Harga yang ditawarkan memang jauh lebih tinggi dibanding harga resmi JNE, tapi karena saya yakin prospek ke depannya bagus saya putuskan untuk ambil. Alhamdulillah, bisa berjalan hingga sekarang,” imbuhnya.

Dijelaskan Isma, ketika di-handle Franchisee sebelumnya, JNE yang ia beli tersebut dalam kondisi hampir kolaps. Namun, Isma yakin kondisi tersebut bukan karena sepinya peminat melainkan karena kurang di-manage dengan baik.

“Saya melihat owner terdahulu kurang kontrol dan hanya mengandalkan 1 orang karyawan, dengan jam operasional yang tidak konsisten, jadi kadang buka-tutup. Tapi ketika saya pegang, saya coba perbaiki semuanya. Ada atau tidak konsumen yang menggunakan jasa kami, kami konsisten buka,” ungkap Isma, yang selalu standby menunggu konsumen datang dari pagi hingga malam hari.

Tak cukup sampai di situ, Isma pun melakukan jemput bola. Berbekal nomor kontak pengusaha online sekitar Bogor Selatan yang didapat dari Google, ia menawarkan kerja sama yang saling menguntungkan.

“Jadi saya follow up mereka dan menawarkan ongkos kirim yang lebih murah, resi juga kami keluarkan dengan cepat. Mereka yang biasa mengirim paket dalam jumlah banyak akhirnya tertarik. Alhamdulilah, 3 bulan omset kita meroket dan kita menjadi Franchisee nomor satu dengan penjualan terbaik. Setelah itu JNE Pusat langsung menawarkan kita untuk buka cabang di kawasan lain,” ucap Isma, yang di tahun 2019 mengembangkan usaha dengan membeli lisensi Ninja Express.

Ekspansi Bisnis. Minat Isma pada dunia kosmetika dan kecantikan memang begitu besar. Karena gemar mengenakan bulu mata palsu, ia terdorong untuk belajar teknik-teknik eyelash, lalu menjadikannya lahan bisnis baru.

“Di 2019, saya buka gerai Chic Lash yang lokasinya satu ruko dengan JNE di kawasan Kabupaten Bogor. Di awal merintis saya turun langsung juga meng-handle customer dibantu 1 orang karyawan yang sudah saya ajarkan. Saya berprinsip, bisnis-bisnis yang saya jalani harus saya kuasai juga. Sehingga jika sewaktu-waktu customer membeludak saya bisa turun lagi. Begitu juga ketika karyawan keluar-masuk, karyawan baru bisa saya ajari lagi,” tutur Isma.

Memiliki bisnis ekspedisi dengan banyak pelanggan, memudahkan Isma mempromosikan Chic Lash. Dengan layanan yang ramah, kualitas eyelash yang bagus dan harga bersahabat, dari hari ke hari customer Chic Lash terus bertambah.

“Beberapa waktu kemudian, saya juga menambah layanan baru berupa Facial Basic yang saya pelajari juga dari beberapa dokter kecantikan. Saya siapkan juga rak kaca untuk memajang ragam kosmetik dari berbagai brand. Bisnis baru ini kemudian saya namakan Chic Beauty Bar, yang menempati ruko yang sama dengan Chic Lash,” katanya.

Karena menyediakan treatment perawatan wajah, banyak customer Chic Beauty Bar yang bertanya soal skincare, yang saat itu belum disediakan Isma. Hingga suatu hari ada pelanggan JNE yang menawarkan Isma menjadi reseller salah satu brand skincare lokal. “Begitu ditawari tidak langsung saya terima, tapi produknya saya beli dan coba sendiri. Begitu lihat hasilnya cukup bagus, baru saya berani jual. Untuk langkah awal saya beli 6 paket dan saya display di gerai Chic Beauty Bar dan dalam waktu singkat dari reseller saya naik menjadi distributor,” terang wanita kelahiran Jakarta, 14 April ini.

Tidak seperti mitra bisnis dari produk skincare tersebut yang menjalani usaha mereka via online, Isma justru menggelutinya secara offline. Bahkan ada pelanggan yang menganggap jika Chic Beauty Bar merupakan klinik dari brand skincare tersebut.

Sehingga ketika brand skincare tersebut bermasalah, Isma yang dianggap owner diserbu pertanyaan dari banyak customer. “Produk skincare tersebut memang saya display di gerai Chic Beauty Bar Kelapa Dua, Depok dan Bogor. Karena hanya saya yang beroperasi secara offline, saya jadi dicecar customer yang bertanya soal ingredients skincare tersebut, sedangkan perusahaan pusat atau mitra lain aman-aman saja karena masih online. Akhirnya saya putuskan untuk off sementara waktu dan semenjak bulan Maret 2021 lalu, saya tidak lagi bergabung dengan skincare tersebut,” terang Isma.

Luncurkan Chicsglow. Pengalaman Isma sebagai distributor skincare, menambah pengetahuannya tentang dunia per-skincare-an. Apalagi saat itu, ia kerap mengikuti seminar tentang produk perawatan kulit dari para dokter kecantikan.
Hal inilah yang membesarkan hati Isma untuk meluncurkan produk sejenis, namun dengan kualitas produk yang lebih bagus dan tentunya aman bagi kesehatan.

“Saya memiliki masalah dengan jerawat-jerawat kecil di sekitar wajah. Makanya terdorong untuk menciptakan skincare yang bisa mengatasinya. Setelah dapat formula yang pas, selain saya coba sendiri, beberapa karyawan dan member Chic Beauty Bar juga saya berikan sample-nya. Saat ini masih proses BPOM, dan untuk sementara kita menggunakan izin dari perusahaan makloon. Karena sejak bulan Maret 2021 sudah dipasarkan walaupun masih di internal kita. Alhamdulillah, produk dengan nama Chicsglow ini sudah sangat bagus. Meski sekedar share di Tiktok tapi testimoninya sudah FYP, dan itu semua dari real end user. Saya sama sekali tidak menggunakan jaringan bisnis dari brand skincare terdahulu, meskipun ada beberapa konsumen lama yang beralih ke Chicsglow karena memang mereka selalu mengikuti apa yang saya jual. Beberapa kali ada juga pelanggan yang minta dibuatkan hantaran berisi satu paket komplit Chicsglow,” ujar pengguna Tiktok dengan lebih dari 10 ribu follower ini.

Sesuaikan Kondisi Kulit. Berbekal pengalaman dan pengetahuan seputar skincare yang dimiliki, Isma berupaya meluncurkan produk yang sesuai kondisi kulit.

“Chicsglow diluncurkan dengan beberapa series berbeda. Karena pada dasarnya kondisi kulit tiap orang berbeda. Mereka yang berjerawat sudah seharusnya menggunakan skincare yang bisa merawat dan menyembuhkan masalah kulit mereka. Jadi skincare-nya tidak bisa disamakan dengan mereka yang berkulit normal,” tegas Isma.

Secara ingredients, Isma menjelaskan Chicsglow diracik dari bahan herbal berkualitas, guna meminimalisir iritasi. “Misalnya untuk acne series, di dalamnya ada ekstrak lemon dan citrus oil, jadi benar-benar herbal semua. Meski hasilnya tidak instan dan baru terlihat setelah pemakaian rutin selama kurang-lebih 1 bulan, tapi memuaskan,” paparnya.

Persaingan Bisnis. Diakui Isma, persaingan dalam dunia bisnis sangatlah ketat. Namun, ia tidak terlalu mempermasalahkan dan lebih fokus memperbaiki kualitas.

“Buat saya rezeki itu ada di mana-mana, jadi saya tidak pernah khawatir. Persaingan justru memotivasi saya untuk menjadi lebih baik lagi, kita berikan yang terbaik untuk konsumen,” lanjutnya.

Pelajari yang Disuka. Setiap bisnis yang dirintis Isma, semua berdasarkan apa yang ia butuhkan dan sukai. Ia juga tidak segan mengeluarkan biaya untuk ikut kursus atau seminar supaya bisa menguasai bisnis yang akan digeluti.

“Ketika menjalani apa yang memang kita suka, berdasarkan passion, maka kita merasa lebih enjoy. Jadi mau sesibuk apapun tidak terasa melelahkan. Makanya meski banyak teman yang menyarankan untuk buka bisnis kuliner atau laundry yang dianggap prospek, saya tidak berminat karena tidak suka,” tegasnya.

Demi mengembangkan bisnis, setelah peluncuran Chicsglow mendatang Isma berencana membuka sistem franchise. “Ke depan Chic Beauty Bar akan kita franchise-kan, yang berarti para franchisee juga harus menggunakan dan menjual Chicsglow,” ucapnya.
Isma berharap bisnis-bisnis yang dijalani kian bertumbuh dan berkembang. Sehingga bisa membuka lapangan pekerjaan serta peluang bisnis bagi banyak orang. “Saya berharap bisnis-bisnis ini bisa longlast sampai ke anak-cucu, dengan perusahaan yang besar dan bisa menciptakan produk berkualitas,” pungkasnya.

Sukses Menjadi Couple-preneur Bersama Suami. Kesuksesan yang dibangun Isma, tak bisa lepas dari support sang suami, Yudhistira Banuaji, yang juga menjadi partner bisnisnya.

“Alhamdulillah, setelah menikah rezeki kami semakin dilancarkan. Awalnya suami bekerja di bidang Finance, lalu ketika pelanggan JNE kami melonjak, saya minta dia untuk resign supaya bisa handle JNE karena saya mulai fokus ke bisnis kecantikan. Akhirnya, semua bisnis sekarang kita tangani sama-sama. Jadi kalau saya mau share konten di Instagram, dia yang buat desain dan kata-kata. Jadi kita berdua saling melengkapi,” kata Isma.

Isma pun merasa bersyukur memiliki orang tua dan mertua yang tidak pernah berhenti memberikan dukungan, baik dalam bentuk doa maupun financial.

“Sesusah apapun kita, orang tua selalu support. Ibarat kata, jantung pun mereka berikan demi anak-anak. Jasa mereka buat kita tidak terbalaskan. Sebagai wujud terima kasih, kita berusaha untuk selalu membahagiakan mereka,” ungkapnya.

Perempuan Indonesia Pantang Berputus Asa. Sukses yang direngkuh Isma merupakan bukti nyata jika setiap perempuan berhak untuk maju dan mandiri. Meski jalan yang ditempuh Isma tidaklah mudah, bahkan diawal merajut bisnis kerap menerima cemoohan namun tidak ia hiraukan. Baginya, balasan terbaik atas bully-an tersebut adalah kesuksesan.

Untuk itu, Isma berpesan kepada semua perempuan Indonesia untuk tidak malu apalagi segan memulai bisnis. “Selama itu halal dan positif, coba saja dijalani. Pelajari juga hal-hal baru dan jangan berputus asa. Jadilah emas, di mana pun kita berada sekali pun dalam selokan akan tetap berkilau,” nasehat Isma, yang rutin menggelar sedekah Jumat dan berbagi kepada orang-orang terdekat.

Info Lebih Lanjut:

Instagram:
@chicbeautybar.id
@chicsglowofficial
@chiclashofficial

Bagikan:

Bagikan: