MajalahInspiratif.com, Jakarta – Ibu adalah perwakilan Tuhan di Bumi. Ibu menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan seseorang. Ini yang menjadi kekuatan seorang Irina Rahmadiyanti Lestari, S.H., M.Kn dalam menapaki masa kecil hingga ia tumbuh dewasa.
Ina, sapaan akrab kelahiran Banjarmasin, 12 April 1989, bersyukur memiliki ibu yang sangat pemurah dan tidak pernah menyulitkan orang lain. Alm Ir. Hj. Siti Murniaty, ibunda tercinta merupakan seorang dosen. Meskipun memiliki kesibukan yang padat karena pekerjaan, cara beliau tetap melayani suami dengan baik, memasak, menyiapkan kudapan di sore hari serta bagaimana beliau tidak pernah membantah suami atau bersuara lebih keras menjadi pelajaran berharga bagi Ina.
“Hingga beliau meninggal dunia dan sudah 17 tahun sampai saat ini, Alhamdulillah selalu kesan baik yang saya dengar tentang Ibu dari orang lain. Semoga sifat pemurah beliau bisa saya dan anak-anak contoh. Moment yang tidak pernah terlupakan yaitu ketika Ibu sakit dan meminta saya untuk izin tidak sekolah dan membacakan ayat-ayat Al-Quran.”
Doa Orang Tua Segalanya. Doa orang tua, menurut Ina yang terpenting dari segalanya. Sesempurna apapun ikhtiar dalam mendidik anak-anak, tapi jika tidak melibatkan Allah pasti akan percuma. Ina selalu mengupayakan untuk mengajarkan hal-hal kecil, membaca bismillah sebelum memulai sesuatu, mengingatkan shalat di awal waktu. Sementara untuk pendidikan moral, biasanya 5-10 menit sebelum tidur menjadi waktu yang cukup baik untuk memberikan nasehat sederhana.
“Bonding dengan anak memang harus diupayakan sedini dan sesering mungkin. Karena ketika anak sudah dewasa, saya merasa akan lebih sulit dan terlalu terlambat. Anak itu adalah aset. Tidak serta merta Tuhan menitipkannya kepada kita. Bukan sekedar memberi makan atau memfasilitasi sekolah.”
Mencontoh Pola Asuh dari Ibunda Tercinta. Ina banyak belajar mengenai pola asuh dari ibunya yang tidak terlalu keras dalam mendidik, tetapi mengajarkan rasa tanggung jawab. Orang tua memiliki tanggung jawab bekerja, anak punya tanggung jawab belajar dan prestasi itu bonus. Ina tidak pernah memaksakan kehendak dan selalu mengarahkan segala sesuatu sesuai passion anak-anaknya.
“Ketika anak-anak lain berlomba masuk jurusan IPA ketika SMA, ibu saya dengan senangnya mempersilakan saya masuk jurusan Bahasa sesuai dengan kehendak saya. Bahkan kepala sekolah saya waktu itu cukup bingung dengan pilihan saya. Pola asuh ini juga yang saya terapkan kepada anak-anak.”
Ina memiliki prinsip bahwa sesukses apa pun orang tua, jika anak berantakan tentu tidak akan membuat ketenangan. Namun semuanya merupakan pilihan dan kembali lagi ke pola asuh orang tua di masa kecil.
“Tentu masih segar di ingatan kita salah satu tragedi anak laki-laki yang melakukan tindak kriminal sampai menyebabkan pacarnya meninggal dan sekarang kasus itu melebar karena sang Ibu menyuap hakim untuk membebaskan anaknya. Mari sama-sama mendoakan hal tersebut tidak terjadi pada kelurga kita dan menjadikannya pelajaran. Anak yang baik, sholeh, sholehah akan menjadi investasi kita di dunia dan akhirat.”
Kedekatan dengan anak-anak menjadi prioritas. Ina selalu membuka diri dan memberikan waktu agar anak-anak dapat sharing, sehingga mereka memiliki tempat bercerita. “Sudah kodratnya manusia menghadapi kerikil-kerikil permasalahan. Semuanya pasti selesai, ada solusi dan berlalu. Jangan sampai ia merasa sendirian dan cepat menyerah. Seperti diketahui, angka bunuh diri meningkat dari tahun ke tahun. Ini tentu harus menjadi perhatian khusus bagi kita sebagai orang tua.”
Sebagai orang tua, tentu harus punya konsep mendidik anak. Wajib mengajarkan bahwa di rumah punya peraturan untuk ditaati, mengajarkan untuk takut kepada Allah, memberikan gambaran tentang efek narkotika, seks bebas dan mengawasi apabila anak-anak sering izin keluar rumah.
“Saya termasuk orang tua yang tidak terlalu percaya dengan orang lain. Untuk menjemput sekolah, saya minta driver ditemani Mbak di rumah mengingat anak saya perempuan. Lalu untuk mengantar sekolah, saya usahakan masih saya yang mengantar ke sekolah sebelum bekerja, mengingat waktu 15-20 menit sebelum sekolah cukup berharga untuk bisa bonding dengan anak.”
Anak Dididik Mandiri. Ina tidak pernah lelah menanamkan kepada anaknya untuk tumbuh menjadi perempuan mandiri. Ia berharap suatu saat nanti anaknya tetap bekerja dan tidak bergantung pada pasangan. Jika tidak mendapat izin bekerja dari suami, ia tetap harus menggali keahlian yang dimiliki.
“Belajar malu untuk meminta harus ditanamkan sejak kecil. Lalu untuk orang tua, menabung aset, investasi hari tua maupun asuransi saya pikir hal primer yang menjadi keharusan. Tentang barang branded yang banyak dikatakan orang merupakan tindakan konsumtif, menurut saya kalau tidak di tahap memaksa, untuk reward diri sendiri dalam batas kewajaran tidak ada masalah asalkan kita pandai mengukur kemampuan yang dimiliki.”
Tidak Memaksakan Kehendak. Saat ini, Ina memiliki bisnis di bidang food n beverage yaitu café yang dibangun bersama rekan serta usaha perumahan. Ina yang berprofesi sebagai notaris tidak pernah memaksakan kehendak anaknya akan memilih jalur profesi yang sama.
“Kalau sebagai notaris tentu dia harus menempuh proses sekolah yang panjang. Saya hanya tidak ingin memaksakan kehendak. Sekarang anak saya terlihat menonjol dalam bidang seni seperti menyanyi dan melukis, sehingga untuk sementara saya mengarahkannya dengan mendatangkan tutor melukis dan vocal.”
Harapan untuk Ibu dan Buah Hati Tercinta. Ina berharap anaknya selalu dalam lindungan Allah, menjadi anak yang pemurah, kelak menjadi istri yang berbakti, memahami tanggung jawab terhadap suami dan membuka lapangan pekerjaan yang luas serta bermanfaat bagi orang banyak.
“Karena ibunda saya sudah berpulang, otomatis saya hanya bisa mendoakan dan melakukan segala hal terbaik yang saya dedikasikan untuk beliau jika terhitung pahala, seperti mendirikan Yayasan Ar Rauf, membuat kajian rutin serta membuka Rumah Tahsin.”