Crowdfunding Typography Banner
Owner Toko Oleh-oleh Cake Salak Qu

Intania Soraya Pulungan: Tingkatkan Manfaat Buah Salak untuk Mengembangkan Bisnis Kuliner

Bagikan:

1

MajalahInspiratif.com, Jakarta – Ingin menjadi manusia yang berguna bagi keluarga dan masyarakat membuat seorang perempuan anggun yang rendah hati, Intan Soraya Pulungan, berusaha menemukan potensi daerah untuk dikembangkan menjadi peluang bisnis menjanjikan. Intan, sapaan akrabnya, mencoba mengawali inovasinya di daerah Sidempuan. Intan melihat bahwa Sidempuan terkenal dengan salaknya. Jenis salak yang asam, berair dan warna merahnya dapat diolah menjadi kreasi kuliner menarik. Melihat peluang yang baik, Intan memutuskan untuk berbisnis oleh-oleh dengan memanfaatkan buah salak yang dikemas menjadi makanan untuk dibawa sebagai buah tangan.

“Di masa pandemi, ketika usaha suami saya di bidang software yang berlokasi di Jakarta mengalami penurunan, saya beralih ke usaha makanan oleh-oleh. Kalau cookies salak ini sudah diterima oleh masyarakat, malah sekarang menjadi best seller di Shopee dan Tokopedia. Alhamdulillah sudah berjalan 1,6 tahun.”

Intan berinisiatif untuk memenuhi kebutuhan orang-orang dari Sidempuan yang ingin kembali ke tempat rantauan atau wisatawan yang datang ke Sidempuan sebagai oleh-oleh khas Sidempuan. Ia menawarkan segala jenis olahan salak seperti Cake Salak, Cookies Salak, Cookies Kelapa, Stik Salak, Bolen Salak, dan Kacang Tojin Daun Jeruk. Tak hanya itu, ada juga produk khas Mandailing yaitu Cake Itak Pohul, merupakan panganan khas saat menikah atau melangsungkan pernikahan. Makanan ini terdiri dari kelapa dan gula merah yang dicampur tepung beras. Biasanya dikepal lalu dikukus dan dibuat cake.

Intan bersyukur penjualannya meningkat dan memutuskan untuk membuat nama brand serta membuka toko oleh-oleh. Di awal membangun bisnis, ia langsung mengeluarkan mereknya dan diberi nama Cake Salak Qu. Untuk desain packaging, Intan yang merancang desain kekinian dan mengirimkan ke Jakarta untuk melakukan order pembuatan kotak. Selain produk original buatannya, ia juga memasarkan produk dari pelaku UMKM di toko oleh-oleh kepunyaannya. Pelaku UMKM yang menitipkan produk di toko, Intan merasa senang karena toko tersebut modern dibandingkan tempat oleh-oleh yang ada di pasar. Produk yang ditata rapi, menarik dan bersih membuat pembeli merasa nyaman ketika datang ke tokonya, sehingga peminat dan penjualan terus meningkat.

“Awal saya membuat usaha ini, saya titipkan di toko oleh-oleh yang memang sudah besar dan punya nama. Setelah enam bulan berjalan, saya membuka toko sendiri. Karena saya lihat di pasar itu diterima dengan baik. Jadi ini alasan kami membuka toko sendiri dan insyaallah kalau ada rejeki, saya punya rencana buka di Jogja dan Bali.”

Menjaga kualitas produk demi menghadirkan kepuasan konsumen adalah hal utama. Ada tahapan yang wajib dilakukan Intan demi mempertahankan produknya. Ia mengawali dengan melakukan pengecekan buah salak yang bagus untuk dipakai, dibersihkan, diiris dan diperas. Jika sudah kering, dimasukkan ke adonan cake. Selanjutnya ia membuat toping irisan salak untuk rasa original. Ada juga yang toping-nya keju dan coklat.
Cara pembuatannya kurang lebih seperti adonan pada umumnya, hanya saja Intan menambahkan irisan buah salak di dalam adonan. Sementara untuk cookies, salaknya harus dikeringkan dulu baru diolah menjadi cookies salak. Intan tidak pernah lupa untuk menggunakan bahan-bahan premium seperti mentega dan tepung dengan kualitas terbaik.

Dalam hal pemasaran, Intan tidak hanya menjual secara online, tetapi juga offline. Ia bersyukur mendapatkan respon pasar yang baik dan memiliki peminat yang banyak. Toko offline beroperasi di Kota Padang Sidempuan, Jl. Sisingamangaraja No 91 C, Sumatera Utara. Sedangkan untuk toko online dapat ditemukan di CakeSalakQu (Tokopedia), Cake Salak Qu (Shoppee), Salakqucake (Instagram) dengan motto “cara beda menikmati salah ya cake salak qu saja”. Strategi marketing yang diterapkan untuk meningkatkan penjualan di antaranya promo radio, iklan di koran Medan dan Riau.

“Tanggapan dari pasar sendiri Alhamdulillah. Sejauh ini banyak peminat. Contohnya kalau orang datang dari Jakarta dan hendak kembali, pasti ia membeli oleh-oleh. Saya bersyukur mendapat respon positif. Hari ini membeli lima kotak, berikutnya dia WA lagi memesan sampai 20 kotak. Karena kalau cookies ini tahannya sampai tiga bulan. Kalau cake tahan selama empat hari karena memang tidak menambahkan pengawet sama sekali dan cake berbeda dengan cookies.”

Selama satu bulan, Intan mampu memproduksi sebanyak 100 kg buah salak. Ia melakukan produksi langsung di toko atau di rumah sesuai dengan standard kebersihan dan kualitas produk. Setiap proses produksi, Intan dibantu oleh tujuh orang karyawan.

“Di toko oleh-oleh jarang yang mengolah salak menjadi olahan cake atau cookies, sehingga dari peningkatan produksi dan pendapatan juga bagus. Peningkatan yang signifikan terasa saat libur Lebaran kemarin. Seminggu meraup pendapatan hingga Rp 100 juta. Karena meningkatnya orang yang pulang ke Sidempuan dan sekitarnya. Baik pendatang atau wisatawan maupun pemudik itu sendiri. Bahkan wisatawan dari Bali juga mampir membeli oleh-oleh di toko. Kebetulan di depan toko kami ada hotel, sehingga menjadi strategis dalam peningkatan penjualan.”

Positif Menghadapi Persaingan. Selama berbisnis, Intan tidak merasa menghadapi persaingan karena ia yakin dengan produknya yang berciri khas. Menurut Intan, belum ada yang mengolah salak menjadi beberapa varian makanan, sehingga ia tidak merasakan persaingan. Meskipun ada pelaku UMKM lain yang memproduksi dodol dan kopi salak, tetapi Intan tetap yakin dengan ciri khas dari produknya dan merasa tertantang untuk memperkenalkan produk Cake Salak Qu agar dikenal secara luas. Bukan hanya sebatas Tapanuli bagian selatan dan Sumatera Utara, tetapi berskala nasional.

Selain menghadapi persaingan, Intan juga berhadapan dengan tantangan. Tantangan yang dihadapi ketika ia bertemu dengan pelanggan yang tertarik dengan jenis produk lain misalnya permintaan roll cake. Dari sana ia berusaha untuk menjawab tantangan tersebut. Tak hanya itu saja, kondisi salak yang terlalu sepet atau asam dapat mempengaruhi kualitas produk.

“Jika kualitas salak asam, maka akan mempengaruhi kualitas produk. Jadi pelanggan ada yang nanya kok asam ya. Jadi kita harus menjelaskan bahwa tekstur salak Sidempuan memang bersifat asam. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi kami. Pembeli mungkin mengenal seperti rasa Salak Pondok yang manis, jadi ketika dia makan produk dengan rasa salak yang asam tentunya ada pertanyaan ke kita mengapa rasanya asam. Saya juga pernah mendapatkan complain karena pengiriman yang telat. Waktu itu admin yang menangani online shop sedang cuti. Jadi orderan sampai di-cancel oleh pembelinya. Tapi ini kami selesaikan dengan baik.”

Target dan Rencana. Rencana ke depan, Intan akan merangkul dan mengajak kerja sama para pelaku UMKM untuk mengembangkan produk menjadi berkualitas dengan menciptakann produk berkualitas, kemasan yang menarik dan meningkatkan penjualan. Intan juga memiliki target untuk membuka reseller, memiliki cita-cita membangun pabrik produksi cookies dan mempekerjakan saudara-saudara yang menganggur.

“Dari usaha salak ini, sangat bermanfaat untuk petani salak. Jadi kalau dulu salak ini sebelum kita olah jadi aneka makanan atau kudapan sering terbuang karena orang jarang membawa salak Sidempuan sebagai oleh-oleh. Alasannya karena berat, jadi banyak yang terbuang.”

Sosok Menginspirasi. Menjalankan usaha dengan tepat dan pemikiran cerdas bukan hal mudah. Namun Intan berhasil menjalani sepenuh hati dan menghadirkan produk yang berkualitas. Tentunya ia tidak berdiri sendiri, ada sosok menginspirasi yang membuat ia bersemangat dalam berkarya. Sosok adik dari ibunya membuat Intan termotivasi karena sukses berkarya dan tidak lupa membantu sesama.

“Saya ingin menjadi seperti beliau yang bisa menolong orang di sekitar. Selain itu, suami saya sendiri. Awalnya suami sebagai karyawan, lalu membuka usaha sendiri. Pernah dipandang sebelah mata sama orang lain, namun akhirnya beliau bisa memiliki usaha sendiri. Sampai sekarang suami mendukung penuh usaha saya. Karena selain mengembangkan usaha, saya juga membantu pelaku UMKM di sini, jadi suami melihat banyak dampak positif dari kegiatan saya.”

Me Time. Padatnya aktivitas dalam membangun bisnis tidak membuat Intan lupa untuk memikirkan diri sendiri dan kegiatan lain. Buktinya Intan terlibat dalam kepengurusan IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia). Selain itu, ia juga tak pernah kehilangan waktu untuk me time seperti istirahat, jalan-jalan bersama suami, olahraga dan menikmati Korean Food.

“Saya termasuk dalam kepengurusan IWAPI. Kegiatannya karena kami tergolong pengusaha menengah, kami pembantu pelaku UKM yang baru. Seperti membimbing atau mengajarkan tentang pengemasan agar menggunakan kemasan berkualitas, bagus dan bernilai jual baik. Membantu memfasilitasi bagi yang kurang memiliki biaya produksi. Selain itu ada kegiatan sosial di IWAPI seperti kegiatan berbagi. Saat ini saya menjadi pengurus IWAPI Sidempuan bersama empat teman lainnya. Selain itu kami membantu teman-teman pelaku UKM seperti membuat ijin PIRT, label halal dan pembuatan stiker.”

Dukungan Penuh Keluarga. Bekerja keras, berusaha, berdoa dan tetap menomorsatukan keluarga menjadi prinsip yang dibangun selama ini. Intan bersyukur mendapatkan dukungan penuh dari keluarga.
“Mereka sangat senang apalagi keluarga tidak tahu kalau saya bisa masak. Karena dari usia 12 tahun, Ibu sudah meninggal dan terbiasa mengurus Ayah. Saya dulu tamat SMA langsung merantau ke Jakarta dan bekerja. Karena sudah pengalaman mengurus diri sendiri, bekerja di bidang marketing dan admin, tentunya sudah bisa memberi manfaat dan keluarga sangat mendukung.”

Bagikan:

Bagikan: