Fani Syafani, MKK, Sp.Ok, Jadikan Ilmu Sebagai Sebuah Investasi

Bagikan:



MajalahInspiratif.com, Jakarta – Pengabdian dr. Fani di bidang kesehatan dilakukan secara profesional. Setelah lulus dari Pendidikan Spesialis Kedokteran Okupasi FK Universitas Indonesia awal tahun 2022, jeda setahun melanjutkan Program Doktor (S3) FK Universitas Indonesia di tahun 2023. Kini dr. Fani mengabdikan ilmu Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi (Sp.Ok.) dengan pelayanan di Rumah Sakit dan penggiat edukasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Tuntutlah ilmu setinggi langit. Ungkapan ini mendorong dr. Fani Syafani, MKK , Sp.Ok. untuk terus semangat menimba ilmu di bidang kesehatan. Selepas lulus dari Fakultas Kedokteran Umum Universitas Padjajaran Bandung di tahun 2006, wanita cantik kelahiran Medan, 9 Februari, yang akrab disapa dr. Fani ini, melanjutkan pendidikan Magister Kedokteran Kerja (MKK) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Spesialis Okupasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Tak berhenti di situ, saat ini dr. Fani sedang menempuh pendidikan Doktor (S3) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Bahkan pada Februari 2023 dr. Fani berhasil lolos masuk S3 Fakultas Kedokteran UI.

Pesan orangtuanya, H. Syaiful Aman dan Hj. Fahmiyah Nasution, untuk terus menimba ilmu menjadi inspirasi  bagi dr. Fani dalam menjalani kuliah S3 saat ini. “Saya baru saja lulus spesialis tahun lalu ya, istilahnya kepala masih full dan ingin rileks dulu, eh sekarang saya lanjut lagi S3. Tapi saya berfikir setidaknya ini bisa menjadi contoh bagi anak dan cucu, jangan sampai mereka menjadi orang yang sudah berpuas diri,” ungkap dokter cantik yang berprinsip If you can not be the best, be the different one.

Dr. Fani melihat banyak tokoh perempuan Indonesia yang meraih pendidikan tinggi dan berupaya menjalankan pekerjaaan  secara profesional, seperti Ibu Sri Mulyani dan Ibu Retno Marsudi. “Dengan ilmu yang dimiliki, kita bisa mengimplementasikan dalam kehidupan kita sehingga memberikan banyak manfaat. Nah itu yang saya tanamkan pada diri saya bahwa dengan menambah ilmu saya akan lebih percaya diri untuk memberikan ilmu saya kepada orang banyak. Sekarang saya sudah lulus spesialis, nanti setelah saya lulus S3 akan membuka peluang lebih luas lagi,” harapnya.

Kesuksesan dr. Fani saat ini sebagai seorang dokter tak lepas dari berbagai tantangan yang dihadapi, salah satunya setelah lulus sebagai Dokter Umum, dr. Fani memilih PTT jalur Pemerintah dengan kriteria daerah terpencil dan ditempatkan di RSUD Sibuhuan, Tapanuli Selatan di tahun 2007. “Begitu banyak pengalaman dan tantangan sebagai dokter di daerah terpencil. Saat itu fasilitas kesehatan hanya tersedia apa adanya, akses transportasi sulit dan wajib memahami budaya penduduk setempat dalam waktu singkat,” kenangnya.

Ketika di daerah terpencil, dr. Fani selain bertugas di RSUD, ia diminta mengajar mahasiswi Akademi Kebidanan di Sibuhuan dan setahun kemudian masa bakti PTT daerah terpencil berakhir. Begitu selesai PTT di tahun  2008, ia diterima di Jamsostek atau saat ini dikenal dengan BPJS Ketenagakerjaan sebagai Manager Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan.

Tantangan juga dirasakan dr. Fani saat menempuh pendidikan Spesialis Okupasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di masa pandemi. “Saat itu saya mendaftar tahun 2019 sebelum pandemi, dan begitu saya jalani di semester awal pandemi, tantangannya ternyata tidak mudah karena dokter harus tetap masuk, saya tetap praktik juga, dan saya juga tergabung dalam team vaksinator. Ada target 1000 orang ya Alhamdulillah saya penuhi target saya,” kenangnya.

Setelah dua tahun kemudian dr. Fani lulus, bahkan ia terpilih sebagai lulusan terbaik spesialis di UI di tahun 2022. Ia kemudian mendaftar ke Universitas Padjajaran untuk mengajar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Kampus Merdeka. Ternyata ia terpilih lagi menjadi mentor terbaik. “Begitu saya menjadi mentor mungkin ada yang melihat aktivitas saya kemudian saya dimasukkan anggota K3 Nasional, jadi saya lebih banyak mengajarkan K3 kepada generasi milenial supaya mahasiswa-mahasiswi memahami K3 sebelum memasuki dunia kerja,” ungkapnya.

Saat ini dr. Fani menjadi Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi (Sp.Ok.) di berbagai Rumah Sakit seperti RS Mitra Keluarga di Bekasi Timur, RS Mitra Keluarga di Cikarang, RS Mitra Keluarga Deltamas. Ia juga menjadi konsultan kesehatan dan trainer Kesehatan Kerja.

Di tengah kesibukan sebagai seorang Dokter Spesialis, kuliah S3 di UI dan mengajar di beberapa training Kementerian, ia pun harus pintar membagi waktu dengan membuat time line kegiatan sehari-hari. “Hari-hari saya menjalani kuliah S3 sambil praktek, mengisi training dibeberapa Kementerian dan Pelatihan, semua itu bisa berjalan sesuai schedule,” paparnya.

Saat ini dr. Fani sedang merintis usaha dibidang kuliner. Ia melihat banyak rekan-rekannya yang berprofesi sebagai dokter juga menjadi pengusaha UMKM. “Di masa sekarang ini UMKM lagi berkembang ya karena dengan adanya pandemi kita harus tetap survive. Di masa pandemi dokter juga ada jadwal praktiknya, tidak terus-menerus di Rumah Sakit. Teman-teman dokter yang memiliki hobi memasak atau keterampilan lain sekarang juga ada yang punya usaha. Jadi sangat membuka peluang untuk UMKM,” jelas dr. Fani yang menjadi anggota PERDOKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi).

Bagi dr. Fani, membangun usaha sendiri cukup menjanjikan, dengan melihat peluang usaha yang dibutuhkan banyak orang, seperti kuliner atau kebutuhan sehari-hari. Ia pun berencana untuk membangun usaha apotek dan membuka praktik dokter sendiri.

“Jadi buka praktik di sekitar rumah, nanti di lantai bawah apotek, di lantai atas prakter dokter, yang penting ada izin praktiknya dulu. Semoga semua itu terbangun secepatnya dan sekarang prosesnya sedang berjalan,” terangnya semangat.

Dr. Fani jugamemiliki keinginan mengajar sebagai dosen, khususnya setelah lulus S3 nanti. “Kalau orang berinvestasi ke barang, saya berinvestasi ke ilmu. Saya juga mengejar banyak sertifikasi, sehingga lebih percaya diri. Saya yakin banyak orang yang lebih dari saya tapi dengan memiliki hal itu tadi saya bisa turut serta di antara mereka yang melebihi saya,” ungkapnya.

Pencapaian yang diraih dr. Fani saat ini tak lepas dari kiat suksesnya untuk jangan pernah cepat merasa berpuas diri. Ia juga selalu melihat bahwa impian yang ada di depan itu bisa kita raih dengan ikhtiar secara sungguh-sungguh.

“Banyak hal yang sebenarnya bisa kita raih, tapi kalau kita tidak sungguh-sungguh dan hanya setengah-setengah ya itu akan pergi. Kita harus tetap melihat banyak peluang yang bisa kita raih dengan memiliki keterampilan yang lebih dan pendidikan yang meningkat,” tandasnya.

Aktif Mengikuti Event Fun Run

Dalam pandangan dr. Fani, seorang istri adalah pendamping suami dan sebenarnya tidak ada suatu hal yang mewajibkan untuk memiliki tanggung jawab dalam hal keuangan. Seorang istri lebih banyak mengatur keuangan keluarga, artinya berapa pun penghasilan yang diperoleh suami itu yang utama dan penghasilan istri yang bekerja adalah pelengkapnya.

“Tetap wanita itu fitrahnya adalah seorang istri dan seorang ibu, jadi finansial seorang perempuan itu juga penting dalam mendukung hal yang kita cita-citakan bersama untuk kebutuhan keluarga kita. Intinya jangan mengejar uang dulu, jadilah dan berikan yang terbaik maka semuanya akan mengikuti,” ujar istri dari Wahyudi Harsono yang bekerja sebagai Head of Factory, Japan Company ini.

Di tengah kesibukan yang padat, ibu dari Fayzuro Syami (SD Al-Azhar 12 Cikarang) ini, meluangkan waktu bersama keluarga dengan traveling, kuliner hingga mengikuti event Fun Run. Bagi dr. Fani, walaupun era modern dengan serba digital, ia tetap mendampingi keluarga secara phisicly setiap hari lebih utama dan sangat berarti  karena moment waktu tidak akan dapat diulang kembali. Intinya walaupun era terus berkembang modern tapi ada pakem-pakem budaya  yang tetap dipertahankan tak dapat digantikan dengan digitalisasi.

“Setiap 2 bulan sekali kita ikut event Fun Run yaitu olahraga lari tapi tidak untuk kompetisi. Lokasinya dekat saja, di Jakarta, Bandung, atau kota lain,” jelasnya.

Dengan mengikuti event Fun Run, dr. Fani merasakan suasana yang berbeda dari rutinitas biasanya. Ia juga bisa bergabung dengan beberapa komunitas lain.

Di sela-sela praktik dokter, setiap 2 minggu sekali dr. Fani juga melakukan me time dengan teman-temannya.”Saya buat jadwal me time bersama teman-teman dan berusaha agar tidak berubah, karena saya menghargai waktu setiap orang yang pasti sudah memiliki target,” tegasnya.

Dr. Fani juga sering memperingati hari- hari besar dengan mengenakan dresscode seperti batik dan kebaya. “Walaupun tetap pakai jas dokter, tetapi di dalamnya kita pakai batik, pakai kebaya juga, seperti saat peringatan hari Kemerdekaan Indonesia beberapa waktu lalu, saya mengenakan pakaian warna merah putih, jadi kita merayakan juga,” terangnya ramah.

Bagikan:

Bagikan: