MajalahInspiratif.com, Jakarta – Kenyamanan dalam menjalankan hobi pastinya mendatangkan kebahagiaan apalagi ketika kegemaran tersebut bisa mendatangkan manfaat bagi orang lain. Drs. Suhardi, M.Si, kelahiran Dabo Singkep Riau, 16 Oktober 1968, yang akrab disapa Hardi, sangat menggemari olahraga golf. Ia merupakan inisiator dan pembawa pembaharuan golf di Sulawesi Selatan.
Hardi mulai bermain golf ketika di Makassar pada tahun 2006. Saat itu lapangan di Makassar yang dikenal standard hanya lapangan legendaris Sulawesi Selatan bernama Baddoka. Ketika teknologi sosial media belum ramai seperti sekarang, Hardi sudah sering mengadakan event bersama Golfer Makassar di Lapangan Baddoka, sehingga tidak heran lulusan Pascasarjana Universitas Indonesia ini sudah dikenal para golfer Makassar.
Pada 2009, Hardi ditempatkan di Cabang Pekanbaru yang menangani area Riau, Sumbar dan Jambi. Berhubung Hardi memiliki keluwesan dalam bergaul, ia dengan cepat menyatu dengan golfer Riau dan Sumbar. Hardi seringkali menginisiasi berbagai turnamen golf di Pekanbaru. Dari sana ia berhasil menambah jumlah relasi dan dikenal di Pekanbaru hingga sekarang. Pada 2014, Hardi kembali ke Makassar.
Sayangnya penikmat olahraga dan menyanyi ini harus menerima kenyataan menurunnya suasana dan peminat golf di sana. Bahkan keluhan tentang kondisi lapangan golf yang ada menyebabkan pemain golf saat itu tidak memiliki minat dalam bermain.
Setelah dua tahun menetap kembali di Makassar, Hardi kembali menginisiasi komunitas untuk kembali meramaikan golf di Sulawesi Selatan. Pada Juni 2016, Hardi membentuk komunitas yaitu, Makassar Golfer Community (MGC). Dengan cepat komunitas ini merebut hati golfer karena berisi golfer dan peminat golf baik yang ada di Makassar maupun yang sudah pindah. Mengusung misi Memperkuat Silaturahmi Golfer, komunitas ini pun ramai dan perlahan golfer bermunculan kembali untuk bermain golf.
Hardi terlibat langsung dalam penyelenggaraan berbagai event golf di Sulawesi Selatan. Terhitung sudah puluhan bahkan ratusan yang diinisiasi Hardi sejak tahun 2016 hingga kini. Event dilaksanakan baik di Lapangan Padi Valley, Lapangan Baddoka, Lapangan Kodam hingga Lapangan Tonasa. Bahkan sempat dibuat event di Jakarta, Bandung, Surabaya dan Bali.
Karena sifatnya bukan club atau organisasi, MGC ini diminati dan anggotanya di grup Whatsapp. Hebatnya sejak berdiri tak pernah kosong dari batas 256 anggota dan daftar antri grup selalu ada. Bisa dikatan bahwa komunitas ini merupakan salah satu komunitas terbesar di Indonesia karena anggotanya hampir 400 orang golfer aktif. Sejak itu, di Sulawesi Selatan tidak pernah mengalami sepi event dari sekadar bermain golf. Klub-klub bermunculan dan driving pun ramai dikunjungi.
Pada 2017, Hardi terpilih menjadi Sekretaris Umum dalam kepengurusan Persatuan Golf Indonesia Sulawesi Selatan (PGI Sulsel) dan kembali terpilih untuk periode kedua. Meskipun bukan menjadi golfer yang berhandicap single, setidaknya Hardi saat ini memiliki Handicap (Tingkat kemampuan Golf) di range 12-14. Menurut Hardi ini adalah Handicap ideal karena bisa main ke atas dan ke bawah. Di samping itu, ia pun sudah banyak mengemas juara di berbagai kelas (Flight atau Best).
”Hampir semua lapangan golf standard di Indonesia sudah saya mainkan. Mulai Medan hingga Timika. Mulai Sumatera, Jawa Bali, Kalimantan, Sulawesi sampai Maluku dan Papua. Bahkan pernah mencoba lapangan di luar negeri seperti di Spanyol, Australia, Jepang, China dan Malaysia.”
Hardi bersyukur golf di Sulawesi Selatan sudah sangat diminati. Minat golfer pemula dan junior semakin bertambah. Tak dipungkiri golf berkembang di Sulawesi Selatan tidak lepas dari peran Hardi baik sebagai pengurus PGI Sulsel maupun Inisiator Makassar Golfer Community (MGC).
Selain bermain golf, golfer-golfer Sulawesi Selatan aktif melakukan kegiatan sosial khususnya PGI Sulsel dan MGC dengan menyalurkan bantuan (charity) kepada yang membutuhkan baik ketika terjadi bencana nasional, maupun yang sifatnya lokal seperti: kematian, beasiswa, keagamaan, paket lebaran, warga tak mampu dan berbagai kegiatan atlit serta golfer.
Karier dan Pekerjaan. Hardi bertumbuh dan dibesarkan di Dabo Singkep, Kota Kecamatan di Provinsi Kepulauan Riau. Meskipun hanya sebuah Kecamatan, Dabo Singkep adalah Kecamatan termakmur di Indonesia ketika tambang timah beroperasi. Di era 70-80an kota tersebut sudah memiliki Bandara yang pesawatnya khusus dapat menuju Jakarta. Fasilitas serba lengkap, sekolah serba gratis, mata uang pun sempat menggunakan Dollar Singapura atau Ringgit Malaysia.
Hardi menamatkan sekolah hingga SMA di kota kelahirannya sebelum ia berkuliah di Jakarta. Selesai menamatkan S1 di Jakarta, Hardi bekerja di salah satu anak perusahaaan PT Astra International Tbk hingga kini. Sembari bekerja, Hardi berhasil menamatkan kuliah S2 di Universitas Indonesia.
Selain berkarier di Jakarta, beberapa cabang perusahaan yang menempatkan Hardi selama bekerja adalah Cabang Balikpapan yang menangani Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Ia juga pernah menjabat sebagai pimpinan di Cabang Makassar yang menangani Indonesia Timur dan Pimpinan Cabang Pekanbaru yang beroperasi di bagian tengah Sumatera. Tidak hanya berkarier di perusahaan, Hardi juga berhasil membangun kiprahnya sebagai entrepreneur di bidang Document, IT dan Komputer.