Woman-preneur

dr. Rizki Sangadewi: Pondasi Agama yang Kokoh dan Kemandirian Bekal Kebahagiaan Anak Dunia-Akhirat

Bagikan:

MajalahInspiratif.com, Jakarta – Anak adalah anugerah sekaligus amanah yang diberikan Tuhan kepada orang tua. Setiap anak yang dilahirkan ke dunia senantiasa dalam keadaan suci dan bersih. Orang tua lah yang berkewajiban memberikan pendidikan dan menanamkan karakter pada anak.

Namun, mendidik dan mengasuh buah hati di era globalisasi seperti saat ini memiliki tantangan tersendiri. Apalagi jika orang tua khususnya ibu yang menjadi sekolah pertama bagi anak-anak menjalani beberapa peran sekaligus. Seperti yang dirasakan dr. Rizki Sangadewi saat menerapkan pola asuh kepada buah hatinya.

“Sebagai seorang wanita yang memiliki tiga peran dalam sebuah keluarga, bagi saya mengasuh dan mendidik anak-anak bukan hal yang mudah. Di satu sisi saya menjadi seorang istri yang harus siap melayani dan mendampingi di mana pun suami berada. Sementara di sisi lain saya merupakan seorang ibu yang harus mengasuh, mendidik dan memberikan kasih sayang ekstra sebagai bentuk kecintaan saya kepada buah hati kami. Dan di lain waktu saya juga harus bekerja sesuai dengan profesi saya sebagai seorang dokter dan wirausaha. Berbicara tetang pola asuh dalam keluarga, khususnya kepada buah hati kami, saya selalu mengedepankan dan menjadikan landasan agama sebagai dasar dan pedoman kami mengasuh dan mendidik anak-anak kami,” terang perempuan yang akrab disapa Qsa ini.

Bekal Agama. Ditekankan ibunda dari Faizel Zavio Cahyadi dan Annisa Belvalma Cahyadi ini, landasan agama bukan hanya penting dalam membentuk karakter anak-anak, tapi juga menjadi bekal yang mampu menjadi pondasi kokoh yang melindungi mereka dari pengaruh buruh lingkungan sekitar.

“Anak merupakan anugerah dan titipan Allah SWT yang merupakan tanggung jawab bagi setiap orang tua. Untuk itu bekal keimanan dan ajaran agama yang kuat merupakan pondasi bagi mereka dalam menjalani kehidupan kedepannya. Kami jadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk untuk menjadi pedoman bagi kami dan anak anak dalam mengejar keberkahan di dunia dan ahirat. Salah satu bentuk contoh kegiatan rutin mereka adalah kewajiban melaksanakan sholat 5 waktu dimanapun mereka berada, belajar mengaji, bersedekah kepada orang yang membutuhkan dan selalu berusaha berbuat baik kepada siapapun,” tutur Qsa.

Berbekal pondasi agama yang kokoh, Qsa berharap putra-putrinya kelak bisa mencapai kesuksesan di dunia dan akhirat. “Setiap ibu pasti memiliki harapan besar kepada buah hatinya, bagi saya kebahagian seorang ibu bukan hanya melihat kesuksesan mereka di dunia, banyaknya harta yang mereka miliki saat dewasa kelak ataupun suksesnya kehidupan karir mereka, Akan tapi yang terpenting bagi saya adalah ketika anak-anak kami kedepannya memiliki landasan dan pondasi agama dalam setiap langkahnya di masa yang akan datang. Karena saya sangat percaya, bahwa jika akhirat menjadi tujuan mereka kedepan, Insya Allah dunia dan seisinya akan mengikuti,” tutur Qsa, bijak.

Ciptakan Keharmonisan. Selain memperkenalkan ajaran agama sejak dini kepada anak-anak, Qsa dan sang suami, Kompol. Benny Cahyadi S.I.K.M.H, berupaya menciptakan suasana harmonis dan senantiasa mencurahkan kasih sayang kepada buah hati.

“Kami selalu mencontohkan dan mengajarkan keharmonis serta kasih sayang dalam setiap moment berkumpul bersama, hal tersebut merupakan salah satu bentuk kasih sayang yang memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak. Karena bagi saya, kedekatan psikis antara ibu dan anak, menjadikan anak lebih terbuka, percaya diri dan cenderung ke arah yang lebih positif. Untuk itu, kami mewajibkan dan menciptakan moment makan bersama dalam setiap waktu baik di rumah maupun di luar rumah sambil berkomunikasi lembut antara kami dengan anak-anak. Sehingga menumbuhkan rasa saling memiliki, kenyamanan dan keterikatan satu sama lain di dalam keluarga,” lanjutnya.

Diyakini dr Rizki, keharmonisan keluarga mampu menciptakan mind set bahwasanya kebahagian yang paling indah ada di dalam sebuah keluarga. Sehingga anak-anak tidak perlu mencari pelarian dan terpengaruh terhadap pergaulan dunia luar yang semakin hari semakin mengkhawatirkan.

Moment Terfavorit. Moment-moment saat melihat perkembangan buah hati dari hari ke hari bagi Qsa menjadi moment yang begitu berkesan. Dimana ia bisa mendapatkan pengalaman yang sangat luar biasa dari Allah SWT. “Tanggung jawab sebagai seorang ibu, bagi saya adalah sebuah amanah. Dan memiliki seorang buah hati yang lahir dari rahim saya, merupakan anugrah yang terbesar dalam hidup. Untuk itu, setiap moment bersama dengan buah hati selalu membawa kesan tersendiri. Hal terfavorit bagi saya adalah ketika, kami melaksanakan sholat berjamah bersama suami serta putra-putri kami. Saat itulah saya merasakan kesempurnaan yang luar biasa, hati juga tenang dan bahagia ketika melihat moment buah hati kami berkumpul bersama bersujud dan bermunajat kepada Allah SWT, orang tua mana yang tidak bahagia dan bangga ketika dihadapkan dengan moment tersebut, begitu juga dengan saya,” ucapnya, haru.

Sebagai ibu, Qsa merasa beruntung memiliki buah hati yang mampu menjadi pelipur lara dan penyemangat kala dirinya lelah atau penat dengan rutinitas. “Allah SWT telah memberikan kesempurnaan yang luar biasa kepada saya dengan setiap moment indah antara saya dengan si buah hati. Terutama ketika kondisi fisik dan pikiran saya tidak baik, mereka selalu hadir untuk menyemangati dan mengobati setiap kekurangan saya,” tambahnya.

Salah satu moment yang hingga kini selalu dilakukan kedua buah hatinya adalah memberikan pelukan dan ciuman hangat kepada Qsa di pagi dan malam hari. “Setiap pagi sebelum mereka berangkat sekolah dan malam hari sebelum tidur, mereka selalu datang kepada saya untuk memberikan ciuman dan pelukan kasih sayang yang tulus dari seorang anak kepada ibunya. Ada satu kalimat yang mereka selalu ucapkan kepada saya yang saya tidak akan pernah lupakan yaitu “I love you, bunda. Dede dan abang sayang banget sama bunda”. Kalimat itulah yang membuat saya merasa menjadi seorang ibu yang sempurna. Ciuman, pelukan dan ucapan dari mereka itulah menjadi sebuah kebahagian yang paling indah yang Allah SWT berikan melalui mereka,” ungkapnya.

Dari serangkaian moment bersama buah hati, peristiwa saat melahirkan putra-putrinya jadi kenangan indah yang tak akan terlupakan. Ia pun bersyukur atas anugerah luar biasa yang telah Allah SWT berikan padanya dan sang suami. “Kesempatan yang sangat mulia dengan menjadikan saya sebagai seorang ibu, karena saya sadari bahwa di luar sana masih banyak seorang ibu yang berjuang dan bersabar menanti buah hati mereka. Dan moment saat melahirkan adalah moment terindah yang membuat saya sampai mengucurkan air mata. Bahwasanya begitu berat perjuangan seorang ibu, dimana mereka dengan ikhlas mengorbankan apapun, bahkan nyawanya sekalipun untuk buah hatinya. Sehingga sampai kapan pun saya akan selalu ingat kenangan pada saat saya melahirkan. Dan saya jadikan moment itu anugrah terindah dalam hidup saya,” tutup Qsa.

Lindungi Buah Hati dari Efek Negatif Era Digital

Dijelasakan Qsa, perkembangan zaman dan era digital memiliki dua sisi yang tidak dapat dipisahkan. Di satu sisi memberikan dampak yang positif dengan meningkatkan perkembangan dalam setiap bidang dalam kehidupan, termasuk pola hidup dalam sebuah keluarga. Namun di sisi lain ada dampak kurang baik, dimana semua hal serba dimudahkan.

Bila dikaitkan dengan pola asuh dalam suatu keluarga, kemudahan-kemudahan yang disajikan era digital menjadikan generasi muda berkembang menjadi serba instant. Mereka tidak mengenal yang namanya sebuah usaha serta perjuangan dalam mendapatkan apa yang mereka inginkan. Krisis moral dan kurangnya kepedulian antar sesama, karena mereka merasa semua yang mereka inginkan dapat mereka miliki dengan fasilitas di era digital.

“Di sinilah peran penting oang tua khususnya seorang ibu, dimana pondasi keluarga adalah payung dan pagarnya seorang anak untuk melindungi anak anak mereka dari perkembangan zaman yang mengarah ke arah yang kurang baik, dan peran keluarga juga lah sebagai jembatan untuk mengantar buah hati mereka menuju kesuksesan di dunia dan akhirat,” tekan pemilik usaha @one_percentcafe ini.

Qsa juga menambahkan bahwasanya seiring perkembangan zaman, lingkungan bermain, pola bermain dan fasilitas bermain antara dahulu dan sekarang jelas berbeda. Pola bermain anak-anak zaman sekarang lebih banyak menggunakan gadget. Namun, Qsa memastikan jika anak-anaknya justru sama sekali tidak mengenal gadget dalam permainan mereka.

“Dalam keluarga kami, khususnya anak anak tidak sama sekali mengenal permainan gadget, Karena kami membiasakan mereka untuk tidak mengenal bahkan melarang permainan gadget dalam pola bermain mereka. Bagi kami, gadget menjadikan mereka seorang yang individual, apatis dan memiliki dunia sendiri. Sehingga dampak yang ditimbulkan bagi mereka adalah dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Dan secara tidak langsung mereka akan mengabaikan lingkungan sekitar serta cenderung tidak menghargai sesama,” tekan Qsa.

Terapkan Self Service Sejak Dini

Kesibukkan Qsa sebagai pebisnis, menuntutnya untuk bisa mengatur waktu seefektif mungkin. Sehingga kewajibannya selaku istri dan ibu rumah tangga tidak terabaikan. Agar segala sesuatu berjalan selaras dan tidak bentrok, tentunya dibutuhkan kerja sama baik antara Qsa dan suami maupun dengan anak-anak. Untuk itulah, sejak dini ia telah membiasakan anak-anak mandiri.

“Self Service, kalimat dan pola asuh itulah yang selalu saya tanamkan kepada buah hati kami. Setiap melakukan kegiatan apapun, baik di dalam maupun di luar rumah, mereka harus melakukan sendiri. Hal tersebut secara langsung membentuk kemandirian mereka untuk lebih bertanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan, disiplin diri dan tidak tergantung terhadap fasilitas dan orang-orang di sekitar mereka,” tegasnya.

Bagikan:

Bagikan: