Crowdfunding Typography Banner
CEO Nadiya Group

Dr. Nadia Stefanie, S.E, M.M., MCE, Kuasai Pasar dengan Ciptakan Produk Head to Toe Inovatif

Bagikan:

1

MajalahInspiratif.com, Jakarta – Menjamurnya brand skincare baru, sempat membuat Dr. Nadia Stefanie, S.E, M.M., MCE ‘berdarah-darah’ dalam menjalani laju bisnis Stefskin. Agar bisa mengepung pasar, ia pun melakukan terobosan baru dengan menciptakan ragam produk perawatan dari ujung rambut hingga kaki. Ingredient di dalamnya pun, dibuat sesuai trend produk kecantikan yang tengah berkembang.

Tampil menawan, kini bukan hanya menjadi kebutuhan kaum hawa. Karena saat ini, kesadaran kaum adam untuk memperbaiki dan menjaga penampilan juga kian tinggi. Tak heran saat ini brand-brand skincare baru terus bermunculan. Di satu sisi, fenomena ini membuat pergerakan ekonomi terus menggeliat. Namun di sisi lain, persaingan antar pelaku usaha juga kian tinggi.

Adalah Dr. Nadia Stefanie, S.E, M.M., MCE, owner Primadona Beauty Care dan Stefskin, yang sempat ‘berdarah-darah’ menghadapi gempuran brand skincare baru. “Secara global, Alhamdulillah, setelah pandemi COVID-19 laju bisnis-bisnis kami jauh lebih kencang. Meskipun untuk skincare, Stefskin cukup berdarah-darah. Karena saat ini banyak pabrik kosmetik yang menawarkan makloon dengan jumlah produksi yang sedikit, ditambah iming-iming keuntungan yang menggiurkan. Sehingga masyarakat yang awalnya sekadar menjadi konsumen berlomba-lomba menjadi penjual,” terang perempuan cantik kelahiran 20 Desember ini.

Produk Head to Toe. Mendapati tantangan tersebut, Nadia terus melakukan terobosan baru. Ia yang sebelumnya banyak mengandalkan penjualan secara online, kini juga menggenjot pemasaran offline dan menciptakan produk head to toe inovatif dari ujung rambut sampai ujung kaki yang memang dibutuhkan masyarakat.

“Kami bersyukur Stefskin memiliki banyak customer loyal, sehingga masih banyak yang repeat order. Untuk menjaga loyalitas mereka, kami terus meluncurkan produk baru yang saat ini bukan hanya untuk kebutuhan kulit wajah, tapi juga ada bodycare berupa Body Wash, Body Scrub  dan Body Butter, serta haircare berupa Shampoo untuk mengatasi kerontokan rambut. Belum lama ini, Stefskin juga meluncurkan Tone Up Body Lotion yang mampu memutihkan kulit dalam hitungan detik dan tidak luntur atau berubah keabuan jika terkena air. Ada juga Lip Serum yang melembabkan kulit bibir. Next ada produk dari Stef Beauty yang segera diluncurkan yaitu Concealer yang dapat digunakan untuk menutupi lingkaran hitam di bawah mata, jerawat, bekas luka, atau area kulit yang tidak merata,” papar Nadia.

Dibanding skincare, penjualan produk Bodycare terbilang lebih cepat laris. Selain minim risiko alergi pada kulit yang sensitif, produk bodycare yang telah mengantongi izin BPOM tersebut juga lebih aman digunakan pada semua jenis kulit. “Terciptanya produk-produk Stefskin pada dasarnya saling terkait. Misalnya, Body Scrub, untuk mendukung agar kulit lebih bersih sehingga Body Lotian dapat terserap sempurna. Dan kami melihat masyarakat lebih menyukai brand-brand dengan produk yang variatif. Oleh sebab itu, per tiga bulan kami upayakan launching produk baru,” ujar Nadia, yang tetap mempertahankan pemasaran offline dan menjalin kerja sama dengan toko-toko kosmetik besar sebagai distributor.

Survey Kebutuhan Pasar. Dijelaskan Nadia, sebelum meluncurkan produk terbaru, ia bersama tim gencar melakukan survey untuk mengetahui apa yang menjadi kebutuhan pasar. Cara ini dinilai lebih efektif guna memastikan apakah produk yang kelak diciptakan bisa terserap pasar atau tidak.

“Kami punya tim yang memang selalu memantau media sosial dan platform digital lainnya, di sanalah kami selalu menemukan ke mana arah kebutuhan pasar. Ada juga survey atau wawancara kecil-kecilan ke customer. Misalnya di Primadona Beauty Care, sambil treatment atau berbincang dengan customer kami bertanya apa yang mereka suka. Oleh sebab itu, kami berusaha untuk berinovasi baik itu dari ingredients alaminya atau kandungan zat aktif yang sedang trend. Kami mencoba untuk terus beradaptasi. Misalnya beberapa waktu lalu Vitamin C atau bahan alami seperti olive oil dan sebagainya sempat dicari pasar. demikian juga saat ini, zat aktif seperti Copper Peptide, yang justru dicari orang.  Karena memiliki manfaat untuk merangsang produksi kolagen dan elastin, serta membantu memperbaiki tekstur kulit, mengurangi tanda-tanda penuaan seperti garis halus dan kerutan, serta mempercepat penyembuhan kulit. Kami mencoba menambahkan ingredient  yang tengah trend tersebut ke dalam produk Stefskin,” jelasnya.

Lebih lanjut ditekankan Nadia, selain mengikuti trend pasar ia juga dituntut untuk berani berkreasi dan berinovasi, dengan tetap menjaga kualitas produk. “Di era yang saat ini kompetisinya tinggi, tantangan terbesar kami adalah bagaimana caranya membuat produk berkualitas tapi harganya kompetitif, itu PR utamanya. Untuk itu kita harus bisa dan mau mendengarkan pasar. Dengan demikian minimal bisa meminimalisir resiko ke depan. Sangat berbahaya kalau kita tidak benar-benar mengikuti pasar,” tekan Nadia.

Ditambahkan perempuan yang baru saja menerima gelar Doktor dari Fakultas Ekonomi, Universitas Trisakti ini, sejak awal terjun sebagai pengusaha UMKM dan ekonomi kreatif, ia berupaya untuk menciptakan produk-produk yang bisa bermanfaat bagi banyak orang, terutama di bidang kecantikan.

“Menurut saya, di belakang UMKM harus ada ekonomi kreatif, karena ekonomi kreatif mendorong pengusaha untuk lebih maju dan berkreasi. Saya pun berusaha untuk terus mengasah kreativitas dengan terus mengeluarkan produk-produk yang diadaptasi dari perubahan trend yang ada saat ini,” terang Nadia.

 Manfaatkan Digitalisasi. Selain penggunaan ingredients tertentu, perkembangan dunia bisnis saat ini juga dipengaruhi oleh kecanggihan teknologi. Dan sebagai pengusaha, Nadia bersyukur perkembangan teknologi dalam bentuk digital marketing kian memudahkannya memperluas jaringan pemasaran.

“Saya sangat terbantu dengan transformasi digital ini. Sehingga biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar dibanding zaman dahulu di mana kita harus membuat iklan di TV atau billboard dan sebagainya. Dan dengan perkembangan teknologi saat ini saya yakin UMKM di Indonesia bisa bersaing dengan produk-produk dari luar. Dan awareness pasar tentang brand-brand lokal bisa meningkat dan semakin luas juga jangkauannya,” tambahnya.

Sebagai langkah memanfaatkan digitalisasi, Nadia bukan sekadar menebar promosi terkait produk maupun layanan yang ditawarkan bisnis-bisnisnya, tapi juga membagikan beragam konten video, baik yang bersifat edukasi maupun hiburan ’receh’. Cara tersebut, nyatanya cukup ampuh menarik masyarakat untuk lebih mengenal Stefskin maupun Primadona Beauty Care lebih dekat, hingga kemudian menjadi customer loyal.

 Tanpa Over Claim. Tingginya persaingan bisnis skincare, mendorong para pelaku usaha melakukan berbagai gebrakan demi menarik minat pasar. Tak jarang, mereka berani mengklaim brand mereka mengandung zat aktif dengan kandungan cukup tinggi, sehingga hasilnya bisa lebih cepat.

Sayangnya, klaim tersebut seringkali tidak sesuai dengan kandungan sebenarnya. Walhasil menjadi bumerang bagi pengusaha tersebut.  “Terkadang, over claim yang dilakukan para pengusaha tersebut tidak sepenuhnya salah. Karena seringkali, justru pabrik makloon yang berlaku ‘nakal’dengan memberikan informasi yang berlebihan. Hal ini kemungkinan karena pelaku UMKM yang terjun ke bisnis skincare tidak memiliki background tentang ingredients yang terkandung dalam skincare yang mereka jual,” tutur Nadia, bijak.

Untuk itu ditekankan Nadia, sejak awal terbentuknya Stefskin ia berkomitmen membuat produk yang pemakaiannya bisa jangka panjang. “Saya tidak ingin membuat produk yang hasilnya bisa cepat, tapi ketika tidak lagi digunakan bisa membuat wajah jadi breakout. Untuk itu saya minta ke pabrik makloon untuk dibuatkan produk yang formulanya tidak terlalu keras. Dan meski mengikuti trend ingredients yang berkembang, Stefskin juga  tidak terbawa arus menggunakan ingredients seperti bibit pemutih dan lain sebagainya. Karena meski bisa mendapatkan izin dari BPOM tapi ada batasannya, batas atas atau bawah. Kami usahakan mencari ingredients yang benar-benar aman. Dan kandungan bahan yang kami informasikan kepada customer juga sudah sesuai. Bukan sekedar claim apalagi over claim,” tegas Nadia.

 Jaga Hubungan Baik. Demi memenangkan hati customer dan menjaga loyalitas mereka, Nadia juga berupaya untuk selalu menjaga hubungan baik. Salah satunya dengan bertanya apakah produk yang diorder customer cocok atau tidak. “Jadi customer ini terus kami maintenance, tidak kami lepas begitu saja setelah order produk. Sehingga, jika memang terjadi ketidakcocokan, maka kami bisa memberikan masukan ke pihak pabrik makloon,” tambahnya.

Selain itu Nadia juga senantiasa keep in touch lewat medsos supaya bisa menanggapi masukan dari customer. Sehingga segala keluhan bisa diatasi dengan cepat dan customer merasa diperhatikan.

Harapan pada Pemerintah. Sebagai pegiat ekonomi kreatif Nadia berharap ke depan pemerintah bisa mempermudah pemberian kredit untuk permodalan, sehingga para pelaku bisnis bisa mengembangkan usaha. “Karena semua kegiatan usaha butuh uang, baik itu untuk beriklan, produksi dan sebagainya. Kalaupun pemerintah belum bisa mensubsidi pelaku UMKM, setidaknya kredit modal kerja mungkin bisa di-support dari bank-bank pemerintah. Hal ini sangat penting untuk pelaku UMKM khususnya yang mikro atau masyarakat yang baru mau terjun ke dunia bisnis,” pungkasnya.

Ekspansi Bisnis Property

Selain terus berinovasi menciptakan produk-produk skincare baru, ke depan Nadia akan melakukan ekspansi bisnis di bidang property, dengan menekuni sewa menyewa, jual-beli property termasuk bagian interiornya. Selain sebagai upaya membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat Indonesia, pengembangan bisnis yang digenjot Nadia juga ditujukan untuk mendukung operasional yayasan sosial miliknya, yakni Nadiya Group Foundation.

“Untuk operasional yayasan memang kami tidak pernah mengambil sumbangan dari pihak lain, semua murni dari bisnis-bisnis yang kami jalani. Kami berharap bisa terus maju sehingga kelak bisa membangun mesjid dan pondok pesantren untuk masyarakat kurang mampu,” pungkas Nadia yang saat ini telah menjadi ibu asuh bagi ribuan santri di salah satu pondok pesantren di kawasan Depok, Jawa Barat.

Bagikan:

Bagikan: