Direktur Klinik PERTAMINA IHC – PT PERTAMINA BINA MEDIKA IHC

Devi Desianti Pritasari, SE.,MARS, “Dengan Niat Tulus Maka Kebaikan Akan Melahirkan Kebaikan Lain…”

Bagikan:

MajalahInspiratif.com, Jakarta- Dewasa ini, semakin banyak instansi kesehatan maupun perusahaan pengelola rumah sakit yang dipimpin oleh orang-orang yang bukan berasal dari kalangan dokter, salah satunya Devi Desianti Pritasari, SE.,MARS. Dengan kemampuan manajerialnya, di masa pandemi COVID-19 lalu, ia menjadi orang pertama dari kalangan nondokter yang didaulatsebagai Direktur KlinikPERTAMINA IHC – PT Pertamina Bina Medika IHC.Perempuan Pekerja Kerasyang meyakini bahwasanya setiap kebaikan akan berbuah kebaikan ini pun mampu membawa KLINIK PERTAMINA IHC – PT Pertamina Bina Medika IHC terus melesat dengan ide-ide inovatif yang memang dibutuhkan masyarakat.

Diangkatnya Menteri Kesehatan yang bukan berasal dari kalangan dokter oleh Presiden Joko Widodo, menjadi pemecah stereotipbahwa pemimpin instansi kesehatan haruslah seorang tenaga medis. Sebelum pandangan baru tersebut viral,Devi Desianti Pritasari, SE.,MARS, yang juga berasal dari kalangan nondokter,justru telah dilantik sebagai Direktur Klinik PERTAMINA IHC – PT Pertamina Bina MedikaIHC.

Penobatan tersebut tentu bukan tanpa alasan, kinerja perempuan bersahaja yang akrab disapa Devi ini, dinilai mampu membawa banyak perubahan. Ia yang sejak tahun 2001, telah bergabung bersama PT Pertamina Bina MedikaIHC, telah melahirkan ide dan inovasi baru yang berdampak baik bagi perkembangan perusahaan.

“Setelah menyelesaikan pendidikan Sarjana Ekonomi, ayah saya yang berprofesi sebagai dokter menyarankan saya melanjutkan Magister Administrasi Rumah Sakit di Universitas Indonesia juga. Beliau menilai suatu saat industri kesehatan membutuhkan orang yang bukan dokter untuk manajerial. Dan ternyata beliau memang memiliki pandangan yang visioner. Karena saat ini ternyata orang-orang yang mengurus institusi kesehatan, pimpinan perusahaan ataupun PT rumah sakit yang bukan dokter, bisa lebih mengembangkan dengan keilmuan manajemennya. Sebab, orang-orang dengan background ekonomi bisa membaca kebutuhan pasar dan melihat demand masyarakat. Karena angka kesakitan itu bisa menjabarkan kebutuhan teknologi kesehatan dan unggulan layanan kesehatan apa yang dibutuhkan masyarakat,” papar perempuan bersahaja yang akrab disapa Devi ini.

Kerja Keras Tak Akan Mengkhianati Hasil. Diceritakan Devi, ia pertama kali mengenal pengelolaan Rumah sakit ketika residensi, menyelesaikan tugas sekolah dan tesis S2 di RS PERTAMINA Cirebon. Ketika itu, ia  bertemu dengan Direktur RS PERTAMINA Balikpapan yang menawarkan pekerjaan sebagai Kepala Humas dan Pemasaran di RS PERTAMINA Balikpapan.

“Saat itu usia saya baru 23 tahun, belum lulus S2 dan sedang thesis, belum pernah sama sekali keluar pulau jawa. Balikpapan- Kalimantan Timur tahun 2003 belum seramai sekarang, namun saya ambil kesempatan itu, sambil sekolah saya bekerja,” kenangnya.

Meski juga berstatus sebagai mahasiswi residen, namun Devi senantiasa bersikap professional. Ia yang memang seorang pekerja keras, tidak pernah mempertanyakan penugasan atau menolak pekerjaan. “Saya terus bekerja membangun brand RS PERTAMINA Balikpapan menjadi Market Leader dan meningkatkan jumlah pelanggan perusahaan secara signifikan. Sehingga RS tersebut bisa melakukan investasi dan pengembangan,” tegasnya.

Tak ada katalelah apalagi kamus libur bagi Devi. Hari Sabtu dan Minggu bahkan ia gunakan untuk menggelar pameran dan menghadiri acara-acara komunitas guna memperbanyak networking. “Di masa itu tidak banyak hiburan, jadi saya menjadikan aktivitas bekerja dan teman kerja sebagai pelipur lara jauh dari rumah, saya menganggap pelanggan sebagai keluarga sehingga tercipta customer intimacy yang bermanfaat dalam kebaikan karir saya,” tuturnya.

Buah kerja keras Devi pun mulai menampakkan hasil manakala di tahun ke lima bekerja, ia dipromosikan sebagai Kepala Manajemen Bisnis Pertamedika Medical Center, Jakarta. Jabatan setara Wakil Direkturtersebut diemban Devi selama 3 tahun. Karena korporasi memutuskan untuk memindahkannya ke Divisi Pemasaran korporat PT PERTAMINA BINA MEDIKA, yakni anak perusahaan PERTAMINA yang bergerak di bidang jasa layanan kesehatan.

“Anak perusahaan PERTAMINA yang kini bernama PERTAMEDIKA IHC merupakanholdingrumah sakit yang mengelola 36rumah sakit dan lebih dari 66 Klinik. Kurang lebih 10 tahun saya berkarir di korporasi berpindah-pindah fungsi menjadi Manager Pengembangan Pasar sampai ke Manager Portofolio Bisnis,” terang Devi.

Ubah Ancaman Jadi Peluang.Pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia beberapa tahun lalu, cukup memporak-porandakan berbagai sendi kehidupan masyarakat. Tidak sedikit pelaku usaha yang terpaksa merumahkan karyawannya, bahkan gulung tikar. Tak hanya dunia ekonomi, bidang kesehatan juga turut mengalami dampak buruk.

“Di awal COVID-19 memasuki Indonesia, saya diamanahkan sebuah tanggung jawab yang cukup menantang. dr Fathema Djan Rahmat, yang saat itu menjabat sebagai Dirut Pertamedika IHC mempercayakan jabatan Direktur Klinik Pertamedika IHC kepada saya. Mengelola 21 Klinik yang mengalami kerugian sebelum Pandemi hadir. Dan di awal masapandemi banyak dokter merasa takut untuk membuka layanan, karena belum banyak yang memiliki Alat Pelindung Diri (APD),” cerita Devi

Tantangan tersebut pun diterima perempuan kelahiran Bandung, 11 Desember ini. Bermodalkan ruangan bekas gudang di sebuah klinik, Devi membangun head office dan menggelar town hall secara daring (dalam jaringan), untuk menjelaskan visi serta misinya. “Saya memberikan motivasi untuk menjadikan pekerjaan sebagai ibadah. Terlebih di masa COVID-19, tenaga medis mendapatkan kesempatan emas mendulang pahala seperti mengikuti jihad, karena saat melayani dan membantu pasien, tenaga medis berhadapan dengan kematian,” tambahnya.

Di tangan Devi, transormasi klinik PERTAMINAIHC terjadi. Dimulai dengan mengubah standardisasi branding dan tampilan fisik klinik. Ia membuat klinik-klinik PERTAMINA IHC menarik, terlihat bersih dan nyaman serta dilengkapi dengan teknologi yang dibutuhkan pasien. “2 minggu studi banding ke Amerika, tepatnya di Mayo Klinik, saya belajar bahwa ketulusan pelayanan, suasana yang nyaman dan asri, ruangan perawatan dengan interior yang ditata apik dapat mempercepat proses penyembuhan pasien. Saya pun lakukan perbaikan disemua klinikPERTAMINA IHC,” paparnya.

Demi meningkatkan kinerja perusahaan, secara bertahap Devi menambah jumlah klinik, serta mengembangkan klinik baru di BSD, Cibubur, Gandaria dan Prabumulih. “Di tahun 2024 ini,  kami juga akan buka di Balikpapan, Tanjung, Semarang, Indramayu dan Jakarta Pusat.Kami juga mengembangkan produk PORTAL rujukan, sehingga pasien bisa mengakses dokter spesialis di RS dari klinik kami dengan videocam,” terang perempuan berhijab ini.

Dari inovasi dan terobosan baru yang diluncurkan, Devi mampu mengubah ancaman COVID-19menjadi peluang. Enam bulan pertama memimpin klinik, ia berhasil membawa klinik PERTAMINA IHCyang sebelumnya selalu merugi justrumemperoleh laba milyaran dan pendapatannya terus bergerak naik. Bahkan setelah pandemi berakhir, klinik PERTAMINA IHC terus bertumbuh secara jumlah maupun secara kinerja keuangan. “Di tahun 2021 jumlah Klinik PERTAMINA IHC sebanyak 21, di tahun 2023 jumlahnya menjadi 42 Klinik dan tahun ini kami merencanakan membuka 6 klinik baru di kota-kota besar di Indonesia dengan modal sendiri dan berkolaborasi” imbuh Devi.

Prestasi Membanggakan. Berkat tangan dinginnya dalam mengembangkan klinik dan melakukan transformasi, sederet prestasi membanggakan pernah disabet Devi. Di lingkungan Internal perusahaan, Klinik PERTAMINA IHC meraih penghargaan ‘Pencapaian EBITDA Terbaik’, Pemenang Kompetisi Direktorat Operasi Pertamedika IHC tahun 2021 dan “TOP 5 Performa of The Year”  tahun 2022.

Selain itu, Devi juga dianugerahi penghargaan dari GlobalYouth Leadership di Dubai  untuk pemberdayaan energi muda dalam melakukan transformasi di tahun 2023 dan sebagai Juara Pertama Leader Core Value AKHLAK Level GMdari PT.PERTAMINA (Persero) tahun 2022.

“Secara kinerja keuangan, bisnis yang saya kelola yaitu klinik PERTAMINA IHC, pendapatannya pernah naik di tahun tertentu sampai dengan dua kali lipat, dan perolehan EBITDA margin diatas rata-rata bisnis rumah sakit,” ungkapnya, bangga.

Kebaikan Melahirkan Kebaikan. Selama bertugas di korporat, Devi senantiasa terpanggil untuk menjalankan program-program CSR (Corporate Social Responsibilty) PERTAMINA. Buat Devi, memberi dan berbagi kebaikan adalah sesuatu yang mengasyikan. Beragam kegiatan sosial bahkan telah dilakukan Devi ketika masih duduk di bangku kuliah S1.

“Di kampus, saya bergabung bersama perhimpunan mahasiswa yang membuat gerakan sosial untuk membantu UMKM mengembangkan usaha. Kami ajarkan mereka cara mendapat pinjaman dari bank sehingga bisa membeli peralatan yang dibutuhkan.  Kami berikan juga pengetahuan tentang akuntansi dan cara memasarkan produk. Secara otomatis ilmu dan pengalaman saya telah terpakai sejak muda,” terang perempuan yang berpengalaman sebagai Sales sebuah percetakan saat masih kuliah S-1.

Bersama CSR PERTAMINA, beragam program telah dilahirkan Devi. Diantaranyameningkatkan skill kader posyandu melalui penyuluhan cara membuat makanan sehat pencegah stunting anak, pijat bayi hingga senam hamil.Saat memberikan penyuluhan, tim CSR PERTAMINA mendatangi kader-kader posyandu di kota-kota tempat beroperasinya RS Unit usaha Pertamedika IHC dan wilayah operasi PERTAMINA.

“Meski hanya bermodalkan tenaga, waktu dan pikiran, saya termotivasi untuk menciptakan program-program kreatif yang dapat membantu masyarakat. Dan nyatanya hal tersebut membuahkan citra positif bagi perusahaan. Dari networking perusahaan sesama penggiat CSR, saya mendapatkan banyak peluang kerjasama layanan kesehatan yang menguntungkan bagi perusahaan yang saya pimpin. Mereka mengirimkan pekerja dan keluarga untuk berobat atau menjalani medical check-up ke Rumah sakit PERTAMINA di seluruh Indonesia. Itu bermakna kebaikan melahirkan kebaikan, saya semakin bersyukur dan meyakini Allah SWT hadir dalam setiap kebaikan,” tuturnya, bijak.

Tingginya jiwa sosial yang tertanam dalam diri Devi, merupakan warisan dari kedua orangtua. Sang Ayah, yang mengabdikan diri sebagai dokter umum, tak menolak ketika dibayar hanya dengansekantong kacang tanaholeh pasien yang berasal dari kalangan masyarakat kecil. Demikian juga dengan ibunda, dengan ikhlas membuka pintu rumah untuk mereka yang berkesusahan, “pedagang pisang keliling biasa numpang sholat dan makan di rumah mama” ujar Devi.

“Sejak kecil saya dididik bahwa sedekah adalah perniagaan dengan Allah SWT yang akan AllahSWT ganti dengan kebaikan yang lebih baik, karena itu saya menjadikan lingkungan kantor sebagai teman dalam melakukan kebaikan. Kami memiliki Panti asuhan binaan yang rutin kami edukasi, kami berikan kegiatan healing dan bantuan alat sekolah. Sebagian anak panti adalah korban perkosaan dan kekerasan rumah tangga yang perlu pendampingan. Kami juga rutin melakukan gerakan sedekah jum at, berbagi makanan untuk musafir yang singgah melaksanakan sholat jum’at di Masjid yang ada di kantor kami.Sebisa mungkin saya mengajak tim Klinik PERTAMINA IHC untuk Bersama dalam kebaikan, mengumpulkan sedekah dari kantong pribadi untuk mengajak anak-anak panti binaan kami rekreasi atau sekedar membeli makanan,” tutup perempuan yang banyak menggandeng kaula muda ke dalam timnya ini.Laili

Info Lebih Lanjut:

Head Office Klinik Pertamina IHC

Jl Sinabung II no 32 AF Kebayoran Baru Jakarta Selatan

Instagram      : @ihc.klinikpertamina @devi_pritasari

Bagikan:

Bagikan: