Crowdfunding Typography Banner

Deisha Laksmitha Ayom, Mandiri dan Sukses Berkarier di Negeri Orang Berkat Suport System yang Kuat

Bagikan:

MajalahInspiratif.com, Jakarta – Support system, terutama dukungan keluarga, menjadi salah satu faktor yang menguatkan dr. Deisha Laksmitha Ayomi memutuskan meniti karier sebagai Dokter Umum di Findlandia. Sebelumnya, dokter lulusan Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga 2018 ini, bekerja di Rumah Sakit khusus menangani Covid-19 di Surabaya, Jawa Timur, selama hampir satu tahun.

“Sejak 2021, saya memutuskan untuk pindah ke Finlandia sebagai Dokter Umum. Memang berat, harus meninggalkan keluarga dan saya harus belajar mulai dari awal lagi, mulai dari bahasa, budaya, sistem kesehatan di Finlandia. Dan saya mengalami banyak culture shock karena budaya dan kebiasaan orang di sini cukup berbeda. Tetapi untungnya, saya memiliki support system yang kuat,” ungkap perempuan cantik yang akrab disapa dr. Mitha ini.

Awal merintis karier di negeri orang, dokter kelahiran Surabaya, 27 Desember ini, sempat mengalami stress berat karena harus beradaptasi dengan berbagai hal di waktu yang sama. Ia pun mesti mengurus segala sesuatunya sendiri.

“Mulai dari mengurus visa, personal identity card dan bank card hingga pindah ke apartemen baru. Sepulang dari bekerja saya juga harus masak, bersih-bersih dan juga harus belajar kedokteran dengan bahasa yang berbeda. Ada saat di mana saya merasa burn out, tetapi saya ingat kembali motivasi saya dan keluarga yang sudah men-support saya sejauh ini, dan juga saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini,” tekannya.

Namun, diakui dr. Mitha, pengalaman-pengalaman tersebut justru mampu membentuk dirinya menjadi pribadi yang lebih kuat dan bertanggung jawab dengan diri sendiri. “Selama tinggal jauh dari keluarga, saya dihadapkan dengan banyak keputusan besar yang harus saya ambil. Seperti pemilihan tempat kerja, ujian yang saya akan jalani, strategi agar bisa tetap bertahan bekerja di Rumah Sakit. Apalagi tidak banyak orang Asia yang bekerja sebagai dokter di Findlandia, sehingga terkadang sulit untuk meminta pendapat dari orang lain,” tambah dr. Mitha.

Dukungan Keluarga. Meski tinggal jauh dari kelurga dan orang-orang terdekat,  namun dr. Mitha merasa beruntung dukungan keluarga lewat komunikasi yang intens sanggup membuatnya tetap merasa dekat. “Ketika kita berada di titik terendah, orang.-orang terdekatlah yang menjadi motivasi dan menguatkan kita, bahwa memang bila mau punya mimpi yang besar, perjuangan juga harus berkali-kali lipat lebih besar. If it was easy, many would do/have done it!,” tegasnya.

Perempuan yang kerap menjadi moderator dan narasumber di berbagai talkshow ini berprinsip bahwa apapun yang terjadi, ia akan terus maju dan tidak mau dikalahkan dengan keadaan.

There’s no reason to turn back. Kalau memilih ‘less travelled road‘ dari awal, sudah harus tahu seberapa besar resiko dan perjuangan yang akan dihadapi. Banyak momen-momen dimana kita tidak dalam posisi bisa memilih, jadi kita harus menjalani sekuat mungkin,” ujarnya, bijak.

Manfaatkan Era Digital Sebaik Mungkin. Bagi dr. Mitha, era digital laksana dua sisi mata uang yang memiliki dampak positif sekaligus negatif secara bersamaan. Untuk itu, sudah sepatutnya setiap orang memiliki kemampuan memilah-milah baik dan buruknya digitalisasi.

“Kita harus memiliki kemampuan untuk fokus (deep work) yang kuat. Karena banyak sekali distraksi, mulai dari harus cek email, cek media sosial, jadi kita harus pintar dalam menghindari distraksi misal belajar 40 menit dengan 5 menit break tanpa ada distraksi sama sekali, menggunakan aplikasi yang bisa menunjang produktivitas misal habit tracker, time management, daily calendar. Selain itu makin banyak juga resource yang menunjang kita untuk belajar, tetapi kita tetap harus memilih resource mana yang paling cocok untuk diri kita. Misal karena saya visual learner, saya suka membuat flash card disertai gambar untuk memudahkan mengingat apa yang saya pelajari,” tuturnya.

Namun demikian, dr. Mitha sangat membatasi penggunaan handphone dalam kegiatan sehari-hari. Ia tidak ingin melewatkan momen-momen berharga dengan kelurga dan teman-teman terdekat. “Banyak hal yang justru kita bisa lebih pelajari  dari lingkungan sekitar daripada di sosial media karena kita memakai semua panca indera kita ketika kita berinteraksi dengan orang lain. Dan bisa lebih menghargai waktu,” tekan dokter cantik yang hobi bermain piano ini.

Pencapaian Prestasi. Bagi dr. Mitha, perjalanan karier sebagai salah satu Dokter Umum di sebuah Rumah Sakit besar di Findlandia merupakan prestasi besar yang begitu membanggakan  di samping prestasi-prestasi lain yang pernah ia raih.

Ya, dokter cantik ini pernah menjadi Puteri Pendidikan Indonesia 2019, Covid-19 Vounteers selama pandemik di Indonesia, hingga keluar sebagai Pemenang Poster Ilmiah dalam Asian Pediatric Anesthesiologist.

Perempuan Mandiri. Kemandirian dr. Mitha tidaklah tumbuh begitu ia terpisah jarak dengan keluarga. Karena sejak kecil ibunya selalu mengajarkan untuk mandiri. “Mandiri bukan dalam artian tidak membutuhkan bantuan siapa-siapa. Tetapi lebih kepada wanita harus bisa hidup dengan kaki sendiri. Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi ke depan sehingga apapun yang terjadi kita tetap bisa bertahan hidup,” tambah dr. Mitha.

Ia menambahkan bahwasanya wanita yang mandiri lebih mempunyai kekuatan dan kepercayaan diri untuk menyampaikan opini, melepas hubungan yang tidak sehat, menjalani hidup seperti apa yang diinginkan, berani mengambil risiko dan financial freedom.

“Ibu saya juga berpesan untuk berani memilih less travelled road, karena dengan kita memilih jalan yang lebih berat, semesta akan membentuk diri kita menjadi orang-orang dengan prinsip dan kepribadian yang kuat, tahan banting, mental kuat. Kita tidak harus menjadi the smartest person in the room, tetapi lebih penting untuk menjadi orang yang bisa survive di kondisi apapun, yang mampu beradaptasi. Saat saya memutuskan untuk hidup dan bekerja di luar negeri, keluarga saya sangat mendukung, karena dalam keluarga saya, sedari kecil sudah dididik bahwa wanita itu harus kuat, bisa mengandalkan diri sendiri dan mampu untuk berkembang semaksimal mungkin,” pungkas dr. Mitha.

Me Time Bersama Buku dan Piano

Mengisi waktu luang sepulang bekerja atau di kala libur, dr. Mitha lebih sering menghabiskannya dengan membaca buku. Saat ini ia bahkan menggemari buku-buku non fiksi yang membuatnya  belajar bahwa semua orang  mempunyai kapabilitas untuk meraih mimpi. “Sebesar apapun mimpi itu, yang membedakan adalah keinginan untuk mau atau tidak mau. Dan mengajarkan saya nahwa perjalanan hidup tidak mudah, it is okay to fail as long as you have learned from your mistakes, because you will never learn if you don’t make mistakes,” ujarnya.

Selain itu, ia juga suka bermain piano yang sejak usia 5 tahun telah ia geluti. Biasanya dr. Mitha memainkan beragam genre musik terutama jazz. Lewat musik yang berakar dari tradisi Afro-Amerika tersebut, ia bisa berimprovisasi lagu sesuai dengan style-nya.

Hidup Seimbang dan Bermanfaat

Di usia yang masih terbilang muda, dr. Mitha memiliki segudang mimpi yang ingin ia raih ke depan. Ia berencana melanjutkan studi di negeri tempat ia tinggali saat ini. “Saya tertarik mengambil Spesialis Pediatric Anaesthesiology di Finlandia. Dan juga ingin melanjutkan PhD,” katanya.

Meski demikian, ia berupaya untuk menjalani kehidupan yang seimbang. “Saya menyadari bahwa life is not about work, ada momen-momen yang tidak ingin saya lewatkan seperti family time, melakukan hobby, traveling. Dan sepanjang kehidupan saya, saya ingin berguna bagi orang di sekitar saya,” tutupnya. Laili

Bagikan:

Bagikan: