MajalahInspiratif.com, Jakarta – Seperti namanya, kue Tampah biasanya disajikan di atas tampah rotan beralas daun pisang. Gabungan beberapa kue tradisional tersebut umum disajikan di sebuah event besar. Namun, di tangan Dafina dan Cindy, selaku owner Toko Kue Tampah, ragam camilan yang juga disebut jajanan pasar itu tampil lebih modern dan praktis. Citarasa premium menjadikan gengsi kuliner nusantara ini meroket.
Pastel, Klepon, kue Lumpur, Ongol-ongol hingga Arem-arem, termasuk beberapa varian kue khas nusantara yang banyak tersedia di pasar-pasar tradisional. Tak heran, banyak orang juga menyebutnya jajanan pasar. Sayanganya, sebutan itu pula yang menjadikan kue tradisional sebagai makanan kelas bawah. Mirisnya, banyak anak muda sekarang yang enggan mengenal dan mengonsumsi kue tradisional karena dianggap ketinggalan zaman.
Adalah dua kakak-beradik, Dafina dan Cindy, yang justru tertantang untuk membuat kue tradisional jadi lebih bergengsi. Selain penggunaan bahan baku premium yang mampu menghasilkan cita rasa yang enak, tampilan dari tiap kue juga dibuat little size, sehingga lebih mudah dikonsumsi dalam 2-3 gigitan.
“Bisnis ini kami bangun sejak 9 tahun lalu, semula dengan sistem pre order dan disajikan di atas tampah rotan. Dalam 1 tampah ada beberapa varian kue tradisional, dan kami menyediakan paket 30 pieces ke atas. Karena biasanya dipesan untuk event besar seperti ulang tahun, resepsi pernikahan atau acara kantor. Kami juga tidak menyediakan ready stock, semua dibuat fresh sesuai pesanan,” terang Dafina dan Cindy bersahutan.
Hikmah Pandemi. Diceritakan Dafina, jauh sebelum menjalankan bisnis di bawah label Tampah, sang kakak, Cindy tidak hanya menerima pesanan kue tradisional, tapi juga berbagai menu sesuai permintaan customer, sebut saja Nasi Kuning, aneka Cake hingga Pudding. Mengusung konsep palugada, bisnis tersebut hanya dijalankan secara online.
“Di tahun-tahun pertama menjalankan bisnis, saya masih berstatus sebagai pekerja kantoran. Seiring waktu, akhirnya saya putuskan untuk resign menyusul kemudian Dafina. Karena kami memilih untuk fokus berbisnis. Dan varian menu yang kami tawarkan khusus Kue Tampah,” ungkap Cindy.
Meski hanya dipasarkan secara online, namun kebanyakan customer Tampah adalah instansi perkantoran atau corporate. Walhasil, ketika badai pandemi COVID-19 menghantam Indonesia, bisnis keduanya pun turut terdampak.
Adanya aturan pemerintah yang mengharuskan hampir semua instansi menerapkan WFH (work from home), membuat banyak pesanan yang sudah masuk terpaksa dibatalkan. Dafina dan Cindy pun harus mengembalikan pembayaran yang telah lunas ditransfer para customer.
“Saat pandemi, semua acara di-close. Sehingga kami harus me-refund hampir 100% pesanan yang sudah masuk. Bisnis ini pun nyaris bangkrut karena kalau dihitung-hitung keuangan kami hanya bertahan selama 3 bulan. Walhasil kami harus putar otak bagaimana caranya agar bisa survive. Salah satu yang kami ubah adalah sistem penjualan yang awalnya paket besar minimal 1 tampah besar kami ubah menjadi daily consumption atau paket kecil. Kami mulai mengeluarkan paket isi 10, 25 pieces, yang bisa dikonsumi customer dan keluarga mereka,” ungkap Dafina.
Ditambahkan Cindy, saat terdampak pandemi bisnis yang mereka bangun telah berjalan selama 5 tahun secara online. Sehingga telah memiliki banyak pelanggan loyal, terutama di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan. Respon positif pun terus berdatangan, para customer yang biasanya memesan untuk acara kantor atau event tertentu, kembali memesan untuk dikirim ke rumah ataupun kerabat dan sejawat mereka.
Animo inilah yang kemudian menyemangati Dafina dan Cindy untuk membuka toko offline di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan. “Karena Tampah online sudah banyak dikenal, maka kami tidak terlalu kesulitan ketika membangun awareness toko offline-nya. Namun, karena saat pandemi masyarakat tidak bisa berbelanja langsung, maka kami bekerja sama dengan ojek online untuk mengantarkan pesanan. Cara ini juga memudahkan customer yang ingin memesan dan mengirim kue untuk kerabat maupun sejawat mereka,” papar Dafina dan Cindy,
Dengan membuka toko kue offline dan menggandeng ojek online serta beberapa e-commerce seperti Shopee dan Tokopedia, penjualan Toko Kue Tampah meroket tajam. Dafina dan Cindy bahkan mampu membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang. “Di awal bisnis, kami hanya dibantu 2 orang karyawan, seiring waktu bisa merekrut 20 orang sebagai tenaga kerja. Kini setelah ada offline dan buka cabang di Gandaria, kami sudah mempekerjakan 85 orang karyawan,” terang Dafina.
Berkat gebrakan baru yang dilakukan, nama Toko Kue Tampah juga kian dikenal luas. Setelah masa pandemi berakhir dan kehidupan masyarakat telah kembali normal, baik pesanan retail maupun PO seakan tak pernah sepi dan terus meningkat.
“Inilah hikmah pandemi, membuka customer baru dan memaksa kami untuk keluar dari zona nyaman. Dari yang awalnya hanya melayani PO paket tampahan besar, akhirnya mau tidak mau kami jualan eceran yang ternyata sekarang justru 60% pemasukan berasal dari toko offline,” tambah Cindy.
Tampilan dan Rasa Premium. Jika sekadar mengubah konsep penjualan dari PO ke retail, mungkin laju bisnis Toko Kue Tampah tidak sebesar saat ini. Karena pada dasarnya, sejak awal membangun bisnis Dafina dan Cindy berkomitment untuk selalu manjaga kualitas tampilan dan rasa premium dari tiap kue tradisional yang ditawarkan. Inilah salah satu keunggulan Toko Kue Tampah.
“Kalau lihat kue–kue tradisonal di Pasar Kue Subuh misalnya, bentuknya memang banyak yang unik dan kecil-kecil. Namun dari segi rasa kurang pas di lidah kebanyakan orang. Oleh sebab itu, dari awal buka bisnis, selain dibuat little size, citarasanya juga saya upgrade. Demikian juga dengan tampilan yang saya buat lebih premium. Sehingga ketika dijadikan hantaran lebih terlihat bergengsi,” ujar Cindy.
Untuk melengkapi tampilan dari tiap kue yang eye catching, Dafina dan Cindy menyediakan box karton cantik. Harga tiap varian juga cukup terjangkau dan cocok untuk segala bentuk acara, termasuk hantaran ketika menjenguk kerabat atau sejawat. “Jadi, kalau dibawakan beberapa roti, hanya beberapa pieces saja harganya sudah lumayan tinggi. Tetapi jika dibawakan kue–kue dari Toko Kue Tampah, jenis kuenya bisa lebih variatif, harga affordable, box-nya juga cantik dan praktis, sehingga lebih prestisius,” jelas Dafina.
Ditambahkan Dafina, harga tiap varian kue dibanderol sama. Oleh sebab itu, untuk kreasi Kue Tampah varian kue-nya bisa dipilih sesuai selera customer. “Di tempat lain Kue Tampah biasanya dijual per paket. Misalnya paket Rp 500 ribu maka varian kue–nya sudah ditentukan. Sedangkan di Toko Kue Tampah jika dalam 1 tampah ada 40 pieces kue maka bisa di-mix and match sesuai selera, karena harga per kue per pieces-nya sama. Inilah yang menjadi keunggulan lain Toko Kue Tampah, yang kemudian menyebar dari mulut ke mulut,” katanya.
Fresh dan Modern Fusion. Saat ini, ada lebih dari 40 varian kue tradisional yang ditawarkan Toko Kue Tampah. Sebut saja Risol Mayones, Pastel, Ongol-ongol, Pie Buah, Onde-onde, Arem-arem, Lontong dan Lemper. Tiap varian dibuat fresh setiap hari dengan tampilan yang modern.
Demi menyasar kalangan muda, yakni Gen Z, Toko Kue Tampah memodifikasi kue tradisional jadi lebih modern. Sebut saja Klepon Swissroll, yakni Swissroll Cake citarasa nusantara karena ditambahkan unti kelapa sebagai isian. Ada juga Risol Bolognaise dan Risol Isi Burger. Cara ini sekaligus sebagai target agar jajanan pasar bisa dikenal anak-anak muda dan tidak sampai punah.
“Kami juga menjual menu lain seperti Bubur Jawa dan Aneka Cake seperti Marmer Cake. Namun yang menjadi best seller tetap kue–kue Tampah. Dan minimal tiap 3 bulan sekali kami update varian baru tapi in out. Misalnya ada 3 menu yang keluar maka kami ganti dengan 3 menu baru supaya customer tidak bosan. Dan saat moment spesial seperti Ramadhan, Idul Fitri, Natal dan Imlek, kita hadirkan juga menu sesuai momen. Misalnya saat Ramadhan lalu kami buat Nastar Crumble,” terang Cindy.
Sebelum meluncurkan varian baru, Cindy akan melakukan trial and error untuk mendapatkan formula resep yang pas. Hasil dari uji coba tersebut ia kirim ke beberapa orang untuk tester. “Kalau mereka bilang oke dan semua sudah oke baru kami launching. Jadi semua kue yang ada di Toko Kue Tampah benar-benar detail proses pembuatannya,” imbuh Cindy.
Selain menu yang diproduksi sendiri, Toko Kue Tampah juga menyediakan ragam kudapan dan minuman buatan pengusaha kecil. Sebut saja Cheese Stick, Keciput, Rempeyek hingga ragam minuman dingin. Namun, untuk menjaga nama baik Toko Kue Tampah, kudapan dan minuman tersebut sebelumnya telah melalui proses seleksi.
Fokus pada Digital Marketing. Dijelaskan Dafina, sejak awal membangun bisnis Toko Kue Tampah, ia dan Cindy telah berbagi tugas. Dirinya di bagian marketing, sedangkan Cindy menangangi urusan operasional, termasuk mengkreasikan menu.
Agar nama Toko Kue Tampah semakin popular, Dafina hanya fokus pada digital marketing yang saat ini dinilai lebih efisien. Bersama tim, ia giat membuat konten yang pada akhirnya bukan sekadar menarik minat customer baru tapi juga meningkatkan kepercayaan mereka akan kualitas kue yang ditawarkan. Karena selain mem-posting ragam varian menu, ia juga membagikan video behind the scene proses produksinya.
“Dari konten yang kami bagikan di Instagram, customer juga bisa melihat menu yang kami buat diproduksi secara homemade dan hand crafted yang memang menjadi ciri khas kue tradisional, bukan pabrikasi yang dapat memengaruhi citarasanya. Karena bagi kami, sehebat apa pun marketing-nya kalau citarasa menunya mengecewakan maka customer tersebut tidak akan datang kembali, apalagi membawa customer baru. Itulah yang kami jaga selama ini,” tekan Dafina dan Cindy.
Dapur Pusat. Meski sudah semakin dikenal namun Dafina dan Cindy enggan menjadikan Toko Kue Tampah viral. Khawatir hal tersebut hanya sesaat karena rasa penasaran masyarakat. Keduanya lebih menginginkan bisnis yang long lasting seperti salah satu toko roti Belanda yang saat ini memiliki outlet yang menjamur di hampir seluruh Indonesia.
Keduanya berencana membuat dapur pusat yang bisa memproduksi semua varian kue untuk kemudian disalurkan ke outlet-outlet Toko Kue Tampah. Cara ini bertujuan untuk menjaga standardisasi rasa menu dan memudahkan Cindy untuk quality control.
“Soal standar rasa hingga saat ini kami masih cek langsung, karena meski sudah ada gramasi dan menggunakan tepung premix tapi kadang ada rasa yang berbeda. Kami juga tidak menutup diri dari kritikan customer. Kalau mereka info ada rasa yang kurang maka segera kami perbaiki dan kami ganti pesanan mereka dengan yang baru. Di packaging juga kami tulis garansi 100% kalau mereka tidak puas. Cara ini nyatanya mampu menjaga loyalitas customer sampai sekarang,” pungkas Dafina dan Cindy, kompak.
Info Lebih Lanjut;
Toko kue Tampah
Whatsapp ; 081386186966
Instagram ; pesantampah