MajalahInspiratif.com, Jakarta – Prestasi Cicilia Nina Triana hingga meraih level direktur di perusahaan asuransi papan atas tak lepas dari berbagai inovasi dan perubahan yang dilakukannya. Dengan berpegang pada komitmen, Nina mampu menghadapi tantangan dalam kariernya.
Pencapaian karier Cicilia Nina Triana melalui proses panjang yang tak selalu berjalan mulus. Namun wanita cantik yang akrab disapa Nina ini, berusaha melakukan berbagai perubahan untuk membuat sebuah percepatan hingga ia pun sampai di level saat ini sebagai Direktur & Chief Customer and Marketing Officer perusahaan asuransi swasta di Indonesia.
“Banyak titik naik dan turun, ada juga manuver-manuver di dalamnya dan juga ada sebuah percepatan yang terus kita lakukan. Kalau kita mengikuti perjalanan karier yang biasa mungkin hari ini saya belum ada di posisi saat ini, tetapi banyak sekali perubahan-perubahan yang saya lakukan dan saya buat untuk membuat sebuah percepatan ketika titik turun itu terjadi. Kata kuncinya adalah untuk sampai di level saat ini kita harus berani bangkit lagi ketika kita jatuh. Itu yang paling penting, ketika kita jatuh 7 kali ke-8 kalinya harus bangkit,” ujar Nina.
Karier Nina dimulai selepas lulus kuliah dari Agribisnis IPB. Saat itu ia diterima bekerja di bank. Ketika sudah mencapai posisi yang bagus, tiba-tiba bank tempatnya bekerja dilikuidasi. “Waktu itu saya baru melahirkan anak saya dan kondisi saat itu tahun 1998 adalah kondisi resesi ekonomi yang tidak gampang buat Indonesia, jadi situasi keterpurukan komplit bukan hanya secara personal tapi juga di Indonesia,” jelasnya mengenang.
Nina berusaha bangkit dari kondisi terpuruk dengan dorongan secara mental, fisik, spirit dan tujuan yang harus benar- benar kuat. Ia lalu menekuni bisnis asuransi yang berawal dari tahun 2001 hingga saat ini. “Dari 1998 sampai 2001 itu adalah masa hibernasi saya di mana selama 2 tahun saya bekerja untuk gereja. Di gereja saya banyak melakukan afirmasi diri, banyak melakukan pembenahan mental untuk kemudian bangkit lagi dan berani memulai karier saya di tahun 2001 hingga hari ini,” paparnya.
Bagi wanita kelahiran Malang, 16 Mei ini, bisnis asuransi adalah sebuah bisnis yang menarik karena merupakan bisnis people, bisnis pelayanan dan juga bisnis pertumbuhan. Hal ini yang membuatnya meraih pencapaian karier saat ini yang membuatnya cukup berbangga karena bukan hanya bisa berkarya tetapi ia pun dipercaya untuk berkarya lebih bagi Indonesia.
“Tak hanya kepada perusahaan tempat saya bekerja, tapi saya juga berkarya lebih untuk membangun tentang diversity inclusion khususnya untuk perempuan sehingga perempuan tidak lagi mengalami ketakutan untuk masa depannya, being a woman shouldn’t be a risk,” tandasnya.
Nina berupaya membangun personal branding dengan tetap mengakses digital dan teknologi seperti media sosial. Ia pun melakukan perubahan untuk personal branding dari semula melalui Facebook kemudian melalui Instagram karena dari fakta dan data di Indonesia banyak pengguna media sosial bergerak dari Facebook ke Instagram. “Walaupun saya belum masuk ke media sosial Tiktok dan yang lain-lain, tapi intinya adalah bagaimana kita bisa membrandingkan diri kita dengan tetap mengakses digital dan teknologi,” paparnya.
Menurut Nina personal branding digital dan teknologi membantu percepatan karier dan hal itu sangat tergantung konten dan isinya. Seberapa hebat seseorang melakukan branding, kalau secara konten tidak relevan juga tidak akan diakses oleh banyak orang. “Jadi intinya melakukan hal yang positif. Kalau kita ingin dilihat orang mengenai hal yang memberikan dampak value lebih, itulah yang kita brandingkan. Jadi kita harus melakukan banyak hal yang memberikan dampak positif kepada lingkungan, masyarakat, dunia kerja yang kemudian menjadi branding kita,” tegasnya.
Tantangan Karier. Dalam mengatasi tantangan dan rintangan pekerjaan, Nina berpegang pada komitmen. Ia menilai di era saat ini bukan mereka yang pintar yang menang, dan bukan mereka yang cepat yang menang. Namun mereka yang mau beradaptasi itulah yang menang.
“Hari ini kalau kita berbicara secara pengetahuan dan keterampilan itu bisa sangat mudah diakses dari mulai Google hingga Artificial Intelligence (AI), tetapi kembali lagi yang paling penting adalah mental kita. Kesiapan untuk menghadapi itu ibarat kekuatan sebuah goal, ketika goal begitu kuat maka kita akan dimampukan untuk melihat berbagai tantangan. Kita kuat atau lemah, tantangan itu tetap ada di tempatnya, tinggal bagaimana kita melihat. Kalau goal lebih kuat dari tantangan yang ada maka kita akan cari begitu banyak cara untuk bisa goal, tetapi kalau goal itu masih bisa kita timbang-timbang negosiasi, itu yang kemudian melemahkan kita,” ujarnya bijak.
Nina pun memberikan motivasi kepada timnya di lapangan untuk dapat membangun kekuatan dalam menghadapi tantangan. “Saya selalu berbicara begini, ‘..ketika ada sebuah challenge di depan yang kamu lihat hadiahnya atau ketakutannya? Ketakutan itu tidak mudah memang tapi bisa kita lewati, jadi saya menghadapi tantangan itu kuncinya hanya dua, kencangkan goal dan kuatkan komitmen, diantaranya pasti ada cara untuk kita mencapainya,” jelasnya.
Saat ini di perusahaan tempatnya bekerja, tantangan yang paling berat adalah melakukan percepatan dan ethical di dalam penjualan di era yang serba digital. Di bisnis yang digeluti Nina saat ini ada sebuah kriteria yang ditanamkan oleh regulator bahwa tenaga pemasar seharusnya tenaga yang berlisensi sehingga menjual secara digital tidak serta merta terpisah dilakukan untuk jenis produk tertentu.
“Ketika dunia digital sudah marak yang kita harus pikirkan bagaimana melakukan percepatan setidaknya menyamai tingkat ritme yang ada di lapangan. Kita memberdayakan tenaga pemasar untuk menggunakan digital sehingga proses penjualan menjadi lebih cepat dan lebih mudah,” ucap Nina.
Banyak transformasi digital yang dilakukan Nina untuk meng-update dan meng-upgrade tenaga pemasar sehingga target yang diharapkan dapat tercapai, bahkan bisa melebihi target.
Nina merasakan era digital memberikan banyak kemudahan, tak hanya bagi bisnis, tapi juga dalam keluarga seperti misalnya melakukan pemesanan online atau rencana staycation online. “Namun relationship dalam keluarga dengan tetap bisa bertatap muka tentu esensinya lebih dari serba digital,” ujarnya.
Era digital juga membuat Nina bisa melakukan service empowerment tanpa terbatas waktu dan ruang. Ia pun masih melakukan webinar secara digital karena dalam waktu yang sama ia bisa berinteraksi dengan begitu banyak orang dibandingkan dengan tatap muka. Era digital adalah sebuah era yang memberikan dampak positif ketika kita bisa melakukan hal itu dengan baik, dalam karier, keluarga maupun bisnis.
Pencapaian prestasi Nina cukup membanggakan, salah satunya mencapai Key Performance Indicator (KPI) yang sudah dicanangkan dari segi aktivitas, penjualan, branding dan kepuasan nasabah karena ia juga menangani Customer Experience (CX).
“Dalam etos kerja saat ini, tidak bisa hanya diukur secara KPI atau science semata, tetapi harus melibatkan art. Karena empowerment dan enjoyment adalah dua hal yang akan membantu terciptanya employability lebih dari sekedar employment,” jelas Nina
Dengan konsep life long learning, Nina meraih prestasi secara personal di usianya yang kini sudah kepala lima dengan mencapai level Direktur. Ia pun sukses membawa cukup banyak tenaga pemasar untuk bergerak dari zona nyaman masuk kepada zona war untuk memperbaiki tingkat hidup mereka dari biasa- biasa saja menjadi luar biasa. Banyak sekali tenaga pemasar yang meningkat taraf hidupnya dengan berbagai materi berkat berbagai motivasi dan training yang sudah ia berikan yang merupakan achievement tersendiri baginya.
“Saya juga membantu perusahaan bersama-sama untuk raise the bar karena kita bukan hanya berbicara menjadi lebih besar atau lebih bagus karena semua perusahaan melakukan hal yang sama. Tapi yang harus kita lakukan adalah bagaimana melakukannya lebih cepat dan bagaimana menjadi perusahaan yang dipilih oleh masyarakat. Bagaimana menjadi lebih cepat dan lebih baik dengan tetap menjalankan ethical,” paparnya bangga.
Nina juga ingin para perempuan tidak hanya dilihat sebagai perempuan tetapi juga memuliakan perempuan sebagai individu yang mempunyai arti dan karya. Hal utama yang harus dilakukan adalah sebagai perempuan harus bisa memenangkan diri secara personal, bangga dengan diri sendiri, bisa meng-endorse dirinya dan melakukan self awareness.
“Perempuan harus membuat dirinya bahagia terlebih dahulu itu lebih penting sebelum kita berbicara untuk memerangi kondisi di luaran sana, karena hanya perempuan yang bahagia yang bisa berjuang dan juga menempatkan posisinya dengan baik di luaran sana,” tambah Nina.
Di perusahaan tempatnya bekerja, perempuan menjadi salah satu yang diberikan perhatian lebih. Menurutnya pasca pandemi di Indonesia khususnya 64% entrepreneur adalah perempuan. “Kalau perbedaan antara laki-laki dan perempuan di Indonesia yang sangat terlihat dengan jelas saat ini adalah posisi managerial skill. Di level Leader memang perempuan di Indonesia masih relatif lebih rendah dibandingkan laki-laki. Kesempatan perempuan untuk bisa memiliki me time juga datanya masih relatif lebih rendah dibandingkan laki-laki. Kemampuan perempuan untuk mau berolahraga juga masih ⅓ lebih kecil dibandingkan laki-laki, itu fakta yang kami dapat untuk perempuan,” jelasnya.
Menurut Nina, perempuan harus bangga menjadi perempuan dan harus berani untuk memiliki tujuan di dalam dirinya. Perempuan juga harus melakukan embrace equity seperti tema International Womens’ Day (IWD) 2023 yang dirayakan pada 8 Maret lalu.
“Terkadang seringkali perempuan juga salah, dalam hal tertentu ia mau disetarakan dengan laki-laki tetapi dalam hal lain misalnya ketika berbicara genteng bocor kita selalu bilang itu tugas laki laki. Kalau kita mau disetarakan ya ayo disetarakan. Saya sangat suka dengan tema IWD 2023 ini ketika berbicara embrace equity, not only equality. Kalau kita berbicara equality ya artinya semua sama, mau pintar naik sepeda atau mau belajar naik sepeda dikasih sepeda yang sama, tapi berbicara embrace equity kita diberikan posisi sebagaimana porsi kita,” paparnya semangat.
Nina melihat di Indonesia sudah banyak perusahaan tidak membedakan perempuan atau laki-laki, tapi lebih mempertimbangkan potensi. Salah satunya di perusahaan tempatnya bekerja, saat ini di Board of Directors (BOD) Level 100% perempuan, tenaga pemasar perempuan juga lebih banyak dibandingkan laki-laki. Namun di level Leader asisten manager dan manager perempuan lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki karena melihat potensi yang dimiliki masing-masing individu.
Nina menilai tantangan bagi perempuan dalam meraih sukses adalah dirinya sendiri. Perempuan harus menjadi individu yang accountable dan responsible, dan bagaimana mewujudkan potensi diri. “Seberapa ingin kita sukses, seberapa ingin kita membuat keluarga lebih baik, seberapa ingin kita mendapatkan income yang lebih baik, ukuran itulah yang menentukan bagaimana keberhasilan itu terjadi, bukan karena kita laki-laki atau perempuan,” tandasnya.
Launching Buku Berjudul ‘Arah’ di Momen Spesial Ulang Tahun
Pencapaian sukses Nina menjadi inspirasi bagi putrinya, Immanuella Ni Putu Ayu Talenta, yang juga menjadi womanpreneur sebagai Digital Strategist di INBOUND.
“Immanuel nama yang saya berikan dengan penuh makna dengan arti Tuhan Beserta Kita, dan Talenta karena saya ingin anak saya memiliki banyak talenta dan Tuhan berkati itu terjadi. Setelah lulus dari SMA Binus, anak saya melanjutkan kuliah S1 di King’s College of London dengan jurusan Global Health & Social Medicine dan kemudian melanjutkan Masternya di University Collage of London (UCL), sebuah university yang sangat membanggakan,” paparnya bangga.
Immanuella juga sangat suka dengan digital dan kebetulan keahliannya digital marketing. Nina pun merasa sangat terbantu karena banyak sekali pekerjaannya yang berkaitan dengan digital marketing. “Saya mencoba membuat kehidupan keluarga saya yang sangat kecil ini menjadi keluarga yang tetap hangat yang bisa saling memberi dan menikmati setiap harinya dan bisa berkarya lebih kepada lingkungan, itu menjadi tujuan saya saat ini,” jelasnya.
Menurut Nina, hanya perempuan yang bahagia yang bisa memberikan banyak dampak positif terhadap lingkungan sekitar. Me time baginya adalah sesuatu yang membuat bahagia, salah satunya travelling. Nina sangat menyukai staycation dan ia kerap menghabiskan waktu staycation bersama putrinya. “Anak saya sudah seperti teman, setiap kali saya jalan- jalan sama anak saya. Di usia saya yang sudah mau memasuki usia pensiun, saya membuat resolusi di awal tahun adalah mesti banyak banget jalan-jalan karena ketika kita jalan-jalan itu adalah vitamin dan dopamin buat saya. Ketika jalan-jalan pikiran dan badan saya jadi segar, banyak banget ide-ide yang muncul,” terangnya.
Selain itu, Nina juga hobi foto saat jalan-jalan, spa, mempercantik diri di salon, sharing & educating, dan menyanyi. “Itu adalah me time saya, sesimple itu karena bahagia itu sederhana,” ucapnya tersenyum.
Bulan Mei ini Nina berulang tahun dan ia sedang menulis buku berjudul Arah yaitu asa rasa dan karya hati. “Buku ini saya persembahkan sebagai cerita sedikit dari kehidupan saya dan ada beberapa hal yang menurut saya bisa dibagikan untuk perempuan khususnya dan masyarakat pada umumnya. Semoga buku ini bisa selesai secepatnya dan di-launching hanya untuk internal di tanggal 20 Mei,”jelasnya.
Nina berharap buku berjudul Arah karyanya bisa menginspirasi perempuan khususnya dan ibu-ibu. Buku ini dibuat sedikit unik dari halaman depan ke halaman tengah adalah cerita tentang leadership dan bagaimana menjadi perempuan yang bisa berdiri bersama-sama secara equity. Dari halaman belakang ke tengah adalah cerita tentang putrinya yang menjadi permata hati bagi Nina.
Sosok yang sangat menginspirasi Nina adalah almarhum ayahnya yang meninggal di tahun 2018. “Ternyata banyak sekali nilai-nilai positif yang ditanamkan ayah saya sebagai benih kekuatan dan kemenangan saya hingga hari ini, jadi beliaulah inspirasi saya,” pungkasnya.