CEO Azarine Cosmetic, Azarine Kids, Allura dan Wonderlux

Brian Lazuardi Tjahyanto, Kolaborasi dengan Teknologi AI untuk Melangkah Lebih Produktif dan Cepat  

Bagikan:



MajalahInspiratif.com, Jakarta – Sebagai generasi kedua bisnis keluarga, Brian Lazuari Tjahyanto, bukan hanya membawa brand Azarine Cosmetic, Azarine Kids, Allura dan Wonderlux, tapi juga melangkah lebih cepat dan produktif. Apalagi sebagai pengusaha muda, ia begitu welcome dengan pesatnya laju digitalisasi. Bahkan, teknologi AI yang bagi sebagian orang dianggap sebagai ancaman justru ia jadikan tantangan untuk mendorong bisnisnya bisa semakin berkembang tanpa harus mengorbankan SDM.

Sebagai generasi muda yang open minded dan memahami perubahan zaman, Brian Lazuardi Tjahyanto menyadari pentingnya mengikuti perkembangan teknologi. Setelah sukses mengubah konsep pemasaran produk-produk Azarine Cosmetic, Azarine Kids, Allura dan Wonderlux, ia juga sigap menerapkan digitalisasi di setiap sektor bisnisnya.

”Di zaman sekarang ini kita memang dituntut untuk lebih relevan. Ketika membahas mengenai industri 5.0 itu berarti kita juga harus berbicara tentang AI (Artificial Intelligence), tentu digitalisasi yang sudah advance ini mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar perusahaan,” tutur pengusaha gagah yang akrab disapa Brian ini.

Tantangan Digitalisasi. Peralihan dari era analog ke digitalisasi menjadi tantangan tersendiri bagi Brian. Maklum, perusahaan yang telah puluhan tahun dirintis sang mama, Yuniati Sasterakusuma, telah menyerap banyak tenaga kerja baik usia muda maupun tua.

”Ketika saya handle, saya banyak merekrut tenaga kerja muda, generasi milenial yang mereka juga sudah mulai paham digitalisasi. Tetapi di perusahaan inipun masih banyak generasi sebelumnya, yang selama ini terbiasa dengan teknologi yang sifatnya semi manual. Salah satu tantangan bagi saya meng-upgrade kemampuan mereka dan membawa mereka beralih ke digitalisasi yang lebih besar konsepnya,” jelas Brian.

Karena bergerak di bidang penjualan produk, maka Brian sangat konsen mengubah teknik marketing yang selama ini diterapkan. Jika sebelumnya perusahaan mengandalkan penjualan produk lewat telemarketing, seperti posting-an di Whatsapp yang secara jangkauan lebih terbatas, maka saat ini caranya jauh berbeda.

”Kini ada platform seperti market place yang jangkauannya lebih luas. Orang bisa membeli secara langsung dari mana saja, bahkan dari luar negeri pun itu bisa membeli produk kita. Ada juga applikasi Tiktok yang mendorong para pelaku usaha untuk aktif live. Namun tidak semua pelaku usaha bisa berjualan di dalam platform online, karena selama ini terbiasa menerapkan metode konvensional, dimana kita berhubungan dengan manusia. Sedangkan pada mode digital seperti Tiktok Live, seakan-akan kita berbicara selama berjam-jam di depan kamera, dan mencari cara agar orang yang melihat tidak bosan bahkan mau membeli. Suatu hal yang tidak mudah, terutama ketika kita kehabisan ide atau bingung mau menjual apa, atau mau bicara apa. Walhasil view-nya akan drop, inilah yang menjadi salah satu tantangan digitalisasi. Ketika kita sudah terbiasa live dan banyak yang menyaksikan, maka akan sangat membantu mengurangi beban biaya platform online. Sehingga secara budget itu sangat membantu, teruma untuk UMKM. Jadi kita tidak harus invest banyak yang penting kita bisa dan berani berbicara di depan handphone, itu saja sudah bisa menghasilkan uang,” papar Brian.

Lebih lanjut dipaparkan lelaki lulusan Teknik Kimia RMIT University Melbourne ini, tantangan di era digital selanjutnya adalah ketika harus beradaptasi dan berkolaborasi dengan AI terbaru. Sebuah teknologi baru yang selama ini bagi sebagian orang dianggap berpotensi menjadi ancaman bagi manusia.

”Di perusahaan, saya selalu katakan jika kita ingin bertahan dan terus maju justru kita harus berkolaborasi dengan AI, karena AI dapat membantu mempercepat dan menambah produktivitas kinerja masing-masing orang. Namun demikian, memang dibutuhkan sebuah pengenalan, training dan pembiasaan dari tiap department. Semua itu tantangan dari dalam perusahaan. Sedangkan tantangan luarnya adalah bagaimana pangsa pasar atau customer-customer kita mampu beradaptasi dan bisa memanfaatkan teknologi digital,” terangnya.

Ditambahkan Brian, era digital juga memungkinkan pelaku usaha mampu meraup omset yang lebih banyak meski tidak memiliki toko offline, dan hanya mengandalkan penjualan online. Karena itu, jika pelaku usaha lama tidak ingin belajar, mengambil bagian dari era digital maka harus bersiap tergerus zaman. Kalah saing dengan generasi-generasi baru yang bisa viral dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi.

Mengubah Mindset. Ancaman bagi manusia karena dapat menyebabkan meningkatnya penggangguran, menjadi salah satu alasan banyak orang menolak teknologi AI. Padahal jika dimanfaatkan dengan tepat teknologi AI justru mampu meningkatkan hasil yang lebih banyak tanpa adanya pengurangan Sumber Daya Manusia (SDM).

Untuk itu, di awal tahun 2024 ini, Brian melakukan berbagai terobosan baru. Dimulai dengan meng-upgrade SDM yang ada di perusahaan menjadi SDM yang tangguh dan mampu bersaing secara global. Apalagi saat ini Azarine dan Allura telah menembus pasar Asean.

”Saya menekankan kepada tim internal kami bahwasanya kita harus bisa mengikuti kompetisi secara global yang ada di luar. Tentu dengan meng-upgrade skill dan mengedukasi mereka lewat AI. Misalnya di bagian design grafis bagaimana mereka menggunakan tools AI, begitu juga dengan Content Creator, Data Analyst dalam dunia sales, Marketing dan lain-lain. Selama ini, mereka butuh waktu cukup lama dalam mencari data, membuat kita pada akhirnya butuh beberapa kali menggelar meeting untuk keakuratan data dan membuat sebuah kesimpulan, maka dengan adanya AI akan sangat menghemat waktu. Jadi sebenarnya tanpa melakukan pengurangan SDM justru kita dapat melakukan pekerjaan yang lebih banyak dari biasanya,” tekan Brian.

Untuk itu, anggapan segelintir orang tentang dampak buruk AI yang dapat mengambil alih pekerjaan manusia, sejatinya belum tentu terjadi. Apalagi ketika kita berbicara tentang efisiensi dan produktifitas, maka dengan jumlah SDM yang ada hasil yang diperoleh akan jauh lebih banyak.

Mindset inilah yang harus diubah, bagaimana membuka wawasan mereka lebih kearah positif dan bisa menerima sebuah perubahan. Saya selalu katakan kepada tim saya, belum tentu selamanya mereka bekerja di perusahaan ini. Oleh karena itu bagaimana nanti ketika kalian harus pindah ke perusahaan lain yang menuntut kalian paham tentang teknologi AI,  maka kalian sudah siap dan bisa bersaing dengan orang-orang yang sudah bisa menggunakan AI. Itulah salah satu inovasi kami tahun ini,” jelas Brian.

Terobosan lain yang juga dilakukan sosok kelahiran Surabaya, 30 Juni ini, adalah membuat sebuah sistem development team di setiap negara yang menjadi kawasan pemasaran Azarine dan Allura. Tentunya menggunakan sebuah sistem digitalisasi dan coment center guna mempermudah ketersediaanya di berbagai negara, termasuk di Indonesia.

”Saat ini kami tengah menjalani masa transisi menjadi perusahaan multinasional, dari yang semula hanya perusahaan UMKM lokal Indonesia yang bisa berkembang hingga go Asean. Sebuah kebanggaan dimana produk Indonesia bisa diterima di beberapa negara tetangga,” ucapnya, bangga.

Prestasi Membanggakan. Tak hanya sukses menjadikan perusahaan keluarga yang awalnya hanya skala UMKM lalu melesat hingga ke berbagai negara ASEAN dan menganut sistem good corporate governance, beberapa prestasi membanggakan pun sudah ditorehkan Brian. Beberapa kali, ia diundang sebagai pembicara mengenai bisnis produk kecantikan di Indonesia.

”Kalau kita berbicara tentang dunia kecantikan internasional, kita berkiblat pada Korea Selatan (Korsel). Kebetulan, tahun lalu saya diundang sebagai pembicara pada seminar Incost Asia di Korsel, setelah tahun sebelumnya diundang ke Bangkok. Di Korsel, para peserta seminar yang merupakan masyarakat setempat justru sangat antusias ketika saya membahas topik tentang sarang marketing di Indonesia. Bagaimana brand Azarine menjadi salah satu brand yang terbilang viral di Indonesia. Mereka sangat tertarik mendengarkan, padahal kalau berbicara tentang Korsel yang menjadi basecamp-nya pakar kecantikan tentu dari segi kualitas, development bahkan sampai desain kemasan, mereka sudah one step solution. Tapi mereka juga mau mendengarkan saya,” tuturnya, haru.

Hal lain yang tak kalah membanggakan adalah ketika di bulan Maret 2023 lalu, Brian mendapatkan penghargaan Mind Of The Year dari sebuah instansi, dimana ia disejajarkan dengan beberapa petinggi seperti Tantowi Yahya serta Tanri Abeng. Dan pada Oktober 2023, ia menutup cantik tahun bershio kelinci itu, dengan menyabet penghargaan bergensi dalam ajang CEO Awards.

Kembangkan Market Share Internasional. Memasuki tahun 2024, banyak planing yang telah disusun rapih oleh Brian. Karena saat ini brand Azarine Cosmetic, Azarine Kids, Allura dan Wonderlux yang ia gawangi telah tersedia di negara-negara Asean, maka ia tengah berupaya mengembangkan market share internasional.

”Saat ini kami dalam proses ke arah sana dan ini merupakan sebuah kesempatan yang bagus, bagaimana kita bisa memperluas pasar internasional. Sehingga bukan sekedar meningkatkan penjualan tapi juga mengharumkan nama Indonesia. Karena kita dikenal sebagai brand lokal yang bisa masuk langsung ke beberapa negara sekaligus, tidak hanya di negara-negara tertentu. Brand Azarine Cosmetic, Azarine Kids, Allura dan Wonderlux juga mendapatkan Top Halal Award, karena berdasarkan survei produk  Sunscreen Azarine menjadi pilihan rata-rata masyarakat Indonesia. Jujur, saya sempat kaget dengan hasil survei independent tersebut,” kata Brian.

Kedepan, Brian berharap perekonomian Indonesia semakin membaik dan stabil. Terutama pasca pemilihan presiden (Pilpres) mendatang.  ”Bagaimana nantinya kita memiliki seorang pemimpin yang bisa melindungi ekonomi negara. Apalagi saat ini banyak produk-produk luar yang mulai masuk, menyerang dan mengganggu produk-produk lokal yang mulai tumbuh. Sehingga membuat pelaku usaha startup ataupun UMKM kalah saing. Untuk itu kita butuh seorang pemimpin yang memiliki rasa nasionalisme tinggi yang berfokus kepada pertumbuhan produk lokal yang mendukung produk-produk lokal terutama untuk eskpor pada UMKM karena itu salah satu tumpuan utamanya. Serta bagaimana membuat masyrakat memilih brand-brand lokal, sehingga apapun yang terjadi di luaran, yang di dalam tetap kuat. Saya juga berharap presiden terpilih nanti betul-betul jeli dan bijaksana dalam mengambil keputusan, terutama di era yang serba susah ini dimana banyak sekali ketidakpastian unsur global. Sehingga harusnya yang di dalam ini bisa distabilkan, karena bagaimana pun yang bisa mengontrol negara kita adalah pemerintah kita sendiri,” pungkas Brian.

Nikmati Proses dan Bentuk Networking

Tak sedikit orang yang menganggap kesuksesan yang dicapai Brian saat ini sekedar melanjutkan kesuksesan keluarga. Padahal, andilnya dalam mengembangkan bisnis rintisan sang mama tersebut juga begitu besar. Meski tak lepas dari aral melintang dan kendala, namun Brian berupaya untuk selalu menikmati tiap prosesnya.

”Kita harus belajar dan bijaksana untuk menerima proses, jangan mudah tergiur oleh sesuatu yang instan dan sekedar trend sesaat. Karena yang prosesnya cepat belum tentu pondasinya kuat. Kalau mau sukses tentu harus berproses karna pada proses itulah kita akan belajar banyak, merasakan garamnya ketika kita salah mengambil keputusan, itu adalah pelajaran yang berharga bagi kita, sebab pembelajaran tersebut tidak kita dapatkan di sekolah. Hal-hal seperti itu bisa menjadi kiat untuk sukses, membuat kita memiliki mental dan pondasi yang kuat. Selain itu kita juga harus fokus, tak perlu melihat kanan-kiri lalu meniru apa yang sedang trending. Misalnya, ketika sedang trend bisnis cafe lalu semua orang buka cafe, berharap bisnis tersebut bisa menguntungkan. Padahal tiap orang memiliki passion dan skill yang berbeda-beda. Dan yang terakhir kita juga harus selalu rendah hati dan mau bergaul guna membentuk networking yang lebih luas, karena itulah salah satu kunci kesuksesan,” nasehat Brian.

“Olahraga adalah Me Time Buat Saya..”

 Kesibukkan Brian mengelola perusahaan bukan hanya menguras waktu dan tenaga, tapi juga pikiran. Rasa lelah selepas seharian bekerja pun akan hilang setelah berolahraga. Ya, lelaki berwajah oriental ini memang hobi berolahraga, terutama fittnes. ”Olahraga adalah me time saya, cara saya membuat tubuh lebih relax atau happy. Makanya sepulang kerja biasanya saya sempatkan nge-gym, agar ketika sampai di rumah segala beban dan rasa jenuh dari kantor sudah hilang. Sehingga ketika bertemu keluarga hingga kembali bekerja keesokan harinya lebih relax. Sebab stress-nya sudah dikeluarkan lewat olahraga,” ujar Brian, yang terbiasa nge-gym 4-5 kali seminggu.  

Meski tak bisa lepas dari rasa jemu, namun Brian bersyukur memiliki bisnis yang bisa sejalan dengan hobinya yang lain, yakni travelling. ”Ketika tuntutan pekerjaan mengharuskan saya bertemu distributor di daerah atau luar negeri, saat itulah saya bisa menyalurkan hobi sambil bekerja. Walaupun mungkin saat itu harus full time bekerja tapi saya tetap happy,” terang Brian, yang biasanya mengajak serta sang istri, Ivone Suhartono, B.com, MM, MBA, ketika melancong ke luar negeri.

Info Lebih Lanjut:

Instagram      : @azarinecosmeticofficial, @allura.ofc

Website          : www.azarinecosmetic.com

www.wkiinovationlab.com

Bagikan:

Bagikan: