MajalahInspiratif.com, Jakarta – Setiap perjalanan besar selalu berawal dari langkah kecil. Begitulah rangkaian kisah Karina Rasmita Sembiring, sosok inspiratif kelahiran Medan, 23 November ini. Ia dikenal sebagai pendiri sekaligus Direktur Utama PT Focus Inter Media, sebuah perusahaan yang fokus pada pelatihan pengembangan diri, konsultan bisnis dan penerbitan buku.
Perjalanan yang ditempuh Karina dalam membangun bisnis bukanlah hal yang instan, melainkan hasil dari konsistensi, keberanian menghadapi tantangan dan keyakinan bahwa ilmu yang dimiliki akan lebih bermakna bila dibagikan.
Aksi Nyata Lahir dari Kegelisahan Diri
Titik balik Karina dimulai pada 2012. Saat itu, ia merasa memiliki banyak pengalaman yang sayang bila hanya disimpan sendiri. Di sekelilingnya, ia melihat banyak orang yang stagnan, kehilangan motivasi, bahkan tidak tahu bagaimana bangkit dari kegagalan. Dari keresahan itulah lahir keteguhan dan komitmen untuk mendirikan perusahaan yang memiliki prioritas kepada masyarakat.
Awalnya, jalan yang ditempuh tidak mudah. Pada 2012–2014, perusahaan yang Karina dirikan nyaris tanpa kredibilitas. Sulit mencari klien, sering ditolak karena dianggap belum berpengalaman. Namun kondisi ini menjadi pendorong baginya untuk mengembangkan program pelatihan yang benar-benar berkualitas dan aplikatif.
“Kredibilitas perusahaan baru harus mulai dari nol, susah cari klien, dan sering ditolak karena dianggap belum berpengalaman. Tapi saya tidak patah semangat. Malah jadi trigger buat develop program pelatihan yang berkualitas dan benar-benar applicable.”
Titik Balik dan Momentum Pertumbuhan
Karina menegaskan bahwa periode 2015–2017 menjadi fase penting. Melalui word of mouth dari klien, nama Focus Inter Media mulai dikenal. Karina merasakan kepuasan terbesar ketika melihat dampak nyata yaitu peserta berani keluar dari pekerjaan yang toxic, entrepreneur yang usahanya naik level, hingga buku pertamanya yang terbit dan membawanya diundang ke berbagai event.
Kemudian pada 2019–2021, Karina menghadapi tantangan baru, proses scaling up yang disertai pandemi global. Hampir semua event offline batal, tetapi ia memilih untuk beradaptasi. Ia melakukan pivot ke digital, mengembangkan platform online yang justru memperluas jangkauan.
“Terus pandemi datang. Hampir semua event offline dibatalkan. Tapi krisis jadi opportunity – saya pivot ke digital, developonline platform, dan ternyata jangkauan malah jadi lebih luas.”
Transformasi digital berlanjut pada 2021–2023, ketika Focus Inter Media memiliki Learning Management System sendiri, rutin membuat konten edukasi, serta menjalin kolaborasi dengan Universitas dan perusahaan besar. Kini, setelah lebih dari 12 tahun berjalan, ribuan orang sudah merasakan dampak positif dari program pelatihan, konsultasi, maupun publikasi bukunya. Bagi Karina, yang paling membanggakan bukan angka pencapaian, melainkan kisah nyata para peserta yang berhasil mentransformasi hidupnya. Dari sini ia merumuskan pembelajaran dalam perjalanan kehidupan.
“Jangan takut mulai dari kecil, consistency beats perfection, impact matters more than income, dan embrace changes.”
Sebagai praktisi pengembangan diri, Karina juga peka terhadap tantangan yang dihadapi masyarakat Indonesia. Ia menilai masih ada kesenjangan ekonomi dan akses dimana disparitas pendapatan yang masih lebar membuat sebagian masyarakat sulit berpartisipasi optimal dalam pembangunan. Akses terhadap modal usaha, pendidikan berkualitas, dan layanan kesehatan masih timpang antara wilayah dan kelompok sosial.
Karina juga menilai kurangnya infrastruktur dan konektivitas yang artinya keterbatasan infrastruktur fisik dan digital, terutama di daerah terpencil, menghambat partisipasi masyarakat dalam ekonomi digital dan akses informasi pembangunan.
Selain itu, birokrasi yang kompleks, rendahnya literasi keuangan dan digital, hingga resistensi sebagian masyarakat terhadap perubahan menjadi hambatan serius. Menurutnya, solusi yang dibutuhkan adalah pendekatan holistik: memperkuat kapasitas individu, memperbaiki sistem institusi, dan memberikan akses yang lebih merata bagi seluruh lapisan masyarakat.
“Mengatasi tantangan-tantangan ini memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan penguatan kapasitas masyarakat, perbaikan sistem institusi, dan peningkatan akses yang lebih merata terhadap sumber daya pembangunan.”
Pengalaman adalah Guru Terbaik
Kebijaksanaan tidak lahir secara instan. Ia tumbuh dari pengalaman panjang termasuk kesalahan dan kegagalan. Justru dari keputusan yang keliru, dari langkah yang salah arah, seseorang belajar untuk lebih berhati-hati dan bijak dalam menentukan pilihan di kemudian hari. Pengalaman pahit sering kali menjadi guru paling keras, tetapi juga paling berharga. Ditegaskan Karina, saat seseorang jatuh karena kekurangannya dalam mengambil keputusan, ia mendapatkan pelajaran yang tidak mungkin diperoleh dari buku semata. Kesadaran bahwa kebodohan pernah merugikan dirinya membuat orang lebih matang, lebih tenang, dan lebih bijak dalam menghadapi situasi serupa di masa depan.
“Kebijaksanaan bukanlah sesuatu yang diwariskan begitu saja, melainkan buah dari perjalanan yang penuh luka, kegagalan, dan pembelajaran. Kekurangan kebijaksanaan di masa lalu justru membuka jalan bagi munculnya kebijaksanaan di masa depan. Inilah ironi indah kehidupan kita seringkali harus tersandung dulu agar bisa belajar berjalan dengan lebih mantap.”
Visi Indonesia Emas 2045
Melihat kondisi masyarakat saat ini, Karina menilai bahwa Indonesia memiliki kualitas potensi besar sekaligus tantangan signifikan. Bonus demografi, percepatan transformasi digital, dan semangat generasi muda menjadi modal utama. Namun, kesenjangan ekonomi, kualitas SDM, serta mental kerja masih menjadi pekerjaan rumah.
Menurut Karina, secara keseluruhan, Indonesia memiliki fondasi yang cukup kuat untuk mencapai visi 2045, terutama dari sisi sumber daya manusia dan adaptasi teknologi. Namun eksekusi dan konsistensi kebijakan menjadi kunci utama.
“Yang paling krusial adalah memastikan bahwa momentum transformasi digital dan semangat inovasi generasi muda dapat dikanalisasi dengan baik melalui sistem pendidikan, regulasi yang mendukung dan investasi infrastruktur yang tepat sasaran.”
Kisah Karina menjadi bukti bahwa bisnis dapat menjadi jalan untuk menghadirkan perubahan sosial. Dari keresahan pribadi lahirlah sebuah gerakan yang kini berdampak pada ribuan orang. Visi besarnya untuk Indonesia Emas 2045 adalah mencetak generasi yang resilien, kreatif, dan siap menghadapi dunia global. Lebih dari sekadar pengusaha, Karina adalah seorang pendidik, konsultan, dan agen perubahan yang percaya bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi banyak orang.
Dukungan Positif yang Diharapkan
Tantangan terbesar bagi Karina adalah mengubah mindset masyarakat agar melihat pentingnya pengembangan diri. Modal terbatas, kompleksitas tim, hingga adaptasi digital di era pandemi pernah menjadi ujian besar baginya untuk mempertahankan usaha yang maksimal. Karena itu, Karina berharap mendapatkan dukungan penuh dari Pemerintah yang meliputi kemudahan perizinan, akses permodalan, infrastruktur digital merata, hingga regulasi pro-industri pelatihan. Dari masyarakat, ia berharap memiliki mindset yang terbuka, komitmen jangka panjang untuk belajar dan dukungan positif. Dalam dunia bisnis Karina juga sangat menyukai persaingan. Ditegaskannya, persaingan merupakan tantangan yang dapat direspon dengan adil karena seutuhnya manusia mempunyai keunikan masing-masing dan akan muncul ide-ide baru dalam setiap langkahnya.
“Dari sesama kolaborasi alih-alih berkompetisi, tetapi bisa menjadi knowledge sharing, hingga membangun ekosistem mentorship business community yakni regular meet up dan networking events, skill development seperti workshop tentang teknologi dan tren terbaru. Market access meliputi platform untuk showcase products dan services serta financial literacy, edukasi tentang business finance dan investment.”
Melalui beberapa dukungan, Karina berharap mendapatkan ecosystem yang supportive dimana semua stakeholder Pemerintah, masyarakat, dan fellow entrepreneurs saling berkolaborasi untuk menciptakan environment yang kondusif untuk growth.
“Bukan hanya individual success tapi collective advancement untuk membangun Indonesia yang lebih baik melalui human development.”
Menurut Karina ketika memutuskan untuk berkarier dalam dunia pendidikan dan pengembangan diri, di sana ia merasakan bahwa ia tidak berhenti untuk berkarya dan belajar. Ia paham betul bahwa setiap kreativitas lahir dari belajar dan mengasah diri. Oleh karena itu Karina menjalankan bisnis ini tidak menjadikan beban untuknya.
“Saya menganggap bisnis ini bagian dari sekolah, dimana saya wajib menyalurkan ilmu dan selama saya mengajar saya juga wajib menggali ilmu, karena bagi saya, sebaik-baiknya manusia, adalah bermanfaat bagi banyak orang, dan setiap orang yang berbagi ilmu itu lebih dari berbagi materi.”
Mendidik dengan Kesetiaan
Karina menginspirasi generasi muda dengan berlandaskan Teori Habitus. Habitus adalah adab yang telah meresap ke dalam daging dan darah, adab yang tidak lagi sekadar aturan di luar diri, melainkan denyut yang bernafas bersama tubuh. Adab yang terus diulang, ucapan terima kasih yang sederhana, sikap menunduk ketika menyapa, atau kebiasaan hening dalam doa, lama-lama tidak lagi terasa sebagai beban kesadaran.
“Ia menjelma refleks, seperti detak jantung yang setia berdentum tanpa diperintah. Tubuh pun tahu bagaimana bersikap, bahkan sebelum pikiran sempat menimbang. Seorang anak yang terbiasa menghormati orang tua akan membawa sikap itu hingga rambutnya memutih. Inilah habitus, moralitas yang tidak hanya tinggal dalam akal, melainkan juga terpatri dalam tubuh.”
Filsafat mengajarkan bahwa manusia bukan hanya makhluk berpikir, tetapi juga makhluk berulang, ia menjadi apa yang ia latihkan setiap hari. Adab yang dipraktikkan secara tekun akan menubuh dan saat itu adab tidak lagi sekadar aturan, ia menjadi kebijaksanaan yang hidup. Berhubung Karina fokus di sektor pendidikan, maka ia memiliki prinsip bahwa guru biasa hanya berbicara, guru yang baik menjelaskan, guru yang hebat menunjukkan dan guru yang luar biasa menginspirasi. Ia berusaha menjadi guru yang menginspirasi dengan memberikan kesaksian bahwa kebajikan sejati tidak hadir dari renungan singkat, melainkan dari kesetiaan kecil yang dilatih terus menerus.
“Adab yang diulang akan melahirkan jiwa yang lembut, tubuh yang bijak, dan moralitas yang alami, seperti musik yang mengalun tanpa perlu dipaksa, karena nada dasarnya sudah menyatu dengan pemainnya.”
Visi dan Harapan Masa Depan
Perempuan yang sedang menempuh pendidikan di IBLAM School Of Law ini memiliki mimpi besar menjadikan Focus Inter Media sebagai rujukan utama personal dan professional development di Indonesia, bahkan berekspansi ke Asia Tenggara. Ia ingin membangun physical learning center dengan fasilitas lengkap, mengembangkan online academy berbasis AI, serta menciptakan global alumni network yang bisa menjadi agen perubahan di berbagai negara.
Lebih jauh, Karina ingin memberikan kontribusi nyata bagi Indonesia melalui generational impact dengan mencetak generasi muda yang tangguh, adaptif, dan memiliki semangat kewirausahaan. Karina juga bercita-cita mendirikan sekolah gratis bagi masyarakat kurang mampu yang ingin belajar mengembangkan diri.
Eksekusi menuntut lebih dari sekadar imajinasi, tetapi dibutuhkan keberanian dalam memulai, disiplin untuk bertahan dan kreativitas untuk beradaptasi dengan hambatan yang muncul di jalan. Di titik inilah perbedaan akan terlihat bahwa banyak orang bisa memiliki ide serupa, tetapi tidak semua sanggup melewati proses panjang untuk menjadikannya nyata. Karena itu, keunggulan seseorang tidak diukur dari seberapa banyak ide yang dimiliki, tetapi dari seberapa baik ia mengeksekusi ide tersebut.
“Konsistensi, kerja keras, dan visi yang jelas membuat eksekusi menjadi pembeda utama. Itulah yang menjadikan sebuah ide benar-benar bernilai dan tidak mudah tergantikan. Sebuah ide memang mudah ditiru. Orang lain bisa mendengar, mencatat, bahkan menyalin gagasan yang lahir dari pikiran kita. Namun, ide tanpa tindakan hanyalah angan-angan. Nilai sejati dari sebuah ide terletak pada bagaimana ia diwujudkan, bagaimana ia dijaga konsistensinya, dan bagaimana ia dikembangkan hingga memberi hasil nyata.”
Menjadi Kuat dan Bersinar
Dalam senyap dan dunia yang sepi seolah tak bernyawa namun Karina memilih untuk bergerak dalam diam dan tidak muncul dalam gemerlap dunia yang serba cepat. Ketika ia berjalan, timbul cahaya dari atas yang menyorot persis di kepalanya yang akhirnya terang itu membawa pada terangnya dunia yang kemudian membuat hashtag dalam kehidupan #semakintuasemakinbersinar#.
“Di usia saya yang semakin tua ini, saya melihat sinar itu semakin terang ketika saya berkomitmen untuk membangun diri saya dan berdampak bagi sekeliling saya, dan saya percaya setiap orang dapat melewati semua kegelapan dalam hidupnya ketika dia mengambil langkah untuk bangkit dan berjalan dalam tenang.”
Kunci Sukses dan Spirit Berbagi
Bagi Karina, kunci sukses dirangkum dalam satu kata: FOCUS (Follow One Course Until Success). Ia percaya bahwa konsistensi adalah fondasi dari setiap pencapaian besar.
Berhasil yang sesungguhnya bukan hanya tentang seberapa hebat dan seberapa banyak materi yang didapat. Namun menurut Karina, berhasil itu ketika mengalami kehancuran atau kegagalan lalu mengambil keputusan untuk bangkit.
“Seperti Kartini berkata, setiap orang pasti menghadapi kesulitan, kritik, kegagalan, penolakan, tekanan hidup. Tapi menurut Kartini, yang benar-benar menentukan apakah kita jatuh dan tak bangkit lagi bukanlah masalahnya, melainkan cara kita menyikapinya. Sikap bisa menjadi pembeda antara mereka yang menyerah dan mereka yang bangkit. Sikap pula yang bisa membuat kegagalan terasa sebagai akhir atau justru sebagai awal.”
Selain itu, berbagi adalah bagian tak terpisahkan dari hidupnya. Ia selalu menyisihkan sebagian rezeki untuk mereka yang membutuhkan, tanpa memandang kepada siapa bantuan itu diberikan.
“Saya selalu menyisihkan dari apa yang saya dapat, tidak terpatok setiap bulan atau per periode.Begitu saya menerima,saya pastikan itu juga bukan bagian saya seutuhnya, karena saya percaya ketika semesta menitipkan rejeki kepada saya, ada bagian orang-orang yang membutuhkan yang diberikan lewat tangan saya. Saya juga tidak selalu fokus bantuan kepada siapa untuk disalurkan, siapapun yang membutuhkan saat itu, saya tidak ragu untuk memberi dan berbagi dengan sesama, karena saya percaya, ketika saya memberi, saya pasti menerima, seperti tabur tuai.”