Crowdfunding Typography Banner
Fitness Trainer, Founder Yofitmos Indonesia

Arum Nur Fitrah, Menginspirasi Muslimah untuk Hidup Sehat Bugar Lewat Yofitmos

Bagikan:

3

MajalahInspiratif.com, Jakarta – Di tengah kesibukan sebagai ibu rumah tangga sekaligus pendidik kesehatan dan kebugaran, Arum Nur Fitrah hadir sebagai sosok inspiratif yang berkomitmen memberdayakan perempuan agar lebih sehat, bugar, dan mandiri.  Melalui komunitas Yofitmos Indonesia serta inisiatif personalnya, perempuan kelahiran Sumedang, 15 Februari 1990 ini, terus mengajak para muslimah untuk menjadikan olahraga, pola makan sehat, dan gaya hidup aktif sebagai bagian dari keseharian.

Awal Perjalanan dan Titik Balik. Sejak kecil, Arum memiliki hobi berolahraga. Basket menjadi salah satu kegemarannya bahkan setelah ia berkeluarga. Namun, pengalaman hamil dan melahirkan membuatnya sadar bahwa tubuh perempuan, khususnya otot perut, mengalami banyak perubahan. Dari sini ia mulai mempelajari secara otodidak olahraga pasca melahirkan.

Tahun 2019 menjadi titik balik terbesar untuk ibu dari dua orang anak ini.  Saat menjalani pendidikan S2 di IPB, Arum kehilangan sahabat akibat penyakit PPCM (Peripartum Cardiomyopathy) atau gagal jantung pasca melahirkan di usia anaknya baru 3 bulan. Tragedi itu menyadarkan Arum bahwa kesehatan ibu setelah melahirkan sangat rentan jika gaya hidup tidak dijaga.

“Saat lagi S2 saya kehilangan teman, kehilangan sahabat saat anaknya berusia 3 bulan karena penyakit PPCM (gagal jantung karena melahirkan) salah satunya karena pola hidup tidak pernah berolahraga, makan tidak dijaga, sibuk penelitian, dan mengurus anak.”

Kejadian serupa juga dialami anggota komunitasnya yang meninggal saat masa menyusui. Peristiwa itu mendorong Arum untuk fokus pada dunia kebugaran, khususnya bagi perempuan.

“Di komunitas, saya juga kehilangan lagi dengan kasus yang sama yaitu karena PPCM. Saat menyusui dan suami sedang dinas ke luar kota, ibunya sedang menyusui lalu tidak bangun lagi,” tutur Arum dengan haru.

Dari Hobi ke Profesi. Berbekal pendidikan formal di bidang Teknologi Industri Pertanian IPB, Arum memperdalam ilmu kebugaran dengan mengikuti sertifikasi resmi di Asosiasi Pelatih Kebugaran Indonesia (APKI).

Sertifikasi ini tidak mudah didapatkan. Sebelum mengambil Certified Pre-postnatal Fitness Trainer, ia harus lulus Certified Fitness Trainer dengan serangkaian tahapan ujian. Mulai dari mempelajari buku yang dikirim oleh APKI, lalu mengikuti workshop beberapa hari, ujian teori, ujian interview, ujian praktik, dan ujian desain program latihan. Jika tidak lulus pada satu tahap ujian maka harus mendaftar remedial pada batch berikutnya. Tentu saja proses ini ikut menguji mental dan kesungguhan belajar. Salah satu yang paling menantang adalah ujian praktik Cueing.

Cueing juga ada seninya dalam dunia fitness trainer, kita harus bisa memberikan instruksi dengan ringkas dan tepat selagi melatih dan mengamati gerakan client. Agar client bisa melakukan teknik gerakan dengan tepat, tidak cidera dan latihan efektif.”

Setelah itu Arum harus menjalani ujian praktik. Ujian praktik dilaksanakan dengan melakukan gerakan sambil memberi instruksi atau cueing. Kemudian yang terakhir adalah ujian program design dengan kondisi tertentu. Misalnya ada client yang ingin melatih upperbody dan beginner.

“Misalnya hanya bisa latihan seminggu 2 kali, bagaimana programnya selama sebulan. Saat ini di APKI juga ada tahapan supervisi dimana kita didampingi saat melatih.”

Berkat kerja keras dan usaha yang maksimal, Arum berhasil meraih sertifikasi Fitness Trainer lalu Pre-postnatal Fitness Trainer, juga menyelesaikan workshop Sport Nutrition dan Strength Training for Seniors.

Menurut Arum, menjadi pelatih kebugaran tidak sekadar mengajarkan gerakan olahraga, tapi juga memahami kondisi personal klien, memberi instruksi (cueing) yang tepat, serta merancang program yang sesuai dengan kebutuhan individu.

 Yofitmos Indonesia Inspirasi Muslimah Sehat

Pandemi menjadi momentum lahirnya Yofitmos Indonesia, komunitas olahraga muslimah yang ia kembangkan bersama teman-teman. Sebelumnya kegiatan dilakukan secara tatap muka bergantian di rumah anggota, lalu berkembang ke kelas online agar bisa menjangkau lebih banyak orang.

Arum menjelaskan nama Yofitmos Indonesia yang dibangun memiliki makna yaitu Yo berarti ajakan (yuk), Fit berarti bugar, dan Mos berarti muslimah. Visi Yofitmos adalah agar muslimah dari usia remaja hingga ibu-ibu terbiasa berolahraga, menjaga kesehatan, dan lebih siap menjalani fase kehamilan maupun pasca melahirkan. Semua member atau anggota di komunitas Yofitmos Indonesia dikhususkan untuk muslimah yang saat ini beranggotakan kurang lebih 380 orang.

“Untuk menjaga keamanan dan kenyamanan kami menghadirkan fasilitas kebugaran khusus muslimah Karena muslimah yang sudah menutup aurat, dia tidak boleh membuka kerudungnya di depan perempuan selain muslimah. Saat latihan online maupun di gym, member tidak harus menutup aurat sempurna. Kita ada rules ketat seperti tidak boleh foto/screenshot atau rekam kecuali sudah menutup aurat dan saling menjaga yang lain.”

Selain olahraga, Yofitmos juga mengedukasi seputar gizi dan pola hidup seimbang karena Arum melihat masih banyak tantangan pola makan modern, terutama pada anak dan remaja yang terbiasa mengonsumsi makanan tinggi gula dan minim nutrisi.

“Kalau kita perhatikan secara kesehatan, zaman sekarang banyak anak bahkan bayi sudah terkena penyakit tidak menular, metabolik, kanker, Padahal itu bisa dicegah apabila kita sadar diri sebelum fase kehamilan, bahkan sebelum menikah kita sudah menjaga kesehatan. Sementara pola makan zaman sekarang atau dikatakan modern diet banyak tantangannya kalau kita mau sehat. Jadi kita senang memberikan edukasi, supaya kita lebih sadar untuk menjaga pola makan yang memenuhi kebutuhan nutrisi harian juga sebagai pendukung latihan.”

Program Unggulan dan Kolaborasi. Selama tiga tahun terakhir, Yofitmos konsisten menjalankan tiga program unggulan secara online. Setelah pandemi mereda, permintaan untuk latihan offline meningkat. Namun saat itu Arum sedang hamil anak kedua, sehingga ia meminta bantuan coach lain yaitu Coach Rika, Tria, Desi, dan Fita untuk saling membantu agar program berjalan dan klien tetap dapat berlatih secara progresif.

Pasca melahirkan, latihan offline ternyata semakin berkembang. Bahkan ada peserta yang kemudian tertarik menjadi fitness trainer. Dari sinilah lahir program belajar bersama untuk member yang ingin bertransformasi menjadi pelatih kebugaran, meski awalnya bukan dari latar belakang olahraga.

Yofitmos juga memberikan dukungan finansial berupa beasiswa bagi yang ingin mengambil sertifikasi di APKI maupun pelatihan non-sertifikasi. Hal ini bertujuan agar semakin banyak muslimah yang bisa melatih di lingkungan sendiri, keluarga, maupun komunitas tempat tinggalnya.

“Kita juga menyediakan support dana untuk member yang mau mengambil beasiswa teman-teman yang mengambil sertifikasi di APKI ataupun pelatihan tanpa sertifikasi tergantung minat dan passion, tapi memiliki komitmen untuk belajar dan menyelesaikan sertifikasi. Seperti saat ini ada Coach Nyimas dan Coach Umi yang tadinya member. Saya tidak punya harta banyak untuk disumbangkan, namun wakafku ilmuku. Apa yang sekarang bisa saya ajarkan ke teman-teman yang mau jadi pelatih juga, mari kita belajar dan berkembang sama-sama.”

Lebih jauh, Yofitmos menerapkan pendekatan holistik dalam mendampingi klien. Tidak hanya soal latihan, tapi juga melihat pola makan, pola tidur, kondisi kesehatan mental, hingga riwayat medis. Arum sendiri menjalin kolaborasi dengan dokter, fisioterapis, hingga psikolog untuk memastikan pendekatan kesehatan yang komprehensif.

“Sebenarnya edukasi secara merata ini perlu dilakukan ke masyarakat tapi perlu adanya kolaborasi antara pihak-pihak tersebut. Saya sebagai Fitness Trainer harus tau batasan profesi. Contoh kasus, saya belajar sama dokter jantung untuk menangani client yang punya keluhan jantung karena tidak boleh sembarangan, bagaimana batasan do and don’ts-nya. Lalu kasus prolapse atau turun peranakan saya harus berkolaborasi juga dengan dokter yang menangani pasien tersebut. Jika ada client pernah cidera, maka saya berkolaborasi dengan fisioterapisnya.”

Uniknya, home gym Yofitmos juga ramah anak. Setiap ibu yang tidak ingin kehilangan momen bersama keluarga dapat mengajak bayinya untuk menemani kebersamaan sambil menjaga kesehatan diri.

“Ibu mau olahraga bisa bawa anak bayinya ke sini, di sini kita saling menjaga dan memberikan semangat, agar setiap pulang ibu merasa lebih bahagia, dan setiap member membawa inspirasi ke sekitarnya.”

Filosofi #IbuBugarGenerasiSehat. Bagi Arum, tubuh adalah “rumah pertama” yang harus dijaga. Dari filosofi ini lahir gerakan #IbuBugarGenerasiSehat, sebuah semangat kolektif bahwa ibu yang bugar akan menularkan energi positif bagi keluarga dan generasi berikutnya.

“Tubuh yang sehat dan bugar adalah rumah pertama. Ibarat rumah tempat tinggal kita kotor dan berantakan rasanya tidak nyaman. Begitu pula tubuh kita, ada yang perlu dibenahi agar merasa nyaman dan bahagia. Kedua, kualitas hidup yang lebih baik. Kita enjoy dengan aktivitas harian, pekerjaan, menemani anak bermain, ikut berlari dan melompat, dan jangka panjangnya bisa mandiri sampai lansia. Dan makna #IbuBugarGenerasiSehat ini  menjadi semangat bersama, belajar dan latihan agar lebih bugar, juga menjadi inspirasi untuk keluarga, masyarakat, generasi selanjutnya yang lebih sehat.”

Menurut Arum, makna bugar sendiri adalah kondisi yang lebih tinggi dari sehat. Orang sehat belum tentu bugar, tetapi orang bugar sudah pasti sehat. Sehat berarti tidak sakit, sementara bugar berarti tubuh punya kekuatan, daya tahan, energi ekstra, serta ketenangan jiwa. “Jadi sebenernya bugar itu dibutuhkan oleh semua orang, ibu yang bugar dalam menjalani aktivitasnya tidak mudah lelah batin ataupun fisik, dia memiliki energi lebih bahkan untuk mencapai cita-citanya.”

Arum mengatakan ketika sudah memiliki anak, rasanya sempat kehilangan sebagian hidupnya karena perubahan signifikan ritme hidup dan ini juga dirasakan oleh banyak ibu karena harus mengorbankan segalanya untuk keluarga. Oleh karena itu, peran ibu menjadi sangat penting dan ibu juga memiliki hak untuk terus mengembangkan dirinya karena setiap orang punya potensi yang bisa bermanfaat untuk orang lain.

“Harapannya dengan komunitas ini kita bisa latihan bersama-sama mencapai level bugar. Tidak hanya untuk latihan bersama-sama, tapi untuk membuat suasana positif agar ibu-ibu juga bisa tetap mengembangkan potensi diri dan bermanfaat untuk banyak orang, terlepas dia ingin menjadi pelatih kebugaran atau punya mimpi yang lain.”

Selain itu, Arum juga menyoroti berbagai tantangan kesehatan masa kini. Menurutnya ada empat poin penting, di antaranya:

  • Gaya hidup sedentari akibat teknologi yang memanjakan sehingga tubuh kurang bergerak
  • Pola makan modern yang cenderung konsumtif, tinggi olahan, minim nutrisi, namun murah dan menarik
  • Era digital yang membuat banyak orang kurang produktif, mudah burnout, dan terpapar informasi tidak sehat
  • Ketidakmerataan akses kesehatan, baik di desa maupun kota. Banyak kelompok rentan justru tidak punya akses gizi dan kebugaran meski hidup di lahan yang subur.

 Misi Sosial: Dari Desa hingga Pemberdayaan Perempuan. Tak hanya fokus pada kebugaran, Arum juga aktif mengedukasi masyarakat desa melalui kolaborasi dengan bidan setempat. Kegiatan sosial ini dilakukan melalui penyuluhan kesehatan, menyediakan baju layak pakai dengan harga terjangkau, hingga membantu biaya layanan kesehatan seperti USG.

“Dulu sebelum pandemi, bersama komunitas kita berangkat ke desa-desa di sekitar rumah. Langsung turun ke sana berkolaborasi dengan bidan desa, kita bawa juga baju-baju layak pakai dijual dengan harga mulai dari Rp 2.000 sampai Rp 5.000. Kita ada USG juga di sana.”

Saat ini, Arum ingin memperluas dampaknya dengan memberdayakan ibu-ibu sekitar melalui usaha keripik ubi. Ia memprioritaskan janda atau ibu rumah tangga dengan kondisi ekonomi sulit agar tetap bisa produktif dari rumah. “Saya prioritaskan janda, yang punya anak atau yang suaminya tidak bekerja bikin snack keripik dari bahan lokal.”

Dukungan Keluarga dan Harapan Masa Depan. Di balik perjalanan panjang yang penuh tantangan, dukungan penuh dari suami dan anak-anak menjadi kunci utama. Bahkan ketika Arum sedang menempuh pendidikan pascasarjana, ia seringkali membawa anaknya ke kampus dan tetap konsisten memberikan ASI. Baginya menyusui adalah kewajiban sekaligus kebahagiaan.

Tidak hanya bersyukur mendapat dukungan penuh dari keluarga, Arum juga memiliki harapan menuju Indonesia Emas 2045 yang sering digaungkan sebagai cita-cita besar bangsa. Namun, menurut Arum, tidak bisa dipungkiri bahwa perjalanan ke arah sana penuh tantangan. Jika melihat kondisi negeri saat ini, jalan menuju kebangkitan mungkin terasa panjang. Tetapi sejarah mengajarkan bahwa bangsa ini pernah bertahan dari penjajahan berabad-abad, dan akhirnya meraih kemerdekaan. Itu semua karena para leluhur tidak pernah kehilangan harapan.

Arum mengungkapkan, meskipun Indonesia saat ini baru merdeka 80 tahun dan itu belum sebanding dengan lamanya dijajah. Artinya, setiap orang masih punya banyak waktu dan kesempatan untuk mengembangkan diri. Menurut Arum, yang terpenting, jangan sampai kehilangan harapan. Karena tanpa harapan, kita tidak akan mampu bangkit.

“Oleh karena itu kita jangan sendiri, kita bangun komunitas, kita teruskan pesan-pesan positif untuk generasi selanjutnya dan ini tentu ada peran ibu yang luar biasa, bagaimana dia bisa meneruskan pesannya kepada anak-anaknya, mendidik anak anaknya yang baik dengan membangun komunitas itu kita juga membangun masyarakat sama-sama.”

Bagikan:

Bagikan: