Owner @moneyrist.id

Widya Lu: Perempuan Mandiri yang Tangguh dan Tidak Takut Mencoba Hal Baru

Bagikan:

MajalahInspiratif.com, Jakarta – Saat kebanyakan orang sibuk mencari pekerjaan usai menyelesaikan pendidikan tinggi, tidak halnya dengan Widya Lu, yang memilih terjun ke dunia entrepreneur. Perempuan berwajah oriental ini bahkan telah membangun bisnisnya saat masih berstatus sebagai mahasiswi. Menawarkan jasa pembuatan money bucket, kini ia sukses mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Agar bisnis yang dibangun kian trend dan lebih banyak menjaring pasar, perempuan yang akrab disapa Widya ini berencana membuka workshop yang memberikan pelatihan money bucket untuk masyarakat yang berminat.

Say it with flower, masih menjadi pilihan banyak orang saat ingin mengungkapkan rasa sayang di hari spesial kepada keluarga, pasangan maupun kawan karib. Seiring waktu, bunga yang diberikan tak melulu dalam bentuk bunga segar yang mudah layu, tapi telah beralih pada buket uang yang saat ini dinilai lebih wow dan mengesankan.

Terinspirasi dari seorang selebritis asal Thailand yang memberikan rangkaian money bucket untuk pasangannya, Widya Lu tertarik membuat rangkaian bunga dari uang tersebut. Lewat platform Youtube, ia tekun mempelajari teknik-teknik pembuatan bunga dari lembaran uang secara otodidak.

“Saat itu di tahun 2018, konten video mengenai money bucket belum terlalu banyak. Dari video yang ada kemudian saya kembangkan sendiri sesuai kreasi dan mencari cara agar uangnya tidak cepat lusuh. Iseng-iseng tiap kali membuat money bucket saya post di Instagram pribadi, ternyata booming. Banyak saudara maupun teman yang berminat. Dari sana akhirnya mulai terima order dan terus berkembang dari mulut ke mulut. Setahun kemudian setelah lulus kuliah akhirnya mulai fokus dan mengusung nama @moneyrist.id sebagai brand,” terang Widya.

The Power of Medsos. Kekuatan media sosial yang begitu dahsyat dimanfaatkan Widya sebaik mungkin untuk terus mengibarkan nama @moneyrist.id. Lewat Instagram, perempuan kelahiran Jambi, 11 November ini, aktif membagikan foto dan video ragam money bucket kreasinya. Kini, dalam sehari ia menerima puluhan buket dari konsumen yang berada di sekitar Jabodetabek.

“Karena berkaitan dengan uang yang terkadang nilainya begitu besar, bisnis ini termasuk bisnis yang mengandalkan kepercayaan. Untuk itu kami berupaya untuk selalu amanah. Salah satunya dengan membagikan video proses pembuatan money bucket, agar customer lebih yakin bahwasanya brand kami real dan bisa dipertanggungjawabkan,” tekannya.

Ditambahkan Widya, selain sebagai media promo ia juga menjadikan Instagram sebagai wadah komunikasi dengan para follower dan customer. Misalnya untuk memuat notice lewat story mengenai waktu libur @moneyrist.id atau saat orderan di tanggal tertentu sudah over load.

Jaga Kondisi Uang. Dijelasakan Widya, ada beberapa varian buket bunga yang ditawarkan Moneyrist. Di antaranya rangkaian bunga uang, rangkaian lembaran uang dan money cake atau gulungan uang yang disusun hingga menyerupai Cake Hias.

Nominal uang yang disediakan juga beragam, dimulai dari Rp 2 ribu hingga Rp 100 ribu, bahkan Dollar. “Best seller-nya uang 10, 50, dan 100 ribuan, karena warna-warnanya yang cerah. Untuk nilai dan warna kertas wrap bisa disesuaikan dengan selera customer. Dari tiap money bucket dikenakan jasa pembuatan sebesar Rp 50-90 ribu untuk mini bucket dan mulai dari Rp 200 ribu untuk ukuran besar, tergantung tingkat kesulitannya. Pesanan yang diambil biasanya diwajibkan DP sebesar 50% dan sisanya saat money bucket diambil. Sedangkan pesanan antar harus mentrasfer pembayaran sesuai nilai money bucket, jasa pembuatan dan biaya pengiriman minimal 1 hari sebelum money bucket diantar,” ungkap Widya yang mengemas money bucket dalam kemasan tertutup saat akan diantar melalui ojek online.

Meski menggunakan uang cetakan baru, namun Widya berupaya menjaga kondisi uang tidak lusuh atau rusak dan tetap segar. Untuk itu, tiap pesanan yang dibuat dalam 1 hari akan segera diantar atau diambil pemesannya. Ia bahkan tidak menggunakan lem yang dapat merobek lembaran uang tersebut.

“Ada trik khusus agar lembaran uang yang kita lipat-lipat hingga berbentuk bunga tidak mudah terurai walau tanpa bantuan lem tembak. Saya bahkan hanya menggunakan double tape, itu pun di bagian wrap kertas karena khawatir lem akan membuat uang jadi sobek. Ini saya pelajari seiring berjalannya waktu. Hal ini pula yang membuat saya tidak lagi menerima pesanan ke luar kota. Karena proses pengantaran lewat jasa ekspedisi membuat tatanan bunga uang rusak,” tambahnya.
Inovasi Berdasarkan Kreativitas. Untuk membuat rangkaian bunga uang, Widya mencoba menawarkan beberapa bentuk berbeda. Selain lebih variatif, bentuk-bentuk tersebut juga membuat tampilan dari tiap money bucket berbeda satu sama lain. Sehingga lebih spesial di mata tiap penerimanya.

“Saat membuat rangkain bentuk bunga uang baru biasanya mengalir begitu saja, on the spot. Jadi bisa dibilang inovasi yang saya tawarkan berdasarkan kreativitas yang terus saya asah. Selain dikombinasikan dengan bunga-bunga kering, beberapa rangkaian money bucket juga ada yang dipadukan dengan mini gold, boneka atau perhiasan, tergantung request customer,” terang Widya.

Tantangan Bisnis. Menjalani bisnis jasa yang sangat mengandalkan kreativitas memang tidak mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi, terutama soal tenaga kerja yang butuh dilatih secara khusus agar bisa mendukung proses produksi.
“Saat ini saya dibantu 3 orang karyawan, namun hanya support di bagian persiapan dan finishing, foto hasil produksi dan pengiriman. Sedangkan untuk merangkai money bucket masih saya tangani sendiri. Oleh sebab itu hingga saat ini saya membatasi jumlah pemesanan, maksimal hanya 15 buket per hari,” tekannya.

Perihal pengadaan lembaran uang cetakan baru juga kerap menjadi kendala Widya dalam menjalani @moneyrist.id. Beruntung, saat ini koneksi dari kerabat maupun teman Widya makin luas. Sehingga, saat mereka memiliki stok uang cetakan terbaru akan ditawarkan kepada Widya.

Buka Workshop. Seiring waktu, ketertarikan masyarakat menjadikan money bucket sebagai hadiah di hari special untuk orang-orang terkasih kian besar. Menjadikan bisnis ini terus bertumbuh dan menciptakan persaingan yang tentunya makin ketat. Namun, hal tersebut justru membuat Widya kian bersemangat untuk terus mengembangkan bisnis. Ia bahkan berencana membuka workshop money bucket secara online bagi masyarakat yang berminat.

“Saya percaya bisnis di bidang jasa atau kreativitas tidak ada yang sama, karena tidak ada hasil tangan yang sama persis. Jadi saya tidak takut untuk memotivasi orang lain untuk menjalani bisnis sejenis. Semakin banyak pelaku usahanya justru semakin membuat bisnis ini akan semakin dikenal luas. Kalau sudah semakin trending akan ada pilihan lain bagi masyarakat,” imbuhnya bijak.

Ke depan, Widya juga berencana membuka toko offline agar calon customer lebih percaya dan makin mudah melakukan pemesanan.
Bagi-bagi Give Away untuk Followers. Sejak awal dirintis, Widya memang sangat mengandalkan media sosial Instagram untuk menggaungkan nama @moneyrist.id. Dari hari ke hari, followers yang juga menjadi pelanggan setianya juga terus bertambah. Tak jarang, mereka dengan suka cita memamerkan money bucket yang dipesan di @moneyrist.id di laman Instagram mereka. Membuat nama @moneyrist.id kian popular dari mulut ke mulut.

Sebagai bentuk rasa terima kasih kepada para followers, Widya kerap membagikan give away menarik. “Pada moment special biasanya saya bagi-bagi give away di Instagram. Awalnya saya kirim buket untuk pemenang, namun karena terkendala pengiriman dan lain sebagainya akhirnya saya berikan dalam bentuk uang tunai,” ujarnya.

“Jangan Takut Memulai Bisnis”. Keputusan Widya memilih menjadi pebisnis bukan tanpa alasan pasti. Selain waktu yang lebih fleksibel, ia juga lebih leluasa menuangkan ide-ide kreatifnya. Ia pun mengajak kaum perempuan untuk tidak takut memulai bisnis.

“Hingga saat ini, perempuan masih di-underestimate, dipandang sebagai makhluk lemah yang hanya bisa meminta atau menunggu nafkah dari pasangan. Padahal, perempuan juga bisa survive. Apalagi kalau mau kerja keras, pasti bisa. Lulus sekolah atau kuliah juga jangan hanya berpikir menjadi karyawan, tapi cobalah merintis usaha. Ubah mindset dan jangan takut mencoba.” pungkasnya.

Di awal menjalani bisnis, Widya melakukan segala sesuatunya sendiri. Mulai dari menerima pesanan, proses produksi hingga pemesanan. Hal tersebut membuat dirinya jadi begitu paham akan seluk beluk bisnis yang dijalani. Namun di sisi lain, ia menyadari waktu untuk me time dan family time jadi sangat terbatas.

Tak ingin kesehatannya terganggu, Widya berusaha mengatur waktu seefektif mungkin. Salah satunya membagi waktu produksi menjadi dua slot, yakni slot pertama mulai pukul 7 pagi hingga 11.30 siang, lalu istirahat mulai pukul 12 hingga 1 siang. Selanjutnya penyelesaian sisa pemesanan. “Karena sampai saat ini proses produksi saya tangani sendiri, biasanya butuh waktu 1-2 jam untuk 1 buket. Sebisa mungkin saya tetap atur waktu untuk istirahat,” tandasnya.

Sesekali, Widya juga meluangkan waktu untuk berlibur. Ia menyadari kerja keras yang ia lakoni selama ini membuatnya banyak berhutang kepada diri sendiri. Dan dirinya berhak untuk mendapatkan penghargaan special. “I owe it to myself to look the best I’ve ever looked. Make more money than I’ve ever made and love myself more then I ever did,” tutupnya.

Bagikan:

Bagikan: