MajalahInspiratif.com, Jakarta – Keberhasilan seorang anak dalam mengarungi kehidupan tidak akan pernah lepas dari peran kedua orang tua yang memberikan pendampingan terbaik di masa kecil. Kenyamanan hati dan pendidikan dalam keluarga yang memiliki komitmen tinggi akan mewujudkan impian dan harapan anak-anak. Namun sebagai orang tua sebaiknya tetap memberikan kebebasan kepada anak untuk berani membuat keputusan dan bertanggung jawab atas pilihan atau passion yang dimiliki.
Keyakinan ini yang juga dimiliki dr. Sinta Fauzi, seorang dokter kelahiran Jakarta, 29 April 1976 yang gemar touring motor besar, traveling, renang dan offroad. Ia mengungkapkan bahwa sebagai orang tua hendaknya menjadi figur orang tua yang mengarahkan bukan memaksa. Bersedia mendengarkan apa yang diinginkan atau dicapai dengan memberikan kebebasan yang bertanggung jawab dalam menentukan pilihan.
“Jadi orang tua jangan lupa mengarahkan, tapi bukan memaksa. Dengarkan dulu apa yang diinginkan dan dicapai oleh anak-anak. Mungkin kita bisa bicara seperti itu untuk anak-anak usia 15-17 tahun, tapi jika masih kecil tidak menutup kemungkinan kita akan bertanya mengenai pilihan anak. Seperti halnya bertanya ingin mainan apa dan jangan memaksa memberikan mainan yang kita suka, tapi anak tidak suka. Contohnya anak kedua saya, diusia 4 tahun ia sudah tertarik dengan lego dan mahir merancangnya secara otodidak tanpa saya les atau kursuskan sama sekali. Kemudian pada usia 7 tahun dia sudah mampu menyusun lego technic atau lego yang bisa bergerak dengan susunan kabel-kabel listrik di dalamnya. Padahal lego technic itu peruntukkan bagi anak usia 16 tahun ke atas. Artinya, kita harus mampu menggali potensi anak sejak dini, agar anak bisa mengembangkan bakatnya dan mengarahkannya ke hal-hal yang positif.”
Ditambahkan dr. Sinta, di usia 10 tahun sang anak sudah mulai percaya diri mengikuti ajang bergengsi Robotik kelas Programing dan keluar sebagau juara 1 kelas Programing tingkat Nasional. Suatu hal yang membuat dr. Sinta bangga karena sang anak juga berhasil mengalahkan peserta lain yang usianya terpaut jauh.
Sebagai orangtua, dr. Sinta juga berusaha menangkap passion anak dalam mendalami bakat ataupun minatnya. “Dari kemenangan tersebut, saya belajar bahwa tidak semuanya harus bagus, yang bagus itu belum tentu dia bisa menghasilkan sesuatu atau yang jelek itu belum tentu tidak bisa menghasilkan sesuatu. Jadi tergantung kita punya keahlian, kemampuan, kecerdasan berpikir dan ilmu itulah yang membuat sesuatu menjadi bermutu. Dan sebagai orang tua kita jangan pernah menyepelekan kemampuan anak”
Tidak hanya anak keduanya yang memberi kesan istimewa, anak pertamanya juga berhasil membuat ia bangga dengan pencapaiannya berhasil lulus dari Akademi Militer. Begitu cintanya terhadap tanah air membuat ia tumbuh menjadi anak pemberani yang memberikan waktu, tenaga dan kemampuannya untuk negara.
“Dia anak yang pemberani karena di dadanya ada merah putih. Dia ingin berguna untuk negeri ini karena saya selalu mengatakan jadi apapun juga kita harus berkontribusi untuk negara. Orang tua akan selalu mendukung, mengarahkan dan meridhoi agar jalan anak-anak mudah dan diberikan keluasan. Sehingga Allah SWT juga ridho”
Jalani Bisnis. Tak hanya berperan sebagai seorang ibu, dr. Sinta juga memiliki beberapa lini bisnis. Diantaranya Klinik Kecantikan Miracle Key (MK Clinic), Golden Pyramid Travel Private Umroh Haji dan Tour Asia Eropa Syariah. Hal ini menegaskan bahwa untuk mengikuti perkembangan teknologi yang diadopsi oleh anak-anak, ia tidak akan pernah berhenti mengupgrade diri dan berusaha untuk memahami segala bentuk perkembangan yang terjadi di dunia anak-anak.
“Kita harus terus update ilmu. Anak zaman now dengan zaman kita dulu berbeda. Generasinya jelas berbeda. Kita juga harus update apa saja yang terjadi atau sedang berkembang di dunia anak-anak”
Meski sibuk mengelola bisnis dan mendampingi buah hati, dr. Sinta juga selalu sigap dalam mendukung karier sang suami, H. M Fauzi Heru Santoso, SH., MH yang berprofesi sebagai seorang Lawyer dan Kurator, serta aktif di beberapa organisasi. Mulai dari Peradi, Ketua Serikat Dagang dan Produksi Pangan Indonesia, Ketua Bidang Hukum IKAPI, Ketua IKAPI 11 (Ikatan Kurator dan Pengurus Indonesia) dan juga sebagai ketua Offroad 4X4 CMC
Tanamkan Pendidikan Akhlak. Dalam mendidik kedua buah hatinya, dr. Sinta yang juga aktif sebagai Ketua Forsema Forum Dokter 95 UMY dan terlibat di beberapa organisasi seperti Kebaya Foundation, Perhimpunan Kebaya, Asosiasi Rempah Nasional, Jakarta With Love, organisasi international WIEFF dan baksos-baksos sosial keagamaan, berusaha menanamkan pendidikan akhlak sejak dini.
“Mau jadi apapun bahkan jadi orang hebat atau konglomerat seperti apapun kalau dia tidak ada akhlak apa jadinya nanti. Apalagi kalau jadi pemimpin tidak ada akhlak apa jadinya yang dia pimpin. Minimal untuk diri sendiri, terutama dia harus bisa memuliakan ibunya”
Sinta meyakini bahwa menjadikan anak-anak memiliki akhlak yang baik dimulai dari pendidikan keluarga. Peran seorang ibu sangat penting untuk memberikan pendidikan terbaik kepada anak-anak di rumah. Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang baik dan bertanggungjawab dengan pendidikan yang diberikan oleh seorang ibu. Pendidikan paling utama adalah seorang ibu yang mendidik anak-anaknya untuk bisa berkarakter dan berakhlak lebih baik, sehingga ke depannya bisa menjadi pemimpin-pemimpin bangsa yang dapat membangun negeri.
“Perempuan agar bisa mendidik anak-anak lebih berakhlak mungkin harus banyak support juga dari pemerintah seperti seminar gratis untuk ibu-ibu. Jadi pendidikan karakter, pendidikan akhlak, pendidikan apapun juga kita harus memberikan masukan. Selain itu menjadi seorang ibu itu harus berani memahami passion anak dengan tetap membangun karakter positifnya. Tidak membiarkan berjalan seorang diri, tetapi mendampingi dengan keyakinan bahwa mereka akan berkembang dan bertumbuh dengan akhlak yang baik”
Resolusi 2024. Mengawali tahun baru dengan penuh semangat dan kepercayaan diri, dr. Sinta ternyata memiliki harapan agar bangsa Indonesia semakin disegani dan dilihat oleh negara-negara lain. Namun untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan kerja keras dan komitmen masyarakat agar dapat menjadi manusia produktif dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Ditambahkan dr. Sinta, di Indonesia penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan usia tidak produktif. Usia muda produkfif lebih banyak dibandingkan usia lanjut. Karena itu sumber daya manusia harus terus dikembangkan diiringi dengan sumber daya lain yang tentunya akan menjadi kekuatan bangsa.
”Tinggal di negara dengan politik Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia ini perlu kita syukuri. Namun, dengan pondasi politik dan agama yang masih mendominasi apakah sudah cukup dalam mengatasi problem international? Pastinya negara juga membutuhkan perangkat-perangkat lain. Misalnya sumber daya alam dan bonus demografi. Maka kedepan kesiapan politik, kesiapan sumber daya alam, bonus demografi harus dimulai sejak dini untuk mempersiapkan generasi masa depan. Dan disinilah peranan perempuan untuk menyiapkan generasi masa depan sejak dini. Karena bagaimanapun juga pembelajaran pertama dalam setiap generasi adalah dari seorang ibu. Negara tidak boleh melupakan bahwa di balik kekuatan sebuah negara dan bangsa dimulai dari rumah, yakni dari pendidikan seorang ibu. Untuk itu negara juga perlu konsern terhadap kaum perempuan Indonesia khususnya dalam menambah wawasan-wawasan atau update ilmu tentang bagaimana cara mendidik atau pola asuh yang baik terhadap anak. Bisa juga melalui seminar-seminar yang diadakan oleh kementrian terkait, seperti Kementrian Pendidikan dan Kementrian Pemberdayan Wanita dan Perlindungan Anak.”