Crowdfunding Typography Banner
Guru Besar Marketing BINUS University, Konsultan Branding ETNOMARK , Peneliti, Pembicara, dan Youtuber

Prof. Amalia E. Maulana, Ph.D, Menginspirasi Lewat Edukasi Branding dan Marketing

Bagikan:

4

MajalahInspiratif.com, Jakarta – Keputusan utama dalam branding bukanlah seberapa tinggi posisi seseorang, melainkan seberapa besar manfaat yang bisa diberikan kepada lingkungan sekitar. Prof. Amalia E. Maulana, Ph.D, seorang Guru Besar Marketing BINUS University,  Konsultan Branding ETNOMARK sekaligus Peneliti, Pembicara dan Youtuber, memiliki prinsip bahwa ia akan terus membangun personal brand berdasarkan kebermanfaatan, baik dalam kehidupan profesional, akademik, maupun sosial.

Dalam rangka mengejar kebermanfaatan tersebut, Prof Amalia harus memahami kebutuhan masing-masing stakeholder, yaitu keluarga, teman, mahasiswa, atasan dan kolega di kampus, serta klien dari perusahaan brand consultant. “Ini penting agar kita tidak hanya merasa telah bermanfaat dari sudut pandang pribadi, tetapi juga benar-benar memberikan dampak yang dirasakan oleh orang-orang di sekitar.”

Prof Amalia mempunyai alasan mengapa personal branding bermanfaat dalam perjalanan kehidupannya mengingat ia memiliki beberapa peran karier yang harus dijalankan. Ia memiliki dua dimensi karier utama sebagai Praktisi brand consultant dan sebagai Dosen serta Periset akademik. Dalam dunia industri, ia terus berusaha memberikan solusi branding yang tepat bagi klien dengan pendekatan berbasis ilmu marketing yang kuat. Sementara di bidang akademik, ia aktif sebagai Dosen dan Periset untuk memastikan bahwa penelitian yang dilakukan relevan dengan kebutuhan dunia bisnis. Ia juga berupaya memperluas jangkauan kebermanfaatan melalui mentoring dan pembinaan bagi mahasiswa serta komunitas profesional.

Wanita kelahiran Malang, 12 Oktober yang juga hobi berolahraga Line Dance, Zumba, Yoga dan memasak ini, menegaskan bahwa salah satu pekerjaan yang sangat disukai adalah rebranding baik untuk korporasi, organisasi maupun universitas. Rebranding adalah bentuk transformasi yang membutuhkan proses panjang, ketekunan, serta kejelian dalam menganalisis berbagai aspek organisasi. Rebranding bukan sekadar mengganti identitas visual atau ‘ganti baju’, tetapi juga mengorkestrasi manajemen perubahan, secara menyeluruh. Esensi dari rebranding adalah mengganti cita-cita atau brand dream suatu institusi. Namun dalam mengajak para key persons di korporasi, universitas, atau organisasi untuk bertransformasi merupakan tantangan besar, tetapi memberikan pengalaman yang tidak terlupakan. Tantangan terbesar dalam rebranding adalah menyelaraskan visi yang baru dengan budaya yang sudah ada serta memastikan semua pihak bergerak ke arah yang sama. Saat perubahan berhasil dieksekusi dengan baik, dampaknya sangat besar bagi keberlanjutan brand tersebut.

Edukasi Branding Secara Digital

Edukasi branding tidak cukup hanya dilakukan di kelas-kelas sekolah bisnis. Karena itu, ia menghadirkan edukasi digital melalui YouTube channel kepunyaannya. Video “Branding Solution” dikreasikan sebagai pengganti tulisan kolom yang dahulu hadir di surat kabar setiap dua minggu.

Di era digital ini, Prof Amalia melakukan transformasi dengan mengubah bentuk edukasi dari tulisan menjadi audio-visual di kanal YouTube “Prof. Amalia Update”. Dalam setiap episode “Branding Solution”, ia memberikan tips-tips praktis solusi branding perusahaan bagi para decision makers. Keberadaannya di dunia digital bertujuan agar audiens dari berbagai belahan dunia dapat mengakses materi tersebut, mendapatkan inspirasi, dan memperoleh edukasi branding yang lebih luas.

“Beberapa brand di industri mulai tertarik untuk berkolaborasi dalam kegiatan edukasi branding. Dengan adanya dukungan dari industri, program ini dapat ditingkatkan dari segi frekuensi, kualitas, serta jangkauannya agar lebih luas dan memberikan dampak yang lebih besar,” ujarnya.

Kontribusi dalam Pengabdian kepada Masyarakat

Prof Amalia telah lama membantu organisasi sosial non-profit dalam hal branding, termasuk yayasan kemanusiaan, lembaga zakat, dan masjid. Meskipun waktu yang dialokasikan masih terbatas, ia berusaha hadir sebagai advisor dengan memberikan nilai yang konkret dan nyata.

Kebahagiaan tersendiri baginya ketika dapat memberikan pencerahan ilmu atau memberikan solusi dalam pengembangan branding dan komunikasi. Dengan strategi branding yang tepat, organisasi sosial dapat lebih dikenal luas dan menjangkau lebih banyak pihak yang ingin berkontribusi dalam kegiatan sosial mereka.

Terinspirasi Semangat Kartini

Satu kata yang selalu diingat ketika berbicara tentang RA Kartini adalah persisten. Menurut Prof Amalia, RA Kartini memiliki kekuatan untuk tidak mudah menyerah dan terus berjuang hingga tercapai impiannya, memberikan tempat bagi perempuan agar dihargai dan mendapatkan kesempatan yang sama seperti laki-laki.

“Semangat persisten inilah yang menginspirasi saya. Saya tidak mudah menyerah. Banyak dari pencapaian yang saya raih adalah hasil dari kerja keras, bukan hadiah yang datang begitu saja. Namun, saya juga percaya bahwa setiap pencapaian terjadi atas izin dan kehendak Allah SWT. Tidak ada yang tidak mungkin dicapai selama kita memiliki keyakinan dan bekerja keras dengan penuh dedikasi,” tegas Prof Amalia.

Bermanfaat Secara Kontekstual

Dalam pekerjaan, lulusan S1 Jurusan Teknologi Pangan IPB University, S2 MBA IPMI International Business School, S3 Doktoral School of Marketing dari University of New South Wales, Sydney, Australia harus memahami siapa yang dihadapi. Saat bertemu dengan klien di industri, ia harus mengemas solusi branding untuk menyelesaikan masalah yang bersifat praktis dan terapan.

Salah satu tantangan yang dihadapi Prof. Amalia di awal karirnya menjadi Brand Consultant adalah saat mengenalkan pendekatan riset berbasis etnografi, yang menjadi spesialisasi perusahaan yang didirikannya yaitu ETNOMARK Consulting. Masih banyak pengambil keputusan di perusahaan yang hanya ingin mendapatkan angka-angka statistik dalam riset, padahal, dalam pendekatan etnografi, bukan hanya angka yang akan menjelaskan persoalan konsumen. Melalui observasi langsung terhadap kehidupan konsumen, akan tertangkap cerita ‘pain point’ mereka. Pendekatan riset etnografi marketing ini diadopsi dari ilmu Antropologi Budaya.

Di sisi lain, di alam akademisi, ketika bertemu dengan rekan-rekan Periset di universitas yang sama maupun berbeda, baik di dalam maupun luar negeri, serta mahasiswa di kampus, Prof. Amalia berupaya menerapkan perspektif yang lebih ilmiah. “Diskusi dengan mereka harus menggunakan kaidah teori yang kokoh. Nilai tambah yang saya berikan selain menggunakan teori yang tepat,  adalah pengalaman saya sebagai profesional di korporasi, sehingga penelitian yang saya lakukan tetap relevan dengan kebutuhan manajerial praktis.”

Demikian pula dalam kehidupan sehari-hari, ketika berkumpul dengan sahabat-sahabat di kompleks perumahan, misalnya, Prof Amalia tidak menempatkan diri sebagai seorang Profesor marketing. Ia menjadi teman yoga, teman jalan pagi, teman line dance, atau teman arisan.

“Dengan begitu, saya tetap membangun kedekatan dengan lingkungan sosial. Untuk teman-teman tersebut, saya bukan ‘Prof. Amalia’, tetapi cukup sebagai ‘Mbak Amalia’. Membuat teman-teman nyaman adalah bentuk lain dari manfaat,” ungkap Prof Amalia bijak.

Bagikan:

Bagikan: