MajalahInspiratif.com, Jakarta – Meski bisnis-bisnis yang diajalankan cukup terdampak pandemi Covid-19, namun Noviyanti Absyari berupaya untuk tetap survive dan bersyukur. Karena baginya jika dilihat dari sisi berbeda, pandemi juga memberikan pengaruh positif. Terutama membuat masyarakat lebih aware pada kesehatan dan belajar memanfaatkan kecanggihan teknologi digital.
Dampak buruk pandemi Covid-19 bukan hanya berpengaruh pada dunia kesehatan, tapi juga banyak bidang lain. Hampir semua orang bahkan merasa pendapatan yang biasa diraih mengalami penurunan. Mulai dari pekerja kantoran yang mengalami pengurangan gaji akibat WFH, pedagang yang kehilangan pelanggan karena larangan keluar rumah, hingga pengusaha yang merasakan penurunan omset yang cukup drastis.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Noviyanti Absyari, yang menjalankan beberapa bisnis di bidang jasa. Pendapatannya sebagai Notaris dan PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, bahkan melorot tajam tiap bulannya, karena kehilangan banyak client potensial. Demikian juga dengan bisnis kos-kosan yang dibuka, dari 18 kamar yang tersedia hanya beberapa kamar saja yang terisi.
Dengan berat hati, wanita bersahaja yang akrab disapa Novi ini, terpaksa melakukan berbagai efisiensi demi menekan pengeluaran. Salah satunya dengan merumahkan 2 dari 7 orang karyawannya.
“Untuk memberhentikan orang-orang yang kita sayang sangatlah berat. Apalagi saya selalu menganggap karyawan sebagai aset terbesar usaha yang saya jalankan. Namun saya yakin bukan hanya saya yang merasakan dampak buruk pandemi ini, bahkan mungkin hampir semua orang. Karena itu saya berusaha untuk terus bersyukur akan apa yang Allah SWT berikan kepada saya saat ini. Bersama karyawan yang masih aktif, kita tautkan lagi kesolidan kita sebagai tim serta bersinergi menciptakan energi positif. Pandemi juga membuat kita lebih aware terhadap kesehatan dan belajar memanfaatkan kecanggihan digital. Alhamdulillah, Allah SWT Maha Baik, kita bisa bekerja sama dengan salah satu developer besar. Jadi meskipun awal-awal pandemi cukup berat tapi kita tetap survive,” ujar Novi.
Jejak Karier. Menjadi Notaris mulanya bukan cita-cita Novi. Namun, setelah menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Hukum Universitas Krisnadwipayana, dan sempat bekerja di salah satu perusahaan developer, ayahnya meminta ia melanjutkan study S2 Kenotariatan. Meski awalnya menolak permintaan tersebut karena tidak ingin lagi membebani kedua orang tua, pada akhirnya Novi menaati.
“Menurut Bapak, pekerjaan sebagai Notaris itu lebih fleksibel. Sehingga nantinya ketika saya sudah berumahtangga tetap bisa berpenghasilan tanpa mengorbankan keluarga. Mulanya saya menolak, bahkan kami sempat beradu argumen. Akhirnya saya setuju dan kemudian melanjutkan pendidikan Magister Kenotariatan di Fakultas Hukum Universitas Indonesia,” tuturnya.
Usai mengantongi gelar sebagai Notaris, Novi sempat menggali pengalaman dengan bekerja di beberapa kantor notaris selama sekian tahun. Kemudian, di tahun 2009, setelah menginjak usia 28 tahun yang menjadi syarat seorang notaris membuka kantor mandiri, Novi pun mulai berdikari.
“Di tahun 2010, selain aktif sebagai Notaris di Kabupaten Karawang, saya juga mengajar di Universitas Al-Azhar dan Dharma Persada, Jakarta. Kebetulan suami juga dosen Notariat di Universitas Indonesia. Selain mencintai dunia mengajar, setelah 8 tahun pernikahan kami memang baru dikaruniai seorang putra. Sehingga waktu luang kami lebih banyak dan tidak bermasalah jika harus bolak-balik Jakarta-Karawang. Namun, di awal 2015 setelah dinyatakan positif hamil saya mulai stop semua kegiatan mengajar demi bisa fokus pada kehamilan,” lanjut Novi.
Aktif dalam Organisasi dan Komunitas. Sebagai pribadi yang gemar bersosialisasi dan mudah bergaul dengan berbagai kalangan, Novi juga aktif di beberapa organisasi dan komunitas. Kegiatan tersebut dilakoni Novi bukan sekadar mengisi waktu, tapi juga demi menebar manfaat bagi banyak orang agar kehidupannya kian diberkahi. “hingga saat ini saya masih aktif di organisasi Ikatan Notaris Indonesia dan Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, mulai dari tingkat pengurus daerah, wilayah dan pusat,” jelasnya.
Novi, yang sempat mengikuti program bayi tabung demi memiliki buah hati, kemudian mengumpulkan para perempuan pejuang bayi tabung. Bersama grup yang kini berusia 8 tahun dengan 15 anggota tersebut, Novi merasa semakin kuat. Apalagi setelah mengetahui masih banyak pejuang bayi tabung yang memiliki permasalahan yang lebih berat dibanding dirinya.
“Butuh 8 tahun bagi saya dan suami berjuang untuk memiliki buah hati. Namun, begitu mengetahui ragam masalah yang dimiliki para pejuang bayi tabung, mulai dari kondisi ekonomi, kesehatan hingga keadaan fisik alat reproduksi, saya merasa ‘disenggol’ bahwa sebenarnya masih banyak yang harus saya syukuri. Terutama dikaruniai suami yang Masya Allah baik, itu sudah anugerah. Di situ saya merefleksikan diri bahwa saya tidak sendirian dan perjuangan yang saya jalani belum seberapa. Kemudian saya buat IG LIVE namanya Talking With Heart yang membagikan konten maupun sharing tentang para pejuang garis dua dan kisah inspiratif lain. Karena saya meyakini ketika orang berbagi dan didengarkan orang lain itu membawa insight yang cukup berarti,” ungkapnya.
Kembangkan Potensi Diri. Keinginan untuk menjadi pribadi yang bisa bermanfaat bagi kebaikan orang banyak, juga mendorong Novi untuk terus menggali potensi diri. Perempuan yang gemar belajar dan mengajar ini kemudian memperdalam ilmu coaching dan mengikuti beberapa sertifikasi. “Selain ambil kelas Public Speaking, saya juga ambil kelas Sertifikasi Trainer di ESQ dan Coach untuk bisnis umum dari Hijrah Coach. Kelas-kelas tersebut sengaja saya ambil karena memang dari dulu senang mempelajari tentang komunikasi. Jadi awalnya untuk diri sendiri, begitu saya yakin mampu baru saya amalkan untuk orang lain,” paparnya.
Walaupun bukan bidang utamanya, namun Novi menegaskan jika kita yakin dengan apa yang mau kita pelajari dan kita belajar akhirnya kita bisa bermanfaat buat orang lain. Apalagi sebagai Notaris ia harus bisa berkomunikasi sekaligus menjadi pendengar dan memberikan solusi untuk para client. “Saat ini saya juga menerima konsultasi-konsultasi di luar kenotariatan seperti kehidupan rumah tangga, anak hingga bisnis. Meski saya tidak menarifkan, ketika melihat senyum mereka sudah sangat berharga,” terangnya.
Rambah Bisnis Jasa. Salah satu kunci sukses adalah mampu membaca kemampuan diri, lalu menempatkannya di tempat yang sesuai. Hal tersebut pun diaminkan oleh Novi. Karena merasa dirinya tidak memiliki kemampuan menjual produk, ia memilih merambah bisnis-bisnis di bidang jasa. Selain memberikan layanan yang berhubungan dengan kenotariatan, akta tanah dan konsultasi kerumahtanggaan, perempuan berhijab ini juga merambah bisnis property dan car wash.
“Dari penghasilan yang saya dan suami dapat, kami tabung sedikit demi sedikit kemudian kami investasikan pada bidang property. Mulai dari membangun kos-kosan, membeli ruko yang disewakan untuk kantor-kantor, hingga membuka jasa car wash di Karawang bersama ayah saya,” papar Novi.
Diceritakan Novi, tingginya prospek kosan-kosan di Kabupaten Karawang menjadi alasan utama baginya memasuki usaha tersebut. Agar lebih mudah terkontrol, lokasi kosan-kosan tersebut cukup dekat dengan kantor dan rumahnya. “Awalnya saya buat kos-kosan di atas kantor, sekitar 7-8 kamar. Kemudian sebelum pandemi saya membeli sebidang tanah di sebelah rumah, lalu kita bangun kos-kosan sebanyak 18-19 kamar. Qadarullah, pandemi agak melambat, karena hampir semua orang baik pekerja maupun mahasiswa menjalani WFH. Tapi Alhamdulillah, 6 bulan terakhir sudah normal lagi, dari 19 kamar tersisa 5 kamar yang masih kosong,” ungkap Novi, yang menyediakan kos-kosan berfasilitas lengkap dengan desain interior nan elegant.
Di Bulan Maret 2022 ini, Novi juga membuka Co-Working Space pertama di Kabupaten Karawang. Dibukanya bisnis jasa tersebut bukan tanpa alasan. Novi ingin Co-Working Space tersebut bisa menjadi wadah baginya dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu yang selama ini ia pelajari. Karena Co-Working Space mampu memfasilitasi networking-nya dengan orang-orang yang tepat dan tentunya memudahkan Novi bekerja lebih efektif dan produktif.
“Co-Working Space ini terdiri dari 3 lantai, lantai 1 dan 2 dikhususkan untuk meeting atau untuk saya mengajar kelas kecil, sedangkan di lantai 3 bisa untuk kelas yang lebih besar dengan kapasitas 50 orang. Di sini saya juga akan membuka konsultasi yang menerapkan metode coaching. Jadi kita membantu client menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya,” tambah Novi.
Nikmati Tiap Proses. Dikisahkan Novi, pencapaiannya saat ini bukan tanpa perjuangan. Di tahun pertama dan kedua kepindahan dari Jakarta ke Karawang, kantor notaris Novi bahkan masih berstatus kontrak. Berkat dorongan sang suami, ia memutuskan untuk membeli sebuah ruko yang bukan hanya ditempatkan sebagai kantor tapi juga rumah tinggal mereka.
“Karena sistem kontrak pembayarannya harus kita lakukan secara berkala, akhirnya saya putuskan untuk membeli ruko, itu pun dananya saya dapat dengan menjual mobil pribadi. Walhasil untuk operasional atau aktivitas lain saya harus rela menggunakan ojek langganan. Bukan itu saja, salah satu kamar juga saya manfaatkan untuk tempat tinggal tapi Alhamdulillah, saat ini kami bisa membeli rumah di salah satu perumahan. Terkadang orang melihat hidup happy-happy saya, tapi inilah perjalanan yang harus saya lalui. Saya menganggap semua itu proses yang indah, jadi nikmati saja prosesnya,” ucapnya, bijak.
Tak Khawatir Persaingan. Dari tahun ke tahun profesi kenotariatan dan PPAT semakin bertumbuh, terlihat dari pelaku usahanya yang terus bertambah. Tak pelak, keadaan tersebut membuat persaingan dalam bidang ini kian sengit.
“Kalau diumpamakan, saat ini mungkin lebih mudah mencari kantor notaris ketimbang tambal ban. Tapi tidak perlu khawatir, Allah SWT menciptakan kue itu sudah punya potongan masing-masing. Lakukan saja segala sesuatunya sebaik mungkin, terutama perlakukan karyawan selayaknya keluarga kita dan pelajari dengan benar bagaimana me-manage perusahaan. Kalau ada client yang datang dan mengatakan tarif kompetitor kita lebih murah, saya jelaskan tentang kualitas kita. Jadi kita berusaha komunikasi yang baik untuk mempertahankan kualitas kerja, dan saya selalu meminta staff saya memperlakukan client seperti raja. Korelasinya, ketika saya menjadikan karyawan saya seperti keluarga, attitude mereka kepada client juga baik. Tetapi kalau perlakuan saya pada karyawan buruk, tentunya karyawan memberlakukan client tidak dengan hati,” tegas Novi.
Dengan background di bidang coaching dan hukum, bersama 4 orang teman Novi mendidirikan perusahaan bernama NIKEI yang bergerak di dunia event organizer. Mereka, kerap menggundang pemuka agama hingga pakar psikologi anak seperti OKI Setiana Dewi, Elly Rizman dan Aisyah Dahlan, yang berbagi banyak hal seputar pendidikan anak maupun permasalahan dalam rumah tangga. Laili
Segera Bangun Rumah Qur’an
Bertambahnya usia membuat Novi kian bijak dalam menyikapi hidup. Ia pun merasa apa yang Allah SWT berikan kepadanya sudah cukup banyak. Sebagai bentuk rasa syukur, selain menyisihkan sebagian hartanya untuk berbagi kepada sesama yang secara rutin dijalani setiap hari Senin dan Kamis, saat ini Novi juga tengah membangun Rumah Qur’an untuk kaum ibu menghafal dan memahami Al-Qur’an.
“Rumah Qur’an dibuat untuk warga sekitar, mulai dari anak-anak, ibu-ibu hingga bapak-bapak. Ini adalah salah satu cita-cita yang saya impikan saat memasuki usia 40 tahun, pada 2021 lalu. Alhamdulillah, saat ini sedang dalam progres persiapan,” tuturnya.
Bangun Support System Bersama Suami
Meski menjalani beberapa bidang bisnis dan menyibukkan diri dengan beragam organisasi, namun Novi berusaha untuk membagi waktu antara karier, bisnis dan keluarga sebaik mungkin. Perempuan yang saat ini menjabat sebagai Tim Sekretaris, Pengwil Jawa Barat Ikatan Notaris Indonesia ini bahkan masih meluangkan waktu untuk mengurus rumah dan memasak untuk sang suami, Mohamad Fajri Mekka Putra, SH, MKn dan buah hati mereka, Langit.
“Untuk urusan rumah tangga saya dibantu seorang assisten di rumah yang kebetulan pulang-pergi, makanya setiap pagi saya wajib membuat sarapan untuk anak. Mengenai anak dan keluarga saya selalu komunikasi dengan suami. Karena suami juga mengajar dan saat ini masih daring jadi bisa sambil menemani anak yang saat ini berusia 6 tahun buat belajar atau main di rumah. Dan sejak maghrib kita sudah quality time, dimulai dengan sholat berjamaah lalu mendampingi Langit mengaji. Jadi, saya dan suami berusaha untuk membangun support system, agar semuanya bisa berjalan harmonis,” ujar Novi, yang lebih memilih membelikan banyak buku ketimbang mainan untuk si buah hati.