MajalahInspiratif.com, Jakarta – Di balik dampak buruknya yang cukup besar bagi dunia ekonomi, nyatanya pandemi Covid-19 juga membawa angin segar bagi penerimaan masyarakat akan teknologi. Selama WFH, masyarakat seakan dipaksa untuk melek digital agar tetap produktif. Hal ini dirasakan betul oleh pengusaha hotel dan minimarket, Mutia Riani. Menggandeng travel agent hingga freelance marketing sistem online, perempuan cantik asal Kota Kembang ini, mampu melewati pandemi tanpa harus melakukan pengurangan karyawan.
Transformasi digital merupakan perubahan dalam cara beroperasi dan dalam memberikan nilai-nilai kepada customer. Perubahan tersebut memaksa para pengusaha untuk menantang statusquo, terus berinovasi dan berani dalam menghadapi kegagalan. Setiap bisnis juga mengalami transformasi digital yang berbeda, sesuai dengan tantangan dan permintaan pasar.
Seakan tak ingin ketinggalan perkembangan teknologi yang kian canggih, pemilik usaha Hotel Diemdi dan Day Mart, Mutia Riani, juga memanfaatkan perangkat digital. Bagi perempuan yang akrab disapa Tya ini, digitalisasi bukan hanya mampu membantu mempercepat pekerjaan tapi juga memperluas jaringan pemasaran. Seperti memberikan kemudahan akses melalui internet, hingga memanfaatkan AI (Artificial Intelligence) untuk meningkatkan produksi bisnis.
“Tingginya laju perekonomian membuat perusahaan semakin bersaing untuk meningkatkan performa bisnis. Jika kita masih bertahan dengan sistem konvensional, maka langkah kita akan terasa berat saat harus bersaing dengan perusahaan baru berbasis digital (start up),” tutur Tya, saat ditemui Inspiratif di kediamannnya di kasawan Jakarta Pusat.
Ditambahkan Tya, transformasi digital juga dapat menjadi solusi untuk meningkatkan performa bisnisnya, sehingga bisa bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain. untuk itu, ia mengajak kaum perempuan untuk bisa lebih menafaatkan digital untuk mencari peluang bisnis baru.
“Di Zaman teknologi serba digital, kaum perempuan seharusnya memanfaatkan teknologi digital sebagai alat untuk meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian usaha. Karena di era digital, banyak platform bisnis yang memberikan informasi peluang usaha. Yang saya sayangkan, banyak kaum perempuan melihat teknologi digital sebagai sekedar alat hiburan, sehingga kemampuan digitalisasi kaum perempuan hanya sampai pada medsos saja,” ungkap Tya, lirih.
Perjalanan Bisnis. Sepak terjang Tya di bidang bisnis terbilang cukup panjang. Berlatar belakang keluarga yang menggeluti profesi sebagai pengusaha, pada akhirnya mendorong anak ke-2 dari 3 bersaudara ini menekuni jalur yang sama. Perempuan kelahiran Bandung, 33 tahun lalu ini memulai bisnis dengan membuka pabrik kerupuk.
Beberapa tahun kemudian, tepatnya di tahun 2014, Tya memutuskan untuk melakukan ekspansi bisnis dengan membangun kos-kosan. “Kebetulan kami membangun pabrik kerupuk di lahan yang cukup luas. Banyak space yang belum terpakai menginspirasi saya untuk membangun kos-kosan yang bisa juga disewakan harian atau bulanan bagi wisatawan yang liburan ke Bandung. Namun, dalam perjalanan pembangunannnya kami mengubah konsep, dari kos-kosan menjadi foodcourt dan guest house. Tetapi pada akhirnya guest house berubah konsep lagi menjadi hotel,” tambahnya.
Karena tidak ingin terlilit hutang dan riba, Tya memilih menggunakan modal pribadi. Ia bahkan bersikeras untuk tidak mengajukan pinjaman pada bank manapun. “Karena kita membangun mandiri dalam arti jauh dari pinjaman bank dan secara arsitektur juga kami desain sendiri akhirnya proses pembangunan hotel tersebut memakan waktu yang cukup lama, hampir 5 tahun. Tapi Alhamdulillah, di bulan Oktober 2019, kita launching dengan nama Hotel Diemdi. Dan kami juga banyak membantu masyarakat sekitar serta memudahkan perjalanan kerja dan wisata para customer,” ucap Tya, penuh syukur.
Di tahun yang sama, Tya juga membangun bisnis minimarket dengan brand Day Mart, yang berlokasi di 3 titik kawasan Thamrin City. Bisnis tersebut dipilih Tya untuk memudahkan para penghuni apartemen berbelanja kebutuhan sehari-hari di lokasi terdekat.
Inspirasi Bisnis. Keputusan Tya mengubah konsep bisnis dari guest house ke hotel didasari oleh banyak hal. Perempuan berulit putih ini becita-cita membangun penginapan yang nyaman namun bisa dijangkau semua kalangan.
“Tony Fernandes, owner sebuah maskapai penerbangan adalah inspirator buat saya. Dia mampu membuat akomodasi wisata murah meriah namun tidak murahan. Hotel saya juga inspirasinya dari maskapai tersebut. Jadi kami menyiapkan penginapan yang murah namun tetap high class di kelasnya. Dan bisa dipastikan saya memiliki hotel yang mumpuni, cukup nyaman dan juga termurah di Bandung Raya,” tegas Tya.
Srategi Bisnis. Demi menciptakan rasa nyaman kepada setiap tamu yang singgah, Hotel Diemdi mendesain tiap ruang kamar seapik mungkin. Sehingga customer merasa betah dan meninggalkan kesan menyenangkan. Untuk ukuran hotel dengan tarif terjangkau di Kota Bandung, tatanan kamar yang ditawarkan Hotel Diemdi bahkan terbilang berkelas.
“Inilah yang menjadi keunggulan kami, nyaman dan harga terjangkau, sehingga mampu mencakup semua segment pasar,” imbuh Tya.
Untuk memopulerkan Hotel Diemdi, Tya memanfaatkan digital marketing lewat online travel agent. Ia juga melakukan sistem dynamic pricing agar tamu online seimbang dengan tamu offline atau walk in. “Untuk menambah sisi okupansi kita bekerja sama dengan beberapa freelance marketing. Alhamdulillah, strategi yang kami terapkan cukup worth it,” katanya.
Survive Sepanjang Pandemi. Bisnis-bisnis di sektor pariwisata, seperti perhotelan, termasuk bisnis yang sangat terguncang pandemi Covid-19. Begitu juga dengan bisnis yang baru 5 bulan dijalankan Tya. Pendapatan yang biasa diterima bahkan merosol hingga 60%.
Namun, karena tidak dibangun di atas utang, setiap bulan Tya tak perlu repot memikirkan cicilan atau bunga yang terus melilit. “Walaupun pendapatan berkurang, bahkan saya sebagai owner harus rela tidak mendapatkan laba, namun saya bersyukur tiap bulan hanya memikirkan operasional hotel saja. Sehingga selama pandemi jalan kami tidak terlalu berat, apalagi sampai mengurangi karyawan. Hal tersebut merupakan prestasi yang sangat membanggakan bagi saya, karena bisa memperkecil kerugian tanpa harus merumahkan atau memberhentikan karyawan,” jelasnya.
Diakui Tya, ketangguhannya menghadapi pandemi tak bisa lepas dari sistem digital yang telah ia terapkan sejak awal menjalani bisnis perhotelan. Sehingga setiap harinya ada saja tamu yang menginap di Hotel Diemdi.
“Saya merasa era digitalisasi lebih memudahkan pekerjaan saya sebagai pengusaha hotel. Selain itu akses informasi mengenai peluang bisnis pun lebih kita dapatkan. Secara terbuka sistem digital juga memaparkan review hotel dari para tamu yang menginap atau yang menggelar acara di hotel kami, sehingga sangat membantu kami untuk mengevaluasi tingkat pelayanan kami terhadap customer. Dan saya selaku owner dapat segera mengambil kebijakan dalam operasional hotel,” tutur Tya.
Dalam menggerakkan bisnis di masa pandemi, dengan ruang gerak yang serba terbatas, Tya mencoba melakukan berbagai terbosan. Salah satunya memperbanyak aktivitas pertemuan secara digital dalam bentuk webinar dan mengoptimalkan penggunaan media sosial. “Pandemi bisa kita hadapi tidak ketenangan. Walaupun butuh waktu sekitar 1-2 bulan untuk beradaptasi dengan situasi baru, tapi setelah itu, Alhamdulillah saya bisa menemukan cara dalam menjaga eksistensi usaha sekalipun dalam situasi terburuk. Dan sejak awal 2021, aktivitas bisnis kami berangsur normal,” ujarnya.
Bukan hanya tetap melancarkan laju bisnis hotel, teknologi digital juga dimanfaatkan Tya untuk menghubungi supplier-supplier yang memasok produk ke Day Mart. “Cukup buka handphone, controlling maupun laporan barang yang terjual dan tersisa bisa saya dapatkan. Selanjutnya belanja ke supplier juga bisa lewat online. Dengan teknologi digital kekuasaan terasa dalam genggaman,” tegas Tya, yang berencana mengembangkan Day Mart dengan menempati lokasi di tepi jalan agar bisa dijangkau masyarakat umum.
Tantangan Bisnis. Bukan pandemi, tantangan cukup berat yang dihadapai Tya dalam upaya mengembangkan bisnis perhotelan, justru pada kebiasaan masyarakat umum yang belum terbiasa dengan perangkat digital. “Sebagian orang masih menggunakan cara manual, jadi tantangan sesungguhnya adalah mengubah masyarakat tradisi manual menjadi masyarakat digital,” tekan pengusaha cantik yang juga membangun Kiara Cozy Hotel, ini
Demi mengatasi tantangan dan rintangan tersebut, Tya mengatasinya dengan cara meningkatkan skill digital terutama pada semua karyawannya. Sehingga mampu memberikan info produk dalam bentuk yang lebih menarik sekaligus informatif kepada masyarakat luas, agar mereka lebih tertarik dengan fasilitas yang ditawarkan Hotel Diemdi. “Kita rancang promo digital yang fokus pada desain yang menghibur dan visual-visual yang eye catching,” lanjut Tya.
Pertajam Analisa Bisnis. Sebagai salah satu destinasi wisata, persaingan hotel di kota Bandung cukup menegangkan dan ketat. Setiap hotel bahkan memiliki kelebihan masing-masing. Untuk bisa memenangkan persaingan, Tya yang dibantu sang adik dalam mengelola Hotel Diemdi, berupaya mempertajam analisa bisnis.
“Jadi kita harus pandai menganalisis waktu, hari dan harga tentunya. Bila kita tidak menggunakan strategi analisis harian kemungkinan hotel akan lambat untuk berkembang. Misalnya pada moment-moment liburan, biasanya kami memberikan penawaran menarik agar bisa menjaring target market yang lebih banyak. Ketika pendapatan meningkat, tentunya akan lebih mudah bagi kami dalam mengembangkan usaha dan meningkatkan layanan,” pungkas Tya. Laili
Selalu Ada Waktu untuk Keluarga
Kemudahan teknologi digital bukan hanya Tya rasakan manfaatnya dalam bisnis, tapi juga dalam berkeluarga. Kebersamaannya bersama keempat buah hati, yakni Dhania Maharani, Davina Maharani, Danessia Maharani dan Danendra Mahardhika, jadi semakin banyak. Selama pandemi, sambil mengurus bisnisnya secara online, ia tetap bisa mendampingi putri pertama dan keduanya belajar daring (dalam jaringan).
Sedapat mungkin, Tya memang berupaya agar bisnis dan keluarga selalu berjalan harmonis. “Keseimbangan atau harmoni bisa diwujudkan dengan komunikasi yang baik dengan semua anggota keluarga. Sebagai seorang ibu tentunya saya tidak boleh gagal dalam membangun komunikasi dengan anak-anak. Dan sebagai seorang istri, saya membuat pola komunikasi yang intensif dan terbuka dengan suami. Selain itu yang terpenting adalah masalah quality time, yaitu menyediakan waktu berkumpul bersama keluarga secara berkualitas,” tutur pehobi bersepeda, Spa dan shopping ini.
Agar tidak penat dengan aktivitas harian, Tya kerap mengajak anak-anak dan keluarga refreshing. Karena bagi perempuan yang menyukai keramaian ini, suami dan anak-anak adalah teman refreshing yang paling menyenangkan.
Info Lebih Lanjut:
Hotel diemdi
Jl. Kiara Condong 147
Bandung, Jawa Barat
Instagram : @hotel_diemdi
Whatsapp : 0857-5920-3393