MajalahInspiratif.com, Jakarta – Terobosan dilakukan dr. Muhammad Syah Abdaly, Sp.PD dalam kariernya sebagai dokter. Tak hanya menjalankan praktik untuk mengobati pasien dan sukses menjadi influencer, ia pun ingin bisa menginspirasi masyarakat untuk hidup sehat.
Pencapaian karier dr. Muhammad Syah Abdaly, Sp.PD sebagai Dokter Spesialis Penyakit Dalam melewati jalan panjang yang tak mudah. Selepas lulus SMA tahun 2005, pria yang akrab disapa Daly ini, mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan berhasil diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
“Saya kuliah itu 5 tahun termasuk menggunakan program Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Perdana di Mahasiswa Kedokteran yang sebelumnya 6 tahun. Nah kalau angkatan saya selama 5 tahun selesai di tahun 2010,” jelas pria kelahiran Kudus, 3 Juli 1987 ini.
Setelah lulus, Daly melanjutkan internship atau magang selama satu tahun di RSUD Kota Depok dan Puskesmas di Cimanggis, Depok. Setelah satu tahun barulah ia mendapatkan surat izin praktik mandiri. Daly kemudian bekerja di RS Hermina Depok selama hampir 2,5 tahun pada 2011 hingga 2014. Ia lalu memutuskan untuk resign karena ingin melanjutkan pendidikan spesialis.
“Saya memang sudah membuat timeline setelah saya bekerja sebagai Dokter Umum harus menabung untuk dana pendidikan spesialis. Saya tidak mau karier saya hanya sebagai Dokter Umum saja,” terang Daly.
Ia pun mengikuti ujian Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada Juli 2014 dan langsung diterima di Bagian Penyakit Dalam. “Saya memilih Spesialis Penyakit Dalam karena saya tidak begitu suka tindakan operasi seperti Dokter Spesialis Bedah atau Obgyn yang banyak berada di ruang operasi,” jelasnya.
Daly sempat bingung menentukan pilihan tetapi akhirnya memutuskan mengambil Spesialis Penyakit Dalam. Ia menilai hakikatnya Ilmu Penyakit Dalam adalah ibunya ilmu kedokteran. “Ilmunya juga menarik seperti detektif mencari apa yang terjadi dengan diri pasien. Itu challenging buat saya,” tambahnya.
Di tahun 2019, Daly berhasil lulus Pendidikan Spesialis Penyakit Dalam tepat waktu. Ia bersyukur mengingat banyak mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) yang tidak lulus tepat waktu. “Saya punya planning, punya timeline dan berusaha menjalankan sesuai timeline saya,” ujar Daly yang kerap meraih juara kelas saat kuliah.
Setelah lulus tenaga kesehatan akan mendapat Surat Tanda Registrasi (STR) untuk mencari kerja. Daly sempat menunggu waktu satu bulan hingga ia diterima di dua Rumah Sakit yaitu RSU Bunda Menteng dan RS Hermina Podomoro. “Alhamdulillah keduanya diterima jadi sekali melamar kerja langsung dapat dua dan itu cukup cepat. Rumah Sakit untuk Ibu Anak dan Rumah Sakit Umum itu beda manajemen jadi Surat Izin Praktik (SIP) juga berbeda meskipun satu grup,” jelas Daly yang bekerja di kedua Rumah Sakit tersebut sejak 2019 sampai sekarang.
Ke depan, Daly ingin mengambil program pendidikan dokter subspesialis untuk lebih meng-up date ilmu yang dimilikinya. Ia pun menargetkan mengambil kuliah S3 Kedokteran dalam waktu tiga tahun ke depan, sebelum usianya 40 tahun. “Saya masih mengumpulkan dananya karena untuk kuliah lagi itu nggak murah dan saya juga harus stand by di Rumah Sakit,” terangnya.
Berbagai tantangan dialami Daly dalam menjalankan profesi sebagai dokter, salah satunya di masa pandemi. Ia melihat pandemi mengubah tatanan kehidupan termasuk di bidang kesehatan. “Pemakaian masker menjadi wajib bagi dokter maupun pasien. Awalnya tentu kita merasa tidak nyaman, termasuk para tenaga medis yang harus mengenakan baju hazmat.
“Kehidupan tenaga medis juga berubah, apalagi melihat banyak pasien Covid-19 yang kondisinya kritis sangat menyedihkan. Saat itu banyak sekali pasien yang harus memakai alat bantu pernafasan, hingga banyak yang meninggal. Dari satu kamar Rumah Sakit yang sebelumnya 1 bed jadi 5 bed karena jumlah pasien yang meningkat,” kenangnya.
Di masa pandemi, Daly mengurangi frekuensi bertemu dengan orang tuanya karena profesi sebagai tenaga medis berisiko tinggi tertular virus Covid-19. “Yang pertama bisa saya lakukan adalah sebagai dokter jangan sampai menularkan virus Covid-19 ke orang tua, memang agak sedih karena mau ketemu orang tua sendiri jadi takut. Tapi setelah ada vaksin Covid-19 sayamenjadi lebih tenang untuk bertemu orang tua,” terangnya.
Saat itu Daly tetap berupaya menjaga daya tahan tubuh supaya tidak sakit dan melakukan olahraga meskipun hanya bisa olahraga di rumah saja. “Saya nggak bisa olahraga di tempat kebugaran karena tutup,makan juga harus yang bergizi. Di saat masyarakat menjalankan WFH, kita setiap hari bertemu dengan pasien Covid-19 sehingga ancamannya sangat nyata. Itu tantangan buat para Nakes supaya jangan sampai tertular dan jangan sampai kita menularkan virus Covid-19 ke keluarga di rumah,” paparnya.
Menginspirasi Banyak Orang. Di era digital saat ini, Daly melakukan terobosan untuk menjadi dokter yang bisa meng-influence banyak orang dan menginspirasi masyarakat untuk hidup sehat. “Nah itulah peranan dari Sosmed untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat yang bisa menjadi inspirasi. Alhamdulillah ada beberapa komentar masyarakat yang terinspirasi,” ujarnya.
Daly memanfaatkan sosial media untuk meng-influence masyarakat dalam hal pola makan sehat dan olahraga, berbeda dengan dokter-dokter lainnya yang meng-influence dari sisi edukasi kesehatan. “Dokter adalah model bagi pasiennya untuk hidup sehat. Jadi bagaimana kita sebagai dokter bisa mempunyai body yang ideal dan pola hidup yang sehat. Itu yang kita transfer ilmunya ke pasien,” jelasnya.
Untuk itu, Daly pun melakukan olahraga untuk membentuk body ideal. Ia memilih olahraga fitness supaya lebih terarah, bahkan belum lama ini ia meraih penghargaan pemenang 90 Days Transformation Challenge dari Fitness First. Prestasi ini merupakan wujud keberhasilan Daly membuat transformasi yang bisa jadi contoh bagi pasien dan para followers-nya di Sosmed.
“Jadi saya harus mengubah diri saya dulu dengan challenge membentuk body ideal. Saya bisa meningkatkan massa otot dan mengurangi masa lemak dalam 90 hari. Sebenarnya targetnya mengurangi massa lemak. Dulu sebelum ikut challenge ini pola makan saya nggak teratur. Konsumsi banyak lemak, gula, garam memang masih menjadi problem masyarakat Indonesia,” paparnya.
Saat ini masyarakat juga semakin mudah mengakses informasi kesehatan. Para dokter juga tertantang untuk bisa meng-update ilmu pengetahuannya. Selain itu di era digital apalagi di masa pandemi mulai muncul telemedicine yang sangat bermanfaat bagi masyarakat. “Jadi pasien yang tidak memungkinkan untuk datang langsung ke Rumah Sakit bisa langsung melakukan telemedicine dengan dokter,” jelasnya.
Keluarga juga mendapatkan edukasi kesehatan secara mudah di sosial media. Informasi kesehatan bisa diakses keluarga yang ada di rumah. “Jadi di sosmed bisa diakses dalam bentuk video, nggak harus dari televisi. Saat ini juga sudah ada apotek digital jadi nggak perlu repot pergi ke apotek. Dokter tinggal pilih obat apa yang mau dikirim ke rumah pasien. Itu saya lakukan juga untuk orang tua saya di rumah,” terang Daly.
Pekerjaan dan Me Time Seimbang
Daly membagi waktunya secara seimbang antara pekerjaan dan hobi. Di tengah kesibukan pekerjaan, ia rutin olahraga pada Senin, Rabu dan Jumat sore selepas pulang kerja. Ia juga meluangkan waktu me time dengan menonton bioskop. “Kalau di bioskop setiap hari Rabu ada film baru ya saya nonton, jadi up date film terbaru, nggak hanya kerja saja,” ujarnya tersenyum.
“Olahraga itu bagian dari hobi tapi juga bisa membuat tidur lebih nyenyak. Biasanya saya olahraga gym, terkadang berenang. Saya juga suka ikut kelas Hip Hop Dance dan saya ikut rutin biasanya setiap hari Sabtu. Di luar itu ya traveling setiap satu atau tiga bulan sekali,” tambahnya.
Bagi Daly, mengatur keseimbangan waktu antara pekerjaan dan me time itu penting. Kalau kita sudah capek dan jenuh dengan pekerjaan tidak bagus untuk kesehatan, apalagi kalau tidak memiliki waktu untuk olahraga.
“Kembali lagi kita harus men-challenge diri kita untuk berubah. Jangan sampai nggak pernah olahraga tapi hobi makan terus, hingga akhirnya stress dan jadi obesitas,” saran pria yang juga hobi menyanyi ini.
Tips Sukses dalam Karier
Impian Daly menjadi seorang dokter terinspirasi dari tantenya yang berprofesi sebagai Psikiater di Surabaya. Ia bersyukur tantenya mendukung mewujudkan impian Daly, dengan membantu biaya kuliah S1 Kedokteran, apalagi saat itu ayahnya terkena PHK dan ibunya hanya memiliki usaha kecil-kecilan. “Kebetulan saya bukan dari keluarga dokter. Di keluarga besar saya, hanya Tante Dr. Nalini Muhdi, Sp.KJ (K), yang menjadi dokter, jadi terlihat beda. Kuliah S1 Kedokteran saya dulu dibiayai Tante. Saya juga ikut seleksi beasiswa dan berhasil
Daly juga sangat merasakan besarnya support orang tua. Salah satunya saat orang tua mengantarnya berangkat kuliah. “Support keluarga sangat-sangat nyata. Dulu di awal-awal kuliah orang tua saya mengantar saya kuliah karena kan saya nggak punya kendaraan pribadi. Support itu sangat berarti,“ ujar anak kedua dari tiga bersaudara ini.
Kesuksesan yang diraih Daly sebagai dokter spesialis tak lepas dari visi dan misinya. “Kalau mau sukses menurut saya harus punya visi misi. Bahkan saya dari sekolah sudah punya visi misi mau kariernya seperti apa dan bagaimana mencapai karier itu. Nah setelah itu kita harus punya rencananya. Kalau kita hidup nggak punya visi dan misi mau jadi apa?” tandasnya.
Selain itu, ketekunan dalam menjalankan misi secara konsisten. Kita harus fokus untuk meraih misi sesuai rencana yang telah dibuat. “Kalau kita nggak konsisten ya jalannya jadi nggak lurus. Kita harus fokus lurus ke depan, meskipun godaan-godaan datang itu wajar,” tambahnya bijak.