Crowdfunding Typography Banner
Owner KB-TK Smart Tree dan Kopi Dari Hati Raffles Hills, Shareholder PLatinum Property Gading Serpong, Distributor air mineral UMAXX

Merna Hasan: Pribadi Tangguh yang Sukses Jalani Beberapa Lini Bisnis

Bagikan:

2

MajalahInspiratif.com, Jakarta – Pendidikan merupakan bagian tak terpisahkan bagi masyarakat saat ini. Hampir seluruh masyarakat Indonesia mengikuti kegiatan pendidikan. Utamanya pada mereka yang masih berusia sekolah. Bahkan saat ini, anak-anak berusia di bawah tiga tahun sudah masuk ke pendidkan usia dini.
Dari sini bisa terlihat begitu pentingnya sekolah dalam kehidupan dan peradaban manusia. Pendidikan setiap orang terbantu dengan hadirnya sekolah baik itu tingkat dasar, menengah dan tinggi.
Alasan inilah yang mendasari Merna Hasan menerima ajakan seorang teman untuk merintis Playgroup, yang hingga kini terus berkembang, meski sempat terdampak pandemi Covid-19.

Perjalanan Bisnis. Jauh sebelum menapaki dunia bisnis, Merna Hasan atau akrab disapa Merna sempat menjalani karier di sebuah perusahaan. Namun, setelah menikah dan menjalani program hamil, wanita berzodiak Libra ini memutuskan untuk resign.

Demi mengusir rasa jenuh, Merna kemudian menerima tawaran seorang teman yang memintanya menjadi assisten pribadi seorang pemilik sekolah di Tangerang, Banten, yang jadwal kerjanya tidak sepadat pekerjaan Merna sebelumnya.

Selama bekerja, Merna bukan hanya mendampingi atasannya mengikuti seminar-seminar kependidikan, tapi juga menggantikan guru yang absen mengajar di kelas.
“Satu tahun bekerja, beberapa teman mengajak saya buka Playground di Jakarta Barat di tahun 2001. Kami sewa rumah di hook Jakarta Barat, responnya sangat bagus dan kami menerima cukup banyak murid. Hingga kemudian banyak yang meminta kami membuka Taman Kanak-kanak, lalu kita sewa lagi tempat lain. Waktu itu sudah berkembang sampai tingkat SMP tapi kemudian saya take over karena lokasinya sangat jauh dari rumah,” terang Merna.

Keseriusan Merna mengarungi bisnis pendidikan ia tunjukkan dengan membuka sekolah tingkat Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak berkonsep bilingual di kawasan Raffles Hill, Cibubur. Sekolah berlabel Smart Tree tersebut kini telah memiliki 4 kelas yang dibagi menjadi dua waktu, yakni pagi dan siang hari. Merna didampingi 3 orang guru pembimbing yang membantunya mengajar murid-murid usia dini.

Perdalam Kompetensi. Merintis bisnis di bidang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), bukan hanya menuntut Merna untuk bersikap sabar dan telaten dalam menghadapi anak-anak. Tapi juga kemampuan untuk mengajar sesuai kurikulum pendidikan yang berlaku di Indonesia. Selain itu, ia juga memiliki beban moral yang harus ia pertanggung-jawabkan kepada para peserta didiknya. Apalagi, sebagai founder sekaligus Kepala Sekolah, ia harus memahami aspek-aspek kependidikan.

Untuk itu, ketika memutuskan membuka sekolah, Merna juga memperdalam kompetensi di bidang yang baru ia geluti tersebut. Setelah mengenyam pendidikan Sarjana program studi Pendidikan Usia Dini di Universitas Negeri Jakarta, ia melanjutkan pendidikan S2 Management Persekolahan di Universita Krida Wacana.

“Kami menerima siswa/siswi mulai dari usia 2-6 tahun, beberapa siswa bahkan ada yang baru menginjak usia 1 tahun 10 bulan, yang terkadang kami gendong sambil tidur. Jadi, saat merekrut tenaga pengajar selain menentukan syarat memiliki ijazah guru atau pengalaman mengajar, calon guru tersebut juga harus sabar,” tambah Merna.

Dampak Pandemi. Seperti halnya perekonomian, dunia pendidikan juga merasakan dampak buruk pandemi COVID-19. Terutama saat Pemerintah mengambil kebijakan belajar dari rumah demi memperkecil penyebaran virus Corona. Terhitung sejak bulan Maret 2020, hampir seluruh sekolah di Indonesia memberlakukan sistem belajar online.

Mengikuti aturan Pemerintah, Merna mengalihkan proses belajar-mengajar via Zoom selama 1 jam setiap hari. Kemudian di hari Sabtu, orang tua murid juga diharuskan mengambil materi pembelajaran ke sekolah untuk anak-anak selesaikan di rumah. “Jika orang tua berhalangan, materi kami kirim lewat aplikasi ojek online. Puji Tuhan sejauh ini anak-anak bisa mengikuti, karena guru-guru Smart Tree sangat interaktif,” tutur Merna.

Meski demikian, Merna mengeluhkan kelemahan di dalam sistem pembelajaran daring (dalam jaringan). Mulai dari sulitnya membangun motivasi belajar para peserta didik, hingga keterbatasan mereka untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan teman-teman.

“Walaupun saat ini Pemerintah sudah menerapkan sistem hybrid, yakni gabungan pembelajaran online dan tatap muka, tapi kendalanya masih sama. Lebih mudah tatap muka total, sehingga para murid bisa bersosialisasi,” tekan Merna.

Seperti kebanyakan bidang usaha yang terdampak negatif pandemi, bisnis pendidikan yang digeluti Merna juga ikut berimbas. Karena menerapkan sistem online, ia pun harus mengurangi 10% iuran sekolah (SPP) tiap bulan. Bukan itu saja, pada tahun ajaran baru 2020 hingga 2021 peserta didik yang mendaftar ke Smart Tree juga merosot tajam.

“Walaupun pemasukan berkurang, tapi Puji Tuhan kami tidak melakukan pengurangan karyawan maupun gaji mereka tiap bulan,” ungkap Merna, bersyukur.
Agar tetap eksis, Merna membentuk tim marketing yang menyebarkan informasi perihal Smart Tree lewat media sosial. “Karena tidak mungkin berpromosi lewat brosur, akhirnya kami manfaatkan teknologi digital. Mau tidak mau saya pun harus belajar supaya tidak gaptek,” imbuhnya.

Ekspansi Bisnis. Darah bisnis memang mengalir deras dalam tubuh Merna. Karena kedua orangtuanya juga berprofesi sebagai pengusaha. “Ibu saya selain punya usaha klinik kecantikan, juga sering menerima pesanan catering, karena beliau termasuk sosok yang aktif. Sedangkan Ayah, punya bisnis jual-beli mobil,” cerita Merna.

Tak heran, wanita kelahiran Jakarta, 5 Oktober ini, memiliki spirit seorang pebisnis yang begitu tinggi. Di samping membuka Playgroup, Merna juga sukses berekspansi bisnis di beberapa bidang. Mulai dari bisnis property di kawasan Serpong yang telah ia jalani selama 17 tahun bersama seorang teman, distributor air mineral UMAXX, hingga franchisee Kopi dari Hati Raffles Hills.
Ke depan, pecinta olahraga yang hobi travelling ke Inggris ini berencana membuka salon kecantikan dan resto baru. “Saya hobi perawatan di salon, jadi terinspirasi untuk punya bisnisnya. Ada rencana juga untuk mengembangkan bisnis kuliner lain dengan membuka café atau resto,” tuturnya.

Pribadi Tangguh. Sukses menjalankan beberapa bidang bisnis bukan hal mudah bagi Merna. Apalagi, bisnis-bisnis yang dirintis semula tidak sesuai dengan background pendidikannya yang lulusan D3 Sekretaris di Aksema Saint Mary. Namun, hal tersebut bukan halangan bagi Merna. Keinginan besar untuk sukses bahkan mendorongnya untuk belajar hal baru.

Karena itu, Merna berpesan kepada generasi muda khususnya kaum wanita agar menjadi pribadi tangguh dan pantang menyerah. “Jadilah pribadi yang tidak cepat menyerah, apalagi lemah. Sebelum mencoba sesuatu jangan bilang susah, tetap semangat. Apalagi sekarang banyak fasilitas teknologi yang bisa dimanfaatkan. Demikian juga wanita Indonesia, walaupun ibu rumah tangga jangan berkecil hati. Kalian juga bisa berkarya dari rumah, misalnya dengan menjalankan bisnis online. Berusahalah sebaik mungkin,” pesan Merna.

Antara Bisnis, Keluarga dan Arisan

Memiliki anak semata wayang yang telah beranjak dewasa, membuat Merna tidak terlalu kesulitan mengatur waktu antara bisnis dan keluarga. Baik suami atau anak bahkan selalu mendukung setiap kegiatan positif yang dijalankan perempuan berdarah Jakarta-Arab ini.

“Dari pagi hingga siang pukul 2, saya di sekolah. Setelah itu biasanya datang ke arisan atau hangout bersama anak dan suami, teman atau rekan bisnis. Dan kumpul-kumpul kami di arisan juga bukan sekedar bercanda ria, tapi saling sharing bisnis atau melakukan kegiatan social seperti berbagi kepada masyarakat yang membutuhkan. Kami bahkan mengalokasikan dana khusus untuk charity. Kami berharap bisa melakukan sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi orang banyak. Terutama sedikit meringankan beban saudara-saudara kita,” tuturnya.

Toleransi Tinggi

Lahir dari orang tua dengan latar belakang agama yang berbeda, membuat toleransi beragama telah tertanam dalam diri Merna sejak kecil. Bungsu dari 6 bersaudara ini juga terbiasa merayakan Natal bersama saudara-saudara non kristianinya di rumah.

“Sebenarnya di Indonesia toleransi beragamanya sangat tinggi. Saat saya Natalan, saudara-saudara ikut merayakan. Demikian juga saat hari raya setiap tahun, saya bergantian datang ke rumah mereka. Isu politik saja yang membuat hubungan antar umat beragama di tanah air terlihat renggang. Tapi saat ini saya nilai sudah lebih baik dan semoga seterusnya juga demikian. Yang penting balik lagi, kita Pancasila,” tegas Merna.

Bagikan:

Bagikan: