MajalahInspiratif.com, Jakarta – Perkembangan dunia kuliner yang begitu pesat dan selalu diminati, membuat banyak orang tertarik menekuni bisnisnya. Namun karena berkaitan dengan citarasa, maka dibutuhkan standard resep yang pas. Hal inilah yang mendorong Melita Aprilina, menggelar online cooking class yang membantu para pengusaha kuliner skala rumahan hingga bakery mendapatkan resep Cake hingga Pudding yang telah teruji dan pasti enak.
Bisnis kuliner yang dijalankan Melita Aprilina saat ini, bermula dari hobi membuat beragam camilan seperti Roll Cake, Roti hingga Pudding untuk buah hatinya. Di tahun 2016-2017, perempuan yang akrab disapa Melita ini pun memberanikan diri menerima pesanan dari teman hingga kerabat yang kemudian berkembang dari mulut ke mulut.
“Setelah jualan ada beberapa teman yang merasa cocok dengan citarasa kue-kue buatan saya minta diajarkan cara membuatnya. Akhirnya sekitar tahun 2018-2019, saya putuskan untuk buka kursus yang berkembang sampai sekarang,” ujarnya.
Berkah Pandemi. Semula, brand bisnis bertajuk Gileadcake yang dikibarkan Melita juga menawarkan beragam souvenir pesta. Namun, di masa pandemi bisnis tersebut terpaksa off karena tidak ada permintaan.
“Pendemi pula yang mendorong saya lebih fokus memberikan kursus online, karena banyak orang yang takut tatap muka. Bahkan selama pandemi peserta kursus cukup ramai, banyak orang yang tertarik belajar baking dan sebagainya. Saat ini dibanding membuat pesanan, saya lebih banyak memberikan cooking class online, karena keterbatasan waktu dan proses produksinya masih saya jalani sendiri,” terang Melita.
Karena dijalankan secara online, murid-murid cooking class Melita datang dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Mulai dari Medan-Sumatera Utara, Jayapura-Irian Jaya, Aceh, Jakarta, Bandung-Jawa Barat, Palu dan Makassar-Sulawesi Selatan. “Beberapa peserta juga ada yang stay luar negeri seperti Singapura, Australia dan Turki. Saat ini sudah lebih dari 8.000 peserta yang join,” katanya.
Support Kaum Ibu. Keputusan Melita membuka cooking class bukan tanpa alasan. Ia ingin membantu para peserta kursus yang kebanyakan ibu rumah tangga bisa lebih produktif di rumah. “Karena kue-kue yang saya buat tidak menggunakan bahan tambahan makanan seperti cake emulsifier apalagi pengawet, para peserta yang kebanyakan ibu rumah tangga ini mulanya hanya membuat kue untuk anak-anak mereka. Kemudian karena cocok akhirnya mereka berjualan,” terang Melita.
Berbeda dengan resep-resep yang banyak dibagikan di Youtube, internet maupun buku-buku, pembelajaran online cooking class yang digelar Melita memungkinkan para peserta berkonsultasi saat mengalami kendala.
“Di online cooking class ini pembelajarannya memang dua arah. Sehingga para peserta bisa bertanya langsung kepada saya lewat Whatsapp saat mengalami kendala mulai dari ketersediaan bahan di daerah mereka maupun saat kue yang dibuat hasilnya tidak sesuai ekspektasi,” tambahnya.
Informasi terkait kelas kursus yang dibuka biasa dibagikan Melita di Instagram. “Jadi setelah melakukan pembayaran nanti di Instagram private khusus kelas sudah ada video resep yang bisa diakses. Mulanya saya minta para peserta pelajari dahulu, jika ada yang kurang jelas bisa konsul by Whatsapp, saya bimbing secara personal. Bukan melalui grup tapi langsung ke saya,” ujar wanita kelahiran Sorong, 16 April ini.
Resep Jitu. Dijelaskan Melita, meski senantiasa meng-update varian menu kursus, namun ia tidak selalu mengikuti trend yang tengah berkembang atau mengkreasikan menu-menu otentik. Semuanya disesuaikan dengan seleranya.
“Misalnya saat tengah musim Brownies dan kreasinya, kalau menurut saya rasanya tidak enak, maka saya tidak akan buka kelas. Karena saya hanya membuat varian menu yang memang saya suka. Dan rata-rata murid saya mengikuti kelas yang saya buka karena selera kita sama. Kalau seleranya tidak sama, mereka ragu. Saat ini yang menu terbaru ada Picnicroll dan Bollen, namun kelas best seller saya Cheese Pie, Spiku dan Choco Marrie,” terang Melita.
Tiap resep yang dibagikan Melita bukan hanya telah teruji taste dan tampilannya, tapi juga sudah teruji pasar. Sehingga para peserta cooking class tidak perlu repot dan buang waktu untuk uji coba resep. “Tidak perlu trial and error lagi, karena sudah saya uji standard resepnya dan telah teruji di pasaran sebelum saya buka kelasnya. Rata-rata banyak yang cocok,” tekannya.
Demi menghasilkan resep-resep jitu, Melita butuh 2-3 kali trial sebelum launching cooking class. Inspirasi menu-menu baru biasanya ia search di internet. Namun, sebagai pembeda, ia kreasikan antara menu A dan menu B hingga menghasilkan kreasi baru. “Misalnya untuk siraman Pudding, saya tidak menggunakan vla melainkan saus cokelat. Jadi meski basic-nya sama tapi tetap ada yang berbeda. Menyesuaikan selera kita yang layak jual, cantik dan diterima di pasaran,” papar pehobi jalan-jalan ini.
Privet Class. Meski dijalankan secara online, namun konsep yang ditawarkan Melita layaknya sebuah private class. Karena tiap peserta dibimbing hingga berhasil mempraktikkan resep menu yang diikuti.
“Dengan biaya kursus mulai dari Rp 189 ribu hingga Rp 375 ribu, para peserta bisa chat atau telepon saya langsung ketika mengalami kendala seperti tekstur Pudding yang pecah atau Cake dan Roti yang tidak mengembang. Biasanya di proses pembuatan ada step by step yang terlewat atau tidak sesuai arahan saya. Ada juga karena tingkat panas oven yang tidak sesuai. Karena meski menggunakan merek yang sama terkadang panasnya berbeda. Jadi saya jelaskan kembali, kita cari solusinya agar ke depan tidak mengalami kegagalan lagi. Karena saya ingin mereka yang sudah mengeluarkan biaya kursus dengan saya bisa lebih produktif. Sehingga saya tidak ada beban moral,” tegasnya.
Selain itu, Melita juga hanya membuka kelas untuk varian menu yang mudah dan tidak memerlukan modal besar. “Untuk menu seperti Cheese Cake yang bahan utama berupa cheese cream agak sulit didapat di daerah-daerah terpencil, maka saya sarankan peserta dari daerah setempat untuk tidak ikut kelas tersebut. Agar biaya kursus yang sudah mereka keluarkan tidak sia-sia karena menu tersebut tidak bisa mereka jual. Apalagi resep yang saya bagikan menggunakan bahan baku premium, yang harganya exclusive. Jadi saya tidak mau membuat orang susah. Walaupun nilai uangnya tidak seberapa, tapi jika mereka tidak bisa mempraktikkan atau jualan untuk apa join? Sebab saya ingin uang ini jadi berkat buat kita,” ungkapnya.
Untuk itulah, Melita berusaha membuat video sesimple dan sedetail mungkin. Agar mudah dipraktikkan para peserta cooking class. “Sejauh ini, dari ribuan peserta yang ikut kelas saya, hanya 10% saja yang mengalami kendala dan biasanya mereka adalah para pemula,” tambah Melita.
Melita tidak khawatir para peserta yang mengikuti cooking class-nya kelak menjadi competitor bisnis kuliner yang ia jalankan. Ia yakin rezeki setiap orang tidak akan tertukar. Bahkan di lingkungan terdekatnya saat ini ada 4 orang tetangga yang kursus dengannya dan mereka semua berjualan.
“Soal persaingan bukan masalah buat saya. Karena rezeki sudah ditakar, selama niat kita baik. Saya belum punya bakery tapi peserta kursus saya banyak pengusaha bakery. Itu artinya ilmu yang saya berikan sangat berguna, ada kepuasan batin di situ. Dan demi menjaga kepercayaan customer maupun murid-murid, saya berupaya fast respond ketika dihubungi,” imbuh Melita.
Manajemen Waktu. Meski tidak setiap hari, namun hingga saat ini Melita masih menerima pesanan untuk umum. Terutama saat moment tertentu seperti Lebaran dan Natal. Karena operasional Gileadcake maupun cooking class masih di-handle sendiri, Melita berupaya mengatur waktu seefisien mungkin. Agar kewajibannya sebagai seorang istri sekaligus ibu tidak terbengkalai.
“Kalau ada pesanan untuk diantar pagi, biasanya saya mulai produksi pukul 3-4 subuh. Jika diambil siang hari, saya eksekusi setelah anak saya, Sean Madeira Widjaja, berangkat sekolah. Memang harus pintar manajemen waktu. Karena semua made by order, tidak ada ready stock,” tambahnya.
Demikian juga saat akan membuat konten di Instagram Gileadcake atau materi cooking class, dilakukan Melita saat sang anak bersekolah.
Ada kebanggan dalam diri Melita ketika bisa membantu kaum ibu bisa lebih produktif. Ia pun bangga dirinya mampu menjadi perempuan mandiri dan merdeka secara financial meski hanya dari rumah. “Sean, selalu bilang ia bangga dengan saya karena bisa mengajarkan orang membuat kue, sehingga mereka bisa menghasilkan,” ucapnya, bangga.
Pentingnya Me Time. Kesibukan Melita menjalankan bisnis, membuat konten hingga mengajar kursus, tidak menghalanginya untuk memanjakan diri dan bersosial. Di sela-sela waktu, ia masih meluangkan waktu nongkrong di coffee shop sambil menyesap secangkir kopi kesukaan, bersama suami ataupun teman-temannya.
Bagi istri dari Handoko Widjaja ini, menyempatkan me time dan bersosial di tengah kesibukan sangatlah penting. Karena keduanya mampu me-refresh pikiran sehingga tidak jenuh dengan rutinitas harian. “Demikian juga dengan bersosial, kita bisa mengetahui informasi yang sedang update dengan lingkungan dan relasi dan saling bertukar pikiran,” tuturnya. Laili
Info Lebih Lanjut:
Instagram : @gileadcakes
Whatsapp : 0878 3232 3030