Entrepreneur  

Hj. Garnis Mutiara Shavira, S.H., M.H, Peran Istri Dalam Membina Keluarga yang Hebat, Sukses, dan Gemilang

Bagikan:

MajalahInspiratif.com, Jakarta – Terus mengasah potensi diri untuk mengisi kemerdekaan menjadi motivasi bagi Hj. Garnis Mutiara Shavira, S.H., M.H hingga kini sukses mengembangkan bisnis. Di balik kesuksesan sebagai wanita karier, ia pun menyeimbangkan perannya sebagai istri dan juga ibu bagi empat anak

Sebagai generasi penerus bangsa, Hj. Garnis Mutiara Shavira, S.H., M.H menyadari bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia tak lepas dari perjuangan para pahlawan kita baik di daerah maupun nasional.

Wanita yang akrab disapa Madame Shavir ini, memaknai kemerdekaan dengan memiliki mimpi yang besar, bahwa ke depan bangsa Indonesia, bukan hanya dapat bebas berkreasi, bebas mengutarakan pendapat saja, tetapi bangsa Indonesia dapat berkompetisi secara profesi dan ekonomi. Sumber daya manusianya bersaing secara pendapatan serta taraf hidup dengan negara-negara lain yang maju.

“Menurut saya sebagai seorang wanita yang dapat meneruskan perjuangan para pahlawan kita dalam mengisi kemerdekaan, kita harus meng-’upgrade’ diri kita dengan berbagai macam pendidikan, baik formal maupun informal, serta berbagai macam informasi dan wacana yang ada,” terang wanita kelahiran Depok, 11 Agustus ini.

Istri dari Harry Saputra Gani, SH, politikus Anggota DPRD Kota Cirebon ini, menilai sebagai seorang istri juga bukan hanya sekadar melayani suami, tetapi bagaimana kita bisa menjadi partner diskusi suami. Sebagai seorang ibu kita juga harus dapat mendidik anak dengan baik sedini mungkin, tentang adab, akhlak, pengetahuan umum, serta mentalitas yang siap berkompetisi dengan cara yang suportif.

“Maka dari itu, sangatlah penting pendidikan formal maupun informal bagi wanita. Wanita haruslah cerdas secara intelektual untuk meneruskan perjuangan dengan menyiapkan generasi muda unggul yang dapat berkompetisi dengan bangsa lain,” tegas lulusan Pasca Sarjana Universitas Jayabaya Fakultas Hukum Bisnis ini.

Ditambahkan Madame Shavir, seharusnya semua warga negara sudah mendapatkan hak kemerdekaan tersebut, tetapi masih ada warga yang terlihat belum merdeka dikarenakan ketidakmampuan mereka secara akademik, sehingga masih ada warga yang terlihat tertindas dan belum meratanya fasilitas penunjang pendidikan.

“Agar masyarakat dapat memiliki hak kemerdekaan, oleh karena itu Pemerintah harus dapat mengeksekusi kebijakan wajib belajar 12 tahun, sehingga seluruh warga negara Indonesia 100% memiliki strata pendidikan minimal SMU,” jelas ibu dari Diora Kayla Gani, Cleofas Aleandro Gani, Gabrielle Rayadinata Gani, dan Glamoura Magana Sarashanoum.

Madame Shavir juga menekankan bahwa perempuan harus berdaya untuk melakukan segala hal, termasuk mandiri secara finansial. Sangatlah penting ketika kita tidak bergantung kepada siapa pun juga untuk menghidupi diri kita sendiri. Apalagi ketika kita dapat membantu orang lain. Keberhasilan perempuan untuk mandiri secara finansial menjadi hal yang sangat penting mengingat hampir semua aspek kehidupan dipengaruhi oleh kondisi finansial.

“Percaya atau tidak ketika seorang perempuan sudah berhasil mandiri secara finansial, itu dapat membuat perempuan lebih percaya diri dalam segala hal. Hal inilah yang dapat membuat perempuan lebih berani dalam mengambil keputusan secara bebas tanpa dipengaruhi oleh orang lain,” jelas Madame Shavir yang juga menjabat Ketua Garnita Nasdem Kota Cirebon.

Ia menilai pondasi yang kuat di bidang finansial tentunya membuat kita sebagai perempuan dapat diandalkan. Dengan sikap kemandirian tersebut, perempuan dapat menentukan dengan mudah segala keputusan untuk hidupnya ke depan.

Selain itu perempuan mandiri juga dapat meningkatkan taraf kesejahteraan dalam keluarga. Meskipun telah dipenuhi oleh suami, tetapi dengan mandiri secara finansial perempuan dapat memberikan kebutuhan-kebutuhan lain di luar kebutuhan yang wajib. Perempuan mandiri juga tidak bergantung kepada siapa pun dan bisa menetapkan pilihannya sendiri, tanpa keluar dari norma yang ada.

Perempuan juga harus kuat, seperti sudah dibuktikan Madame  Shavir dalam menapaki perjalanan hidupnya, terutama dalam karier dan bisnis, ketika orang-orang memaksanya untuk jatuh, di saat itu pula ia membuktikan diri dengan segudang prestasi, antara lain menjadi Finalis Miss Earth Indonesia, melakoni dunia entertainment, dan melanjutkan studi ke jenjang S2, hingga sukses dalam bisnis fashion muslim syar’i yang merambah sampai ke mancanegara.

Sebagai seorang wanita, Madame Shavir berusaha menyeimbangkan antara perannya sebagai seorang istri, ibu, serta wanita karier. “Seimbang di sini dalam arti ketika bersama suami saya cukupi kebutuhan-kebutuhannya. Mulai dari jasmani dan rohani, romansa kami berdua, teman dalam diskusi dan tukar pendapat, dan satu hal yang penting walaupun kita mandiri secara finansial saya selalu meminta izin dan pendapat apa pun yang ingin saya lakukan kepada suami tercinta,” terangnya.

Dalam bisnis, Madame Shavir lebih fokus pada kebijakan dan strategi. Hal-hal lainnya yang bersifat teknis didelegasi kepada partner-partner atau mitra-mitra dan karyawan.

“Di era digital saat ini kita dapat bekerja dan berwirausaha dari rumah, dengan begitu kita tidak meninggalkan peran sebagai ibu dan istri. Pintar-pintarlah kita melihat peluang yang ada. Kita bisa bekerja menjadi marketing online, afiliator, dropshipper, reseller, dan sebagainya,” tandasnya ramah.

Madame Shavir berpesan kepada wanita Indonesia untuk terus berkarya dan jangan pernah takut bermimpi. “Wujudkanlah mimpimu dengan usaha dan kerja keras. Karena dari sebuah mimpi, kita dapat menghasilkan karya-karya yang akan selalu diingat oleh semua orang. Dan jangan takut akan kegagalan. Perlu diingat orang yang berhasil adalah dia yang mampu bangkit dan belajar dari kegagalannya tanpa kehilangan semangat,” ajaknya.

Mendidik Kemandirian Anak

Madame Shavir dan suaminya memiliki kedekatan yang sangat erat dengan keempat buah hatinya. Mereka selalu meluangkan waktu untuk anak-anak dengan cara berdiskusi dengan mereka dimana pun.

Madame Shavir berharap dapat menjadi pendidik yang cerdas untuk mencetak generasi-generasi yang unggul dan berakhlak mulia. Ia selalu menyemangati anak-anaknya dalam belajar dengan memberikan rewards, apabila mereka mampu mendapatkan prestasi akan mendapatkan hadiah. Tetapi apabila tidak berhasil, ada konsekuensinya. “Misalnya yang saat ini kami lakukan apabila mereka mendapatkan ranking 3 besar kami upgrade HP-nya. Tetapi apabila tidak berhasil, maka hadiah itu tidak mereka dapatkan. Punishmentnya fasilitas kami kurangi. Setiap kami pergi ke tempat tertentu, kami menanyakan kepada anak-anak apa yang mereka lihat dan rasakan dari tempat itu. Lebih kepada studi kasus. Tidak hanya terfokus pada teori, learning by doing. Jadi belajar sambil praktek untuk menambah pengetahuan mereka,” paparnya.

Ia pun menekankan kepada anak-anaknya untuk dapat berkarya sesuai dengan minat dan bakatnya, karena baginya setiap anak mempunyai bakat tersendiri.

Madame Shavir juga mendidik kemandirian bagi anak-anaknya. Meskipun ada asisten rumah tangga, anak-anaknya tetap mencuci piring sendiri sehabis makan, merapikan lemari, membereskan tempat tidur dan buku-buku pelajaran. Disiplin menaruh pakaian kotor di tempat yang sudah diatur dan membuang sampah pada tempatnya, hingga menyiapkan pakaian sekolah sendiri. “Untungnya saya sekolahkan anak yang nomor 1 SMP di pondok pesantren, dia lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri tanpa ada orang tuanya di sampingnya,” ujarnya.

Terhadap pergaulan anak-anak, Madame Shavir membebaskan untuk bergaul dengan segala lapisan, tetapi jika ia menilai ada pengaruh buruk untuk perkembangan anak-anaknya, ia pun akan membatasinya.

“Di era society 5.0 di mana masyarakat dituntut untuk berdampingan dengan teknologi, menguasai, dan memanfaatkan teknologi tersebut. Saya sebagai seorang ibu, dan anak saya nantinya saat ia sudah dewasa mungkin sudah lebih maju dari sekarang harus mampu bersaing dan memiliki kemampuan itu. Memang bukanlah hal yang mudah, tetapi saya sebagai seorang ibu harus mendukung secara sosial, selektif dan bijak demi pembentukan karakternya sehingga dapat mencegah bahaya-bahaya online yang timbul dari era digital ini,” tekan Madame  Shavir.

Kembangkan  Potensi Diri

Kesuksesan Madame Shavir sebagai entrepreneur tak lepas dari keinginannya yang besar untuk menggali potensi diri sejak remaja. Ketika duduk di Kelas 3 SMU, ia sudah menjadi bintang iklan dan model untuk beberapa busana karya para desainer ternama. Wajah dan posenya menghiasi Majalah Cosmo Girl pada waktu itu. Berlanjut ketika kuliah, ia masuk dalam tim promosi kampus, dan menjadi Duta Kampus. Sering didaulat menjadi MC pada acara-acara formal kampus, seperti seminar, launching, dan sebagainya.

Ketika Indonesia menjadi tuan rumah dalam ajang olahraga Sea Games tahun 2007, sebagai Duta Kampus, Madame Shavir dipilih menjadi Liaison Officer yang bertugas mendampingi Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohammad, selama berada di Indonesia. Dunia sinetron dan FTV pernah dilakoninya. Namun, karena tidak benar-benar ingin jadi artis, ia kemudian membatasi diri untuk menerima tawaran peran dan itu memprioritaskan melanjutkan pendidikan di S2. Karena baginya generasi yang hebat bukan terbentuk dari tampilan luar saja, tetapi intelegensia yang tinggi.

Selain menjalani profesi sebagai artis dan model, ia pernah bekerja di Bosowa Group dan Artha Graha Group. Ia kemudian terjun di bisnis fashion muslim dengan brand GeMeS by Shavira Syafari. Sebelumnya ia memperkaya diri dengan pengetahuan, pengalaman, wawasan, dan link yang kuat.

“Sebelum benar-benar fokus di bisnis fashion muslim, saya memutuskan berkarier di perusahaan swasta terlebih dahulu untuk mencari link dan modal usaha. Setelah modal terkumpul saya melepaskan pekerjaan di perusahaan dan mulai usaha sendiri. Saya yang design sendiri… Alhamdulillah saya punya teman-teman yang juga berbisnis di bidang pakaian, ada yang khusus memproduksi kemeja, ada yang gamis, dan sesama pengusaha gamis kami sering bertukar pikiran dan informasi tentang bisnis,” kenangnya.

Desain-desain baju syar’i di bawah label GeMeS by Shavira Syafari milik Madame Shavir banyak diminati masyarakat karena trendy, serta dipadu motif-motif yang menarik, serta bahan yang nyaman dan berkualitas. Biasanya ia akan membuat beberapa desain sebagai contoh, yang kemudian dipakainya sendiri, dan ketika respon teman-temannya bagus maka ia akan memproduksi dalam jumlah banyak.

Madame Shavir mengakui sebenarnya ia tidak terlalu syar’i, karena sebelumnya ia mendesain hijab. Tetapi karena berpikir orang yang terjun di hijab sudah sangat banyak, maka ia mengambil ceruk pasar yang masih cukup besar, yaitu pakaian syar’i. Itu pun dengan sentuhan-sentuhan artistik yang berbeda dengan yang umum ada di pasaran.

“Desain baju syar’i yang saya buat dipermanis dengan motif-motif yang saya suka, yang cerah-cerahseperti warna pastel kesukaan saya. Alhamdulillah saya dan rekan-rekan sesama penjual saling mendukung dan saling support seperti ikut membantu menjual… Alhamdulillah laku… saya juga menawarkan akun saya pada teman-teman follower yang jumlahnya banyak,” ujar penyuka kopi pahit ini.

Dari segi bahan, Madame Shavir menjamin baju-baju syar’i buatannya sangat nyaman dipakai, fleksibel, dan tidak kaku. “Kalau kita pakai baju panjang kan panas ya… saya memilih bahan Armani Silk yang nyaman dipakai, tidak mudah kusut, tidak perlu diseterika, tidak perlu pakai furing, karena bahan Armani Silk tidak transparan, busuiable, wudhuable. Saya sangat mengikuti kaidah-kaidah syar’i dalam mendesain karya-karya saya, dan pastinya selalu up to date,” ujarnya.

Menurut Madame Shavir, bisnis fashion busana muslim sangat bagus ke depan. Apalagi dari pengakuan beberapa client konveksinya yang berasal dari Singapore dan negeri jiran Malaysia. “Client dari Singapore saya buatkan baju kurung, karena trend fashion di sana rata-rata baju kurung. Saya pun memproduksi mukena dan Alhamdulillah sudah sampai ke Malaysia. Memang ada perbedaan trend fashion negara-negara Asia dengan Indonesia. Mereka belum begitu up to date dibandingkan dengan Indonesia yang sudah sangat berkembang pesat. Rata-rata dua negara itu mencari bahan tekstil dan belanja pakaian jadi pun di Indonesia. Maka dari itu saya lihat peluang ke depan sangat bagus sekali ada di dunia fashion muslim. Saya semakin tertarik dan serius di bisnis ini,” antusiasnya.

Saat ini Madama Shavir sedang mengembangkan bisnis fashion brand sendiri dengan memadukan model kekinian serta nilai-nilai budaya lokal Cirebon.  Di sektor UMKM ia sedang melakukan pola kemitraan dengan para pedagang usaha kecil untuk dapat memberikan modal usaha kepada mereka serta pembinaan.

Selain mengembangkan bisnis PT Shavira Gani Indonesia dengan brand produk Pacinmi maupun bisnis clothing GeMeS by Shavira Syafari, Madame Shavir juga  menaruh perhatian lebih di sektor pendidikan.

“Saya dan suami, sedang menginisiasi dengan Ketua Yayasan Runata, yang juga yayasan owner kampus Sekolah Tinggi Bisnis Runata di Bali dan Sahid Roxy di Jakarta, beserta Yayasan Siti Khodijah, yang membawahi yayasan pendidikan TK, SD, SMP Al Azhar Kota Cirebon, mencoba menginisiasi boarding school yang memiliki “concern” di bidang bisnis pariwisata dan nilai keislaman.

Bagikan:

Bagikan: