Hepatitis Akut: Silent Killer yang Harus Diwaspadai

Bagikan:

MajalahInspiratif.com, Jakarta – Beberapa waktu lalu, Kementerian Kesehatan melaporkan telah menemukan dugaan kasus Hepatitis Akut yang belum diketahui penyebabnya pada 18 orang di Indonesia. Kasus tersebut berasal dari Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan Kalimantan Timur. Paling banyak di DKI Jakarta dengan 12 kasus. Apa saja penyebab dan bagaimana cara mencegahnya?

Hepatitis Akut ternyata sedang melanda dunia, dan telah masuk ke Indonesia. Tiga orang anak dilaporkan meninggal dunia akibat terinfeksi penyakit misterius ini.Kementerian Kesehatan sampai saat ini masih melakukan investigasi melalui pemeriksaan panel virus lengkap dan penyelidikan epidemiologi untuk mengetahui lebih lanjut penyebab dari penyakit ini.
Sama seperti Hepatitis pada umumnya, Hepatitis Akut adalah kondisi liver yang mengalami radang atau inflamasi. Hanya saja, penyakit ini terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung dalam jangka waktu yang singkat. Hepatitis Akut umumnya disebabkan oleh infeksi virus. Meski demikian, ada beberapa hal lain yang bisa menyebabkan peradangan pada hati, seperti infeksi bakteri, kerusakan liver, dan cedera pada bagian liver.

Meski belum diketahui pasti penyebab penyakit Hepatitis Akut pada Anak, Prof. Dr. dr. Hanifah Oswari, Sp. A, yang merupakan Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastro Hepatologi RSCM FK UI menyebutkan, dugaan awal disebabkan oleh Adenovirus, SARS CoV-2, virus ABV dll. Virus tersebut utamanya menyerang saluran cerna dan saluran pernafasan.Untuk mencegah risiko infeksi, Prof. Hanifah menyarankan agar orang tua meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan tindakan pencegahan. Langkah awal yang bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

“Untuk mencegah dari saluran pencernaan, jagalah kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun, memastikan makanan atau minuman yang dikonsumsi itu matang, tidak menggunakan alat-alat makan bersama dengan orang lain serta menghindari kontak anak-anak kita dari orang yang sakit agar anak-anak kita tetap sehat,” jelas Peneliti di RSCM dan FK UI ini, dalam keterangan pers-nya.

Selain itu, untuk mencegah penularan Hepatitis Akut melalui saluran pernafasan dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19 seperti memakai masker, menjaga jarak dan mengurangi mobilitas. Upaya lainnya yang dapat dilakukan masyarakat untuk mencegah penularan adalah pemahaman orang tua terhadap gejala awal penyakit Hepatitis Akut.

Prof. Hanifah menyebutkan, secara umum gejala awal penyakit Hepatitis Akut adalah mual, muntah, sakit perut, diare, kadang disertai demam ringan. Selanjutnya, gejala akan semakin berat seperti air kencing berwarna pekat seperti teh dan BAB berwarna putih pucat. Jika anak mengalami gejala-gejala tersebut, orang tua diminta segera memeriksakan anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan diagnosis awal. Jangan menunggu hingga muncul gejala kuning bahkan sampai penurunan kesadaran. Karena kondisi tersebut menunjukkan bahwa infeksi Hepatitis sudah sangat berat. Jika terlambat mendapatkan penanganan medis, maka momentum dokter untuk menolong pasien sangat kecil.

“Bawalah anak-anak kita ke Fasyankes terdekat untuk mendapatkan pertolongan dari tenaga kesehatan. Jangan menunggu sampai gejalanya lebih berat, karena kalau berat kita kehilangan momentum untuk bisa menolong lebih cepat. Apalagi kalau sampai sudah terjadi penurunan kesadaran, maka kesempatan untuk menyelematkannya sangat kecil,” kata Prof. Hanifah.

Penyebab Hepatitis: Virus dan Non Virus

Dilansir dari Alosehat, terdapat dua penyebab Hepatitis Akut yang utama, yakni virus dan non virus. Hepatitis yang disebabkan virus, virusnya akan memengaruhi keparahan dan lamanya penyakit. Ada 5 jenis Hepatitis akibat virus, yaitu:

1. Hepatitis A, virus ini biasanya menyebar melalui makanan, minuman, atau benda-benda yang terkontaminasi feses virus Hepatitis A. Hepatitis A adalah jenis yang paling tidak berisiko karena hampir selalu membaik dengan sendirinya. Kondisi ini tidak menyebabkan peradangan jangka panjang pada hati.
2. Hepatitis B, lebih berbahaya. Pasalnya, virus ini menyebabkan sirosis atau kerusakan liver permanen, gagal liver, dan kanker liver. Kondisi ini bahkan bisa menyebabkan kematian.
3. Hepatitis C, sama seperti hepatitis B. Virus ini menyebar melalui beberapa hal di antaranya kontak dengan jarum yang terkontaminasi, seks tidak aman, bayi yang dilahirkan melalui ibu dengan Hepatitis C dan sedotan. Ini merupakan virus hepatitis yang paling berbahaya. Pasalnya, infeksi virus ini bisa membuat Anda membutuhkan transplantasi hati.
4. Hepatitis D, hanya terjadi jika Anda telah terinfeksi dengan Hepatitis B. Kondisi ini cenderung membuat penyakit semakin parah.
5. Hepatitis E, menyebar di Asia, Meksiko, India, dan Afrika. Beberapa kasus di Amerika biasanya terjadi pada orang yang baru bepergian ke negara dengan penyakit Hepatitis. Penyebaran virus hepatitis ini biasanya terjadi di daerah yang kekurangan air bersih, sanitasi, dan layanan kesehatan.

Sedangkan Hepatitis non virus adalaha Hepatitis Akut tidak hanya disebabkan oleh infeksi virus. Umumnya, ada dua hal lain yang bisa menyebabkan peradangan akut pada hati. Yaitu Racun, zat tertentu membuat hati membengkak dan meradang, seperti alkohol dan obat berlebih serta senyawa berbahaya; dan Penyakit Autoimun, di mana sistem imun menganggap hati sebagai objek berbahaya dan menyerang sel-sel sehat pada hati, sehingga menghambat fungsi organ ini.

Faktor Risiko Hepatitis Akut

Ada beberapa faktor risiko hepatitis yang harus diketahui, di antaranya paparan terhadap darah atau cairan tubuh (seperti penggunaan obat melalui suntikan, hubungan seksual berisiko tinggi, tato, tindik tubuh), kontak dengan orang yang terinfeksi, kebersihan dan sanitasi yang buruk, penyakit liver seperti Hepatitis Autoimun, Hemochromatosis, Penyakit Wilson’s, Alpha-1 Antitrypsin Deficiency, menggunakan obat-obatan tertentu, seperti Amiodarone, Chlorpromazine, Statin, dan Tetracycline, konsumsi alkohol, infeksi HIV.

Jika mendapati gejala, baiknya segera melakukan pemeriksaan dan dilakukan diagnosis kondisi. Dokter akan melakukan pemeriksaan seperti:
• Pemeriksaan Fisik. Dokter akan menekan perut Anda dengan lembut untuk melihat adanya rasa sakit. Dokter juga dapat meraba apakah hati Anda membengkak, atau kulit dan mata menguning.
• Biopsi Hati. Prosedur mengambil sampel jaringan dari hati. Tindakan ini bisa dilakukan menggunakan jarum yang disuntik di kulit tanpa memerlukan operasi.Tes ini membantu dokter untuk menentukan apakah terdapat infeksi atau peradangan serta kerusakan hati.
• Tes Fungsi Hati. Tes ini menggunakan sampel darah untuk menentukan kinerja liver. Tindakan ini melihat proses liver mengeluarkan zat sisa darah, protein, dan enzim. Kadar enzim hati yang tinggi dapat mengindikasikan hati stres atau rusak.
• Tes Darah. Digunakan untuk mendeteksi adanya antibodi virus hepatitis. Nantinya, hasil tes ini akan menentukan apakah peradangan hati akut terjadi akibat virus atau bukan.

Pengobatan dan Pencegahan

Pengobatan hepatitis disesuaikan dengan jenis hepatitis dan tingkat keparahannya. Metode pengobatan untuk hepatitis yang dapat dilakukan meliputi pemberian obat-obatan dan transplantasi hati.
Lalu, bagaimana mencegah risiko terkena Hepatitis? Ada beberapa hal yang dapat dilakukan:
• Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun secara rutin, terutama setelah beraktivitas di luar ruangan dan sebelum menyentuh makanan.
• Melakukan hubungan seksual yang aman, seperti dengan satu pasangan atau menggunakan kondom.
• Tidak berbagi penggunaan barang-barang pribadi, seperti alat cukur atau sikat gigi.
• Mengonsumsi makanan bergizi seimbang, berolahraga, dan beristirahat yang cukup.
• Tidak mengonsumsi minuman beralkohol dan tidak menggunakan NAPZA.
• Tidak mengonsumsi makanan mentah dan air minum yang tidak terjamin kebersihannya
• Melakukan Vaksin Hepatitis sesuai jadwal yang diberikan oleh dokter

Sedangkan untuk mencegah Hepatitis Akut misterius pada anak, pastikan anak Anda rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengonsumsi makanan yang dimasak hingga matang, tidak berbagi alat makan bersama dengan orang lain, dan menghindari kontak dengan orang sakit.

Bagikan:

Bagikan: