CEO PT. Global Insight Utama dan PT. Global Kuliner Indonesia, Ketua Umum Yayasan Darussalam Kota Wisata

H. Adang Wijaya, S.Si., MM: “Pandemi, Sunnatullah untuk Lebih Banyak Menebar Kebaikan…”

Bagikan:

MajalahInspiratif.com, Jakarta – Krisis global yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19 cukup memporak-porandakan dunia ekonomi. Namun, bagi H. Adang Wijaya, pemilik perusahaan yang bergerak di bidang nitrogen dan kuliner, ujian ini merupakan sunnatullah yang justru mengajak semua orang untuk lebih aware pada kesehatan dan sesama manusia.

Meski bisnis Green Nitrogen yang dijalani notabennya berada di luar ruangan dan menyatu dengan SPBU, sehingga tidak terpengaruh kebijakan pemerintah, namun pandemi COVID-19 juga ikut berimbas pada laju bisnis yang di jalani H. Adang Wijaya.

“Pandemi ini kan sifatnya global, seluruh dunia. Jadi dampaknya pasti ada. Berkaitan dengan bisnis yang kami jalani, karena profil bisnis kami tidak di dalam ruangan jadi dampaknya masih terasa namun tidak begitu besar. Yang paling berat itu di bulan Maret 2020, ketika pemberlakuan PSBB pertama, penjualan tersisa hanya 30% dan harus menanggung semua beban karyawan. Demikian juga di bulan Juli 2021 sewaktu masa PPKM, juga dampak terberat. Tapi sekarang sudah mulai aktif lagi, beranjak naik,” tutur sosok yang biasa disapa Adang ini.

Pandemi adalah Sunnatullah. Jika kebanyakan pengusaha begitu berambisi melakukan berbagai cara atau inovasi baru demi bertahan di masa pandemi, tidak demikian dengan apa yang dilakukan Adang. Ia menilai, pandemi membuat daya beli masyarakat menjadi rendah. Sehingga inovasi yang ia lakukan lebih banyak digunakan untuk bertahan.

“Secara bisnis, tidak ada inovasi yang kami lakukan. Tapi kami justu lebih banyak berbagi kebaikan pada sesama manusia. Di bisnis Green Nitrogen maupun Kopi Bang Haji yang terdampak, inovasi yang kami berikan salah satunya ialah berbagi semangat dan keyakinan kepada semua karyawan, berbagi bantuan materi maupun support kepada teman-teman atau saudara-saudara kita yang terjangkit pandemi atau terpapar COVID-19. Jadi inovasinya lebih kepada kegiatan sosial bukan pada bisnis,” tuturnya.

Banyak hal yang mendorong Adang lebih banyak menebar kebaikan di masa pandemi ketimbang melakukan terobasan baru untuk bisnis yang dijalani. Ia menilai, bahwasanya pandemi merupakan sunnatullah yang secara tidak langsung mengajak kita untuk lebih aware kepada kesehatan dan sesama manusia.

“Sama hal dengan perputaran waktu ada siang, ada malam. Di saat siang kita bekerja di saat malam tiba waktunya istirahat dan berdoa saja, jangan kita kelayapan mencari bisnis itu berarti melanggar sunnatullah. Karena saatnya istirahat ya istirahat, bedoa dan menjaga kesehatan. Sama halnya dengan bisnis ini, di saat ada pandemi ya sudah kamu istirahat saja, berdoa dan menjaga kesehatan. Nanti kalau sudah selesai pandemi, badan kita sudah kembali sehat ya kita mulai beraktivitas lagi. Sangat melanggar sunnatullah jika kita tetap mengembara mencari bisnis. Walaupun ada beberapa bisnis yang bagus di saat pandemi. Tapi buat kami, kami lebih banyak membangun kebaikan atau berbagi kebaikan kepada umat manusia,” tekannya.

Bertahan Tanpa PHK. Meski sempat mengalami penurun omset cukup drastis, namun Adang berusaha untuk survive. Lelaki kelahiran Pemalang-Jawa Tengah, 28 Februari ini, tetap bertanggung jawab mencukupi kebutuhan para karyawan.

“Sampai saat ini Alhamdulillah kami tidak ada pengurangan. Tapi memang di pandemi ini kita istirahat sementara. Sebab, ada beberapa outlet yang ditutup sementara walaupun kontraknya masih panjang, karena memang daya belinya rendah. Jadi memang kita rumahkan beberapa karyawan atau kita titipkan di tempat yang ramai. Jadi bukan di-PHK, tetap mereka kami berikan gaji pokok walaupun ada pengurangan salary karena aktivitas mereka juga berkurang. Dan saat ini karena sudah kembali aktif, kita panggil untuk bekerja lagi,” ujar Adang, bijak.

Kepada seluruh karyawan, Adang mengajak mereka untuk selalu menjaga kesehatan diri agar tidak terpapar virus corona. “Saat pandemi ini yang utama adalah bagaimana kita menjaga kesehatan dan juga menjaga ketakutan yang berlebihan. Menjadi seseorang yang taat beragama dan bertawakal kepada Allah SWT, menjaga pergerakan kita agar tidak ceroboh bepergian ke sembarang tempat yang dapat membuat kita terpapar virus corona,” tegasnya.

Cakap Menangkap Peluang. Perjalanan Adang dalam membangun bisnis, membuatnya kiat cakap dalam menangkap peluang pasar. Namun, bagi sosok yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Yayasan Darussalam, Kota Wisata, yakni sebuah yayasan yang mengelola Masjid Darussalam yang berada di perumahan elit Kota Wisata-Cibubur dengan jamaah lebih dari 5.000 orang ini, peluang pasar merupakan sesuatu yang datang dengan cepat dan memerlukan energi untuk segera menangkapnya dengan cepat pula.

“Saya tidak pernah mencari, tetapi peluang itu datang dengan sekelebatan saja. Jadi kalau kita tidak punya energi atau kapasiatas dan tidak punya cukup ilmu untuk menangkapnya maka peluang tersebut mau tidak mau akan diambil orang,” imbuhnya.

Begitu juga ketika ia menangkap peluang bisnis baru yang bisa ia kembangkan di kawasan rest area. Dengan sigap, ia memutuskan untuk mengembangkan bisnis kuliner.

“Kebetulan karena saya sering muter dan melihat ada peluang di rest area dan banyak tempat yang sudah tutup. Sehingga ada kesempatan untuk masuk dengan kerja sama yang lebih baik. Akhirnya kami mengembangkan satu bisnis lain di bidang kuliner. Peluang-peluang itu lahir dengan membangun sinergi dengan brand-brand yang bagus, terutama di rest area. Ada peluang tempat bagus, ada kesempatan untuk mendapatkan posisi lokasi tempat bagus, itu segera kami ambil. Jadi peluang itu tidak pernah kami cari tapi memang hadir di depan mata dan kami cepat harus mengambilnya,” ungkap Adang.

Kunci Sukses. Dituturkan Adang, kesulitan yang kita hadapi saat ini ada karena pandemi, bukan bersifat lokal akibat diri kita sendiri atau karena persaingan maupun sebab bisnis yang tidak maju. Sebagai orang beriman, Adang menyakini ujian atau kegagalan yang ditimbulkan merupakan proses belajar, bukan kerugian.

“Jadi tetap belajar dari semua kegagalan, karena ilmu yang paling penting adalah belajar dari kegagalan. Seorang pengusaha harus punya kapasitas ilmu yang mumpuni. Oleh sebab itu harus terus belajar. Jadi setiap kali gagal bukan karena dia ketakutan atau merasakan kekecewaan tapi memang ongkos dia belajar, agar kegagalan itu tidak datang berikutnya. Dan kegagalan itu bukan kerugiannya tapi ilmu untuk lebih baik lagi dengan kita belajar dari kegagalan itu,” tuturnya penuh nasehat.

Harapan ke Depan. Menuju era new normal dan kondisi pandemi yang kian membaik, Adang berharap cobaan pandemi ini tidak terjadi lagi di masa yang akan datang. “Pandemi ini memang cukup merepotkan dan menyedihkan bagi kita semua. Jangankan kita sebagai pengusaha, negara saja ada yang bangkrut karena pandemi. Ke depan, saya berharap kita bisa lebih baik lagi. Dan pandemi ini mudah-mudahan Allah SWT angkat dan tidak akan datang lagi,” ucapnya penuh harap.

Namun menurut Adang, banyak hikmah yang bisa dipetik dari ujian pandemi COVID-19. Salah satunya belajar bagaimana memiliki usaha yang bisa bertahan saat pandemi. “Alhamdulillah Green Nitrogen bisnisnya di luar ruangan dan juga tidak terganggu oleh kebijakan pemerintah karena adanya di SPBU. Karena memang SPBU jantungnya, aliran darah bagi kegiatan masyarakat. Karena kami hadir di SPBU dan tetap buka di saat pandemi ya Alhamdulillah kami tetap ada pendapatan. Walaupun di awal pandemi tidak mencukupi, tetapi Alhamdulillah sekarang membaik,” pungkasnya. Laili

Kembangkan Bisnis Baru yang Saling Bersinergi. Dijelaskan Adang, PT Global Insight Utama yang menjadi bendera bisnis Green Nitrogen, sejak awal memang sudah menjalin kerja sama dengan pemerintah, dalam hal ini Pertamina. Dan sebagai upaya untuk ikut membantu program Pemerintah dalam mendistribusikan BBM ke seluruh pelosok daerah, PT Global Insight Utama membuka unit usaha Pertashop dengan menjual BBM khusus Pertamax.

“Yang membedakan dengan Pertashop yg dikelola pihak lain adalah adanya ekosistem layanan nitrogen, penjualan gas LPG, dan unit usaha kios bagi para UKM sekitar daerah setempat. Jadi tiap bisnis yang kami jalani semaksimal mungkin saling bersinergi,” ungkap Adang.

Demikian juga dengan usaha-usaha kuliner yang berada di bawah bendera PT. Global Kuliner Indonesia, semuanya mengangkat potensi lokal di lokasi Rest Area Jalan Tol dan Perumahan Kelas Atas seperti di Kota Wisata Cibubur dan Kemang Pratama Bekasi. “Brand yang kami kembangkan adalah Kedai Kopi Bang Haji, dan brand lainnya yang bermitra yaitu Restoran Simpang Raya, Sop Kaki Kambing & Soto Betawi Dudung Roxy, dan Sate Mak Syukur,” jelasnya.

Jaga Kepercayaan Konsumen dengan Kualitas. Dalam dunia bisnis, Adang tak bisa menghindar dari persaingan. Bahka tidak sedikit competitor yang secara tampilan menyerupai bisnis-bisnis yang dijalani. Alih-alih mengurus para pesaing yang terus bermunculan, ia justru berupaya untuk selalu menjaga kualitas.

“Bisnis nitrogen termasuk bisnis yang potensial, makanya persaingannya juga cukup tinggi. Untuk mengetahui apakah outlet tersebut dikelola oleh Green Nitrogen kami memberikan diferensiasi. Yakni pada bagian punggung seragam petugas jika ada logo NITROGEN Keep The Tire Performance, di bagian bawah neon box Enduro Express tertulis: Operated by Green Nitrogen, bagian dalam outlet terdapat daftar layanan dan tarif yang berlogokan nitrogen dan sebagian besar outlet Green Nitrogen tampak bersih, megah dan terawat dengan baik,” tekan Adang.

Lebih lanjut dijelaskan Adang, tampilan outlet Green Nitrogen sebelumnya berwarna merah, namun setelah adanya kebijakan baru Pertamina, semua layanan nitrogen distandardisasi menjadi warna putih dan bertuliskan Enduro Express, karena selain melayani nitrogen dan tambal ban juga menjual pelumas Enduro. Namun pengelolaannya oleh Green Nitrogen.

Bagikan:

Bagikan: