Owner Toko Handuk

Ernie, Terus Berinovasi, Pertahankan Kualitas, dan Loyal Terhadap Customer

Bagikan:

MajalahInspiratif.com, Jakarta – Tidak seperti bisnis pakaian, Ernie menyadari handuk bukanlah produk sandang yang repeat order-nya bisa cepat. Namun, ia sanggup membuktikan bisnis berlabel Toko Handuk yang dirintis sejak puluhan tahun lalu itu, bisa terus eksis bahkan bertumbuh hingga saat ini. Apa saja kiat suksesnya?

Mempertahankan eksistensi bisnis menjadi tantangan bagi semua pelaku usaha, termasuk pengusaha senior. Selain menjaga loyalitas pelanggan lama agar tak berpaling, mereka juga dituntut untuk bisa merebut pasar generasi muda dengan menghadirkan produk maupun layanan jasa yang modern dan kekinian. Hal inilah yang mendorong Ernie, pemilik usaha Toko Handuk untuk terus mencetuskan ide-ide baru yang inovatif dan sesuai perkembangan zaman.

Salah satunya dengan meluncurkan hampers cantik berisi handuk untuk beragam moment istimewa, semacam hadiah ulang tahun, bingkisan untuk perayaan keagamaan seperti Idul Fitri dan Imlek. Atau souvenir untuk siraman akad nikah, tujuh bulanan dan baby shower.

“Bisnis ini sudah kami mulai sejak tahun 2001, tapi awalnya hanya memasarkan saja. Jadi kami membuka toko berlabel Toko Handuk di ITC Mangga Dua, Jakarta. Mulanya juga sekedar coba-coba, karena kebetulan di lokasi yang sama kami juga membuka gerai Jasuke (Jagung Susu Keju),” cerita Ernie.

Luncurkan Local Brand. Seiring waktu, Ernie mencoba mengembangkan bisnis dengan membuat bingkisan berisi handuk. Agar lebih terlihat cantik, tiap helai handuk dapat ditambahkan hiasan berupa bordir logo atau tulisan custom yang bisa di-request dan tanpa minimum order. Tak disangka, inovasi tersebut membuat bisnis Ernie terus diminati.

Sekitar 2-3 tahun menjalankan bisnis, Erni yang membangun bisnis bersama suami memutuskan untuk meluncurkan beberapa produk, salah satunya handuk yang kemudian dipasarkan di toko berlabel Toko Handuk. “Karena permintaan makin banyak dan beragam jadi kami memproduksi beberapa produk berupa handuk dengan dua brand berbeda, yakni Hillmore dan Plush, serta produk homecare seperti keset handuk dan serbet handuk dengan label Home Decor. Dengan harapan harga yang kami tawarkan bisa lebih bersaing dengan brand-brand China yang saat itu cukup mendominasi. Selain itu secara kualitas juga tidak kalah dan mampu mengikuti selera pasar,” tuturnya.

Learning by Doing. Meski telah memiliki banyak pelanggan setia, namun meluncurkan brand lokal tak lantas membuat Toko Handuk melesat begitu saja. Ada banyak lika-liku dan tantangan yang harus dihadapi Ernie.

“Menjual handuk produksi sendiri ternyata tidak mudah, ada banyak kendalanya. Seperti salah memilih desain warna, mempelajari selera pasar seperti apa hingga mengamati apa saja masalah-masalah yang seringkali diributkan pelanggan dalam pemakaian handuk sehari-hari. Tapi dari sana kami belajar untuk mendapatkan produk yang tidak pasaran. Semua learning by doing,” tekannya.

Pada tiap desain baru yang diluncurkan Ernie, sengaja ia membatasi jumlah produksi. Sehingga ketika desain tersebut habis maka tidak ada repeat order, tapi akan buat desain ter-update. “Butuh kesabaran dan kemauan untuk terus belajar agar bisnis ini bisa maju. Saya butuh waktu sekitar 6-8 tahun untuk mengecap indahnya kesuksesan,” tambah Ernie.

Lika-liku Bisnis. Sejak awal terjun ke dunia bisnis, tidak ada strategi marketing khusus yang dilakukan Ernie. Namun, di awal merintis ia tak segan terjun langsung menjaga dan melayani pelanggan yang datang ke toko.

“Sebagai owner saya standby di toko, segala masukan maupun keluhan customer seputar handuk saya layani langsung. Dari mereka pula saya mempelajari kualitas bahan dan warna seperti apa yang dibutuhkan serta disukai pelanggan. Ketika itu juga tidak ada harga pas, jadi proses tawar-menawar pasti ada. Saya pun tidak memberikan harga yang terlalu tinggi, yang terpenting kami mendapat banyak pelanggan,” ungkap perempuan kelahiran Riau, 10 Mei ini.

Layaknya dunia bisnis, Ernie pun tak lepas dari persaingan dan lika-liku bisnis. beberapa kali ia sempat mengalami kejadian tidak mengenakkan. Seperti kontrak toko yang tiba-tiba tidak diperpanjang pemiliknya karena ada penyewa baru yang berani memberikan harga yang lebih tinggi, hingga musibah banjir Jakarta yang merendam rumah Ernie sekaligus gudang penyimpanan handuk.

“”Semua stok barang di gudang rusak terendam lumpur pasca banjir besar Jakarta kala itu. Tapi kami berusaha untuk bangkit meski dengan modal terbatas, karena kami menyadari kegagalan dalam bisnis adalah suatu hal yang biasa,” ujarnya.

Saat pandemi COVID-19 lalu, Toko Handuk juga mengalami dampak buruk. Selain mengalami penurunan omset akibat anjloknya penjualan, Ernie juga dipaksa untuk mengubah media pemasaran dari offline menjadi online. “Sebenarnya sebelum COVID-19 saya sudah mulai belajar digital marketing secara otodidak, namun belum terlalu mendalam. Saya belajar bagaimana membuat konten foto maupun video yang manarik dari Youtube. Meskipun pemesanan online tidak seramai tahun-tahun sebelumnya karena handuk memang bukan kebutuhan primer, namun kami bersyukur tetap bisa bertahan tanpa ada pengurangan karyawan,” ucap Ernie, yang menyasar semua segmen pasar sebagai target market.

 Sesuai Budget. Dijelaskan Ernie, sejauh ini Toko Handuk membuat dan memasarkan beragam jenis handuk. Mulai dari handuk wajah, handuk mandi, handuk tangan, handuk baju hingga handuk keset. Semuanya bisa dibeli per helai atau pun dalam bentuk hampers untuk

“Untuk bahan kami pilih dari 100% Cotton, Royan Cellulose dan TENCEL TM. Dengan ketebalan beragam , semua produk memiliki kemampuan  daya serap sangat baik dan nyaman digunakan. Khusus untuk handuk mandi atau handuk baju tersedia untuk semua ukuran mulai dari bayi, anak-anak hingga dewasa. Untuk handuk bayi biasanya berbahan halus yang sesuai kondisi kulit mereka. Dan untuk anak-anak ada juga yang bermotif karakter tertentu yang tengah in, tapi biasanya dalam jumlah terbatas,” papar Ernie.

Ernie juga sudah sangat memahami apa yang menjadi kebutuhan pasar. Misalnya mengenai harga jual, Ernie tak segan memberikan penawaran yang sesuai budget customer sehingga bisa dijangkau semua kalangan. Selain itu ia juga tidak membebani pembeli dengan minimum order.

“Berapa pun jumlahnya, meski hanya satu dan minta ditambahkan bordir logo atau tulisan sesuai custom tetap kami layani. Harga mulai dari Rp 20 ribu untuk hampers, tergantung jenis bahan, ukuran dan bordir, tapi belum termasuk tambahan box atau tas yang kami desain serba guna,” tambahnya.

Hingga saat ini, selain masih melayani pembelian secara offline dan online, Ernie juga telah memiliki beberapa reseller baik di Jakarta maupun di luar kota. “Untuk reseller biasanya saya arahkan ke toko, mereka juga biasanya menjual secara offline. Untuk pemesanan online, pembayaran harus dilakukan terlebih dahulu via transfer,” jelas Ernie, yang sempat menjadi sponsor souvenir sejumlah artis Ibukota.

Customer Rasa Sahabat

Munculnya para pemain baru tak lantas membuat Ernie kehilangan pelanggan. Bahkan tidak sedikit pelanggan lama yang tetap bertahan sampai saat ini. Selain karena kepiawaian Ernie dalam berinovasi dan menjaga kualitas produk, ia juga berupaya untuk menjaga loyalitas pelanggan. Salah satunya dengan memperlakukan mereka layaknya teman atau sahabat.

Customer rasa sahabat, mungkin seperti itu gambaran kedekatan saya dan pelanggan. Meski saat ini saya tak lagi standby di toko tak jarang pelanggan lama tetap minta saya yang melayani. Saya pun berupaya untuk handle mereka dengan serius, ajak mereka ngobrol walaupun tidak membeli. Bahkan saat moment special mereka seperti ulang tahun, Lebaran, Natal atau Imlek saya kirim hampers dan notice mereka secara langsung lewat Whatsapp atau telepon. Sehingga mereka jadi loyal dan tak segan merekomendasikan Toko Handuk kepada keluarga maupun teman,” tuturnya.

Tetap Prioritaskan Keluarga

Menjalankan bisnis bersama suami memudahkan langkah Ernie untuk lebih berkembang. Keduanya pun kompak berbagi tugas baik dalam keluarga maupun bisnis. “Dalam membangun usaha ini kami punya job desk masing-masing, suami di bagian desain sedangkan saya bagian marketing.

Meski mampu menghasilkan pendapatan sendiri, tak lantas mengurangi rasa hormat Ernie terhadap suami. Ia pun berupaya untuk selalu menomorsatukan keluarga dan membagi waktu seefektif mungkin. Sehingga tidak mengganggu waktunya dalam mendampingi kedua buah hati tercinta.

“Saya mulai terjun ke bisnis sejak belum memiliki anak. Dan ketika anak pertama dan kedua lahir saya berusaha memberikan hak mereka untuk mendapatkan ASI. Di sela kesibukan melayani pembeli saya sempatkan waktu untuk pumping ASI kemudian saya kirim lewat ojek tiap  2 jam. Begitu sampai di rumah saya berikan ASI secara langsung. Hingga kini, meski bekerja dari rumah saya hanya bekerja di jam-jam tidur mereka, selebihnya saya dampingi mereka main atau belajar. Jadi buat saya keluarga tetap prioritas utama,” papar Ernie yang kini menjadikan weekend sebagai waktu keluarga. Laili

Info Lebih Lanjut:

Toko Handuk

ITC Mangga Dua Lt. 3 Blok A No. 98

Instagram      : toko_handuk

Website          : tokohanduk.net

Hatsapp         : 081514700790

Bagikan:

Bagikan: