Woman-preneur

Dwinta Octaviani Putri, S. Kom: Sukses Bangun Bisnis Bermodal Kuota

Bagikan:

MajalahInspiratif.com, Jakarta – Seringkali, desakan kebutuhan hidup yang makin tinggi mendorong banyak orang untuk kreatif dalam mencari income tambahan. Seperti halnya Dwinta Octaviani Putri, yang memberanikan diri terjun ke dunia bisnis agar tetap bisa membantu suami dalam menopang ekonomi keluarga. Bermodalkan tekad, bisnis yang dimulai dari skala dropship kini berkembang pesat menjadi stocker beberapa produk fashion yang pelanggannya juga datang dari beberapa negara.

Setelah menikah dan dianugerahi seorang anak, Dwinta Octaviani Putri, memutuskan untuk resign dari pekerjaannya di salah satu bank. Namun, karena terbiasa mandiri dan bisa menghasilkan uang dari jerih payah sendiri, perempuan yang akrab disapa Dwinta ini terdorong mencari kesibukan lain di luar mengurus suami dan buah hati.

“Waktu itu awal pandemi, hidup juga lagi susah padahal saya dalam kondisi jobless. Bahkan ketika orang sibuk membeli masker, saya tidak punya uang untuk membelinya. Akhirnya, terdorong untuk menjadi dropshipper masker cantik asal China, lalu keuntungan yang saya dapat saya gunakan untuk membeli masker untuk digunakan sendiri. Ketika itu saya hanya minta bantuan ke teman-teman di Instagram, ternyata responnya sangat bagus dan mampu meningkatkan followers saya dari yang awalnya hanya 100 naik menjadi 1.000 lalu tambah lagi menjadi 3.000,” cerita Dwinta.

Modal Kuota. Larisnya penjualan masker yang ditawarkan, mampu menjadi mood booster yang menyemangati perempuan kelahiran Pariaman, 21 Oktober ini. Dwinta pun kian terdorong untuk melirik bisnis-bisnis potensial lainnya. Saat aturan Pemerintah yang memberlakukan work from home (WFH) mengharuskan masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, Dwinta menangkap peluang bisnis baru. Ia mencoba menawarkan ragam home dress seperti piyama dan lingerie.

“Sama seperti masker, untuk busana tidur tersebut saya juga hanya sebagai dropshipper yang bermodalkan kuota internet. Tetapi, dengan rajin meng-upload foto-foto piyama atau lingerie di Instagram, orderan yang masuk cukup bagus, sehari bisa terjual 20-30 pieces,” ucapnya, bangga.

Memasuki era new normal di mana masyarakat mulai kembali beraktivitas di luar rumah, Dwinta kembali memutar otak, guna mencari usaha lain yang lebih prospektif. Mengandalkan laman Instagram pribadi, ia menawarkan ragam produk fashion, mulai dari baju, celana, sandal hingga sepatu. “Saya coba menawarkan apa saja yang sekiranya diminati pasar dan tentunya bisa mneghasilkan keuntungan tanpa harus mengeluarkan banyak modal,” tekan Dwinta.

Konsisten Berpromosi. Seiring waktu, Dwinta bukan sakedar rajin mem-posting produk-produk yang ditawarkan, tapi juga kreatif dalam membuat konten-konten yang mampu menarik minat para pengguna media sosial untuk mampir ke laman Instagramnya. Hal inilah yang membuat followers dan pelanggan akun Instagram dengan nama @mimiceshop tersebut terus bertambah.
Ditekankan Dwinta, ketika memutuskan untuk berjualan ia berupaya konsisten dalam melakukan penawaran. “Apapun jualannya yang terpenting itu konsisten dan harus rajin berpromosi, baik lewat endorse maupun promote paid, atau membuat konten-konten menarik dalam bentuk foto ataupun video. Sebab, kalau barang yang kita tawarkan bagus tetapi kontennya kurang menarik, orang juga tidak berminat,” tegasnya.

Naik Kelas Jadi Stockiest. Meski setiap hari tetap ada penjualan, namun Dwinta merasa kian hari peminat dari barang-barang yang ia tawarkan kian menurun. Pada pertengahan tahun 2021, ia memutuskan untuk hijrah dari tanah kelahirannnya di Padang-Sumatera Barat, ke Bandung-Jawa Barat, karena ingin merambah bisnis di kota yang lebih besar.

“Kebetulan waktu di Padang kami hanya mengontrak sebuah rumah, sedangkan di Bandung ada rumah dari keluarga suami. Karena kami pindah menjelang Lebaran, iseng-iseng saya mencoba menjual sepatu branded. Lagi-lagi awalnya hanya dropship, dan ternyata peminatnya banyak. Bahkan followers saya meroket sampai 20 ribu. Hingga saya menemukan peluang untuk jadi stockiest sepatu import asal China berlabel Zara. Namun, 2-3 minggu sebelumnya saya sudah menggelar open PO. Ternyata banyak peminatnya, bisa sampe 100 orang yang ikut PO. Dari situ saya semakin yakin untuk mulai stock, dan sekarang saya sudah punya 10 reseller dan puluhan dropshipper di berbagai daerah di Indonesia. Mulai dari Pontianak Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera Utara, dengan minimal order sebanyak 5 series untuk reseller dan 3 pieces untuk dropshipper,” ungkap Dwinta, penuh syukur.

The power of Instagram yang mampu menjangkau para penggunanya di seluruh dunia, juga makin memperluas pasar @dwintaocta.id hingga ke luar negeri. Baru-baru ini, kecantikan desain sepatu Zara yang dipajang di Instagram, dilirik pelangan asal Singapura, Malaysia, New Zeeland hingga Maroko. “Jadi mereka lihat di IG @dwintaocta.id, lalu chat dan pesan. Tapi memang harus diperhatikan juga biaya cukainya,” ujar Dwinta, yang saat ini masih menjadi dropshipper piyama dan lingerie.

Rambah Bisnis Hijab. Dijelaskan Dwinta, apa yang dijualnya kebanyakan adalah produk-produk yang memang ia kenakan. Sehingga ia memahami keunggulan dan kualitas dari produk yang ditawarkan. Dan sebagai muslimah yang mengenakan kerudung, ia pun tertarik merambah bisnis hijab.

Bisnis dengan brand Micescraf tersebut dirintis Dwinta di awal tahun 2022. Menawarkan Pasmina Inner lokal dengan warna-warni yang lengkap. “Walaupun belum punya konveksi, masih bekerja sama dengan pihak lain, tapi soal kualitas bahan sangat saya perhatikan. Meski saat ini saya belum terlalu fokus di bisnis hijab, tapi orderan yang masuk setiap hari selalu ada. Rencananya kami akan merekrut admin supaya bisa membantu saya merespon chat ataupun pesanan yang masuk. Dan ke depan, semua bisnis akan kami masukkan juga di market place,” lanjut Dwinta.

Jaga Kualitas dan Hubungan Baik dengan Customer. Seperti usaha pada umumnya, bisnis online yang dijalankan Dwinta juga tak bisa mengelak dari persaingan. Bahkan tak jarang para kompetitor memberikan harga yang jauh lebih murah. Namun, hal tersebut tidak terlalu merisaukan Dwinta. Ia menyakini rezeki setiap orang sudah diatur Sang Maha Kuasa.

“Menurut saya kita bisa meniru jualan orang lain tapi tidak bisa meniru rezeki orang lain. Dan saya selalu menjaga hubungan baik dengan konsumen. Saking dekatnya hubungan kami, mereka nyaman bercerita tentang berbagai hal kepada saya. Oleh sebab itu sekalipun barang yang saya jual mahal mereka lebih milih order sama saya karena pembawaan saya yang mereka nilai friendly. Mereka juga sering repeat order, jadi apa yang saya posting mereka beli,” terangnya.

Meski demikian, Dwinta tak ingin mengecewakan customer dengan memberikan produk berkualitas murahan. Untuk itu, setiap produk yang akan ia jual telah melalui proses seleksi yang cukup ketat.

“Saat ini, saya punya empat akun Instagram online shop dengan produk-produk berbeda. Yakni @mimiceshop yakni olshop yang menawarkan ragam tas dan sepatu branded, @micescraf olshop untuk pasmina inner, @dwintaocta.id olshop yang menjual piyama dan fashion lainnya, serta @totebagbymimice olshop yang menjual tote bag custom nama. Sebelum dipasarkan, saya memastikan jika produk-produk tersebut memiliki kualitas bagus. Misalnya masker, selain desainnya yang cantik, aromanya juga harum dan tidak sakit di telinga. Makanya saya berani jual 25 ribu per pieces. Begitu juga dengan piyama impor, material bahannya lembut seperti sutera, saya jual 200-250 ribu per set. Dan saya ambil dari beberapa supplier terbaik,” tutur Dwinta, yang selalu sabar melayani customer, terutama mereka yang kerap rewel.

Kembangkan Bisnis Bersama Suami. Keputusan Dwinta untuk resign dari pekerjaan tetap setahun kemudian juga diikuti oleh sang suami, Hecky Firman. ST, MM, yang kemudian merintis usaha cetak foto online. Keduanya, memang menginginkan bekerja dari rumah agar bisa terus mengawasi tumbuh kembang buah hati.

“Di awal pandemi, karena banyak orang yang tidak bisa ke mana-mana dan merasa bosan di rumah aja, bisnis cetak foto online suami justru banjir permintaan. Namun, begitu masuk masa new normal omsetnya turun. Sehingga memacu saya untuk menjajal bisnis, meski awalnya pesimis dan hanya terdorong oleh keinginan bisa punya masker. Tapi, antusias konsumen begitu besar, saya mulai semangat untuk menjual produk lain. Terkadang ada yang minta dicarikan produk tertentu, saya bantu cari ke supplier. Dan saya fleksibel, tidak terpaku pada salah satu brand ataupun supplier,” tekannya.

Saat ini, bersama suami, Dwinta bahu membahu mengembangkan bisnis. Keduanya berbagi tugas agar kelancaran bisnis tidak mengganggu keharmonisan keluarga. “Karena belum punya admin, jadi hingga saat ini pesanan maupun chat konsumen masih saya handle. Saya juga bekerja sambil mengurus anak. Biasanya setelah anak-anak mandi dan makan, baru saya mulai membalas chat sambil temani mereka main. Sore hari, suami packing pesanan yang sudah masuk, malam baru dikirim,” papar ibunda dari Aleesa dan Dhefin, yang setiap pagi selalu menyempatkan waktu memasak untuk santap keluarga kecilnya.
Meski diawali tanpa modal besar, namun perjuangan Dwinta menggapai sukses tidak bisa dipandang sebelah mata. Selain berani mencoba hal-hal baru, kemauan untuk maju mampu mengalahkan rasa pesimis yang sempat mendera.

“Biasanya saya baru tidur pukul 2-3 pagi, karena harus memikirkan konten yang akan kami angkat besok. Meski waktu untuk me time sangat berkurang, tapi saya menyadari dalam proses perjuangan selalu ada hal-hal yang harus kita korbankan, teruma ego kita,” ujar Dwinta.

Untuk mengatasi rasa jenuh yang datang, perempuan yang selalu menyisihkan sebagian pendapatannya untuk disedekahkan kepada sesama dan kucing-kucing liar ini, mencoba untuk lebih banyak bersyukur atas segala yang telah ia capai hingga sampai di titik ini.

“Saat bosan dengan rutinitas di rumah, biasanya saya ajak suami pergi nonton ke mall atau menginap di hotel. Meski tetap urus bisnis tapi suasana berbeda mampu menghadirkan mood yang berbeda juga. 2 jam shopping di mal saja sudah cukup membahagiakan buat saya,” ujarnya seraya terbahak. Laili Rahmiah

Bagikan:

Bagikan: