Anggota DPRD DKI dari Fraksi Gerindra

Drs. H.Abdul Ghoni: Gelar Vaksinasi dan Bagikan Sembako Gratis untuk Masyarakat Terdampak Pandemi

Bagikan:

MajalahInspiratif.com, Jakarta- Sebagai salah satu putra Betawi yang saat ini mengemban amanah sebagai anggota DPRD, H. Abdul Ghoni, merasa terpanggil untuk ikut mendukung Pemerintah mengentaskan angka penyebaran COVID-19 di Ibukota. Selain menggerakkan masyarakat untuk selalu taat protokol kesehatan COVID-19, ia juga menggelar vaksinasi dan membagikan paket sembako gratis untuk masyarakat sekitar Jakarta Selatan.

Pandemi COVID-19 masih terus menyebar di Indonesia, bahkan kini timbul varian-varian baru yang seringkali tidak terdeteksi para pengidapnya. Berbagai cara telah dilakukan Pemerintah guna memperkecil angka penyebaran. Salah satunya dengan mewajibkan vaksinasi bagi seluruh masyarakat berusia 12 tahun ke atas.

Seakan merasa terpanggil untuk mendukung dan membantu Pemerintah dalam menuntaskan wabah yang penyebarannya mendunia ini, H. Abdul Ghoni, selaku Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Gerindra, melakukan berbagai tindakan konkrit. Mulai dari mengajak masyarakat untuk mematuhi protokol COVID-19 hingga menggelar vaksninasi.

“Pandemi ini dampaknya bukan hanya pada kesehatan masyarakat, tapi juga segi sosial serta ekonomi. Dan untuk penanganannya sudah memakan biaya yang sangat luar biasa. Kami selaku Anggota DPRD DKI Jakarta mempunyai kewajiban salah satunya melaksanakan sosialisasi peraturan daerah terkait penanggulangan COVID-19. Saya menginformasikan kepada masyarakat kita harus mentaati protokol kesehatan COVID-19, jangan anggap kita kebal. Saran saya bagaimanapun 3M kita harus patuhi. Karena efek pandemi ini menghambat pembangunan dan pelayanan masyarakat. Bahkan pemakaman juga sudah overload dan tim medis juga banyak yang tumbang,” tutur sosok yang akrab disapa Bang Ghoni ini.

Sebagai bentuk kongkrit, sepanjang pandemi Bang Ghoni juga membagikan paket sembako untuk masyarakat terdampak pandemi, menggelar vaksin tingkat RW, hingga menyediakan konsumsi untuk kegiatan vaksinasi di RPTRA Taman Gajah, kelurahan Cipete Selatan
Bentuk kerja nyata yang dilakoni, bagi Bang Ghoni merupakan salah satu wujud pengabdiannya sebagai Wakil Rakyat yang bukan sekadar menampung dan menjalankan aspirasi, namun juga selalu ada ketika dibutuhkan. Bahkan, beragam kegiatan sosial kemasyarakatan sudah sering ia lakukan jauh sebelum pandemi.

“Saya selalu berusaha dekat dengan rakyat, ketika mereka butuh bantuan semampu saya akan saya bantu. Tidak hanya dalam bentuk uang tapi bantuan hukum untuk masyarakat tidak mampu juga kami sediakan. Kita kompak membangun Jakarta Selatan,” ucap Bang Ghoni, yang tak segan menyalurkan dana untuk pengajian remaja, pengobatan gratis, kegiatan 17-an hingga santunan yatim.
Perjalanan Karier. Sebelum terjun ke dunia politik, Bang Ghoni sempat menjejakkan karier sebagai tenaga profesional di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Kala itu, ia hanya 1 dari 12 orang bersuku Betawi di antara ribuan karyawan BEJ.

“Hampir 12 tahun saya bekerja di BEJ. Dan saat itu saya merasa miris karena di tanah Betawi, orang-orang Betawi yang bisa berkarier di satu perusahaan besar masih sangat sedikit. Begitu juga di tingkat Parlemen, mereka yang berdarah Betawi bisa dihitung jari. Saat reformasi saya melihat suatu perubahan yang sangat drastis. Negara yang awalnya dipimpin oleh orang-orang tertentu saja, dengan terobosan dari tokoh-tokoh reformasi akhirnya bisa menjadi negara demokratis seutuhnya. Dan saya sebagai putra daerah juga tidak mau jadi penonton di daerah saya sendiri, tapi saya harus berkiprah, berpolitik. Karena tidak ada jabatan atau posisi apapun diberikan begitu saja tanpa perjuangan. Jadi sebagai putra daerah saya harus berbuat, saya tidak ingin kampung saya sendiri diurus orang lain. Supaya kita bisa menentukan apa arah serta tujuan masyarakat Betawi,” tekannya.

Keinginan untuk membawa nama Betawi dan mengajak para putra Betawi untuk berjuang, direalisasikan Bang Ghoni dengan memprakarsai terbentuknya Forum Komunikasi Anak Betawi (FORKABI) pada tahun 2000, yang kemudian menjadi kendaraannya dalam mengarungi dunia politik. “FORKABI merupakan cikal bakalnya saya berpolitik, Kalau dulu di Jakarta ada kelompok-kelompok daerah lain yang justru membuat anak-anak Betawi terintimidasi di tanah kelahirannya sendiri, lewat FORKABI saya mengajak para putra Betawi untuk berbuat sesuatu yang tentunya bermanfaat bagi kita semua. Alhamdulillah, sampai sekarang sudah 20 tahun berdiri dan dari FORKABI banyak kader-kader politik yang kini sudah duduk di Parlemen. Istilahnya orang Betawi sudah melek politik,” tutur Bang Ghoni, bangga.

Lebih lanjut diceritakan Bang Ghoni, usai FORKABI dilegalkan sebagai Organisasi Masyarakat (Ormas) di tahun 2001, dirinya memutuskan untuk resign dari BEJ, demi fokus pada dunia barunya. “Setelah keluar dari BEJ, saya fokus 3 tahun di partai, karena waktu itu saya masih awam di politik. Tahun 2004, saya mencalonkan diri sebagai Anggota DPRD Jakarta dari Partai Amanat Nasional (PAN), Alhamdulillah saya terpilih hingga periode 2009. Kemudian saya mencalonkan kembali, tapi Tuhan belum mengizinkan. Di 2014 saya pindah ke Gerindra, Alhamdulillah saya diberikan kepercayaan oleh masyarakat dan terpilih sampai sekarang,” tutur sosok kelahiran Jakarta, 61 tahun silam ini.

Keluarga sebagai Tameng agar Selalu Amanah. Mengemban tugas sebagai wakil rakyat, bagi Bang Ghoni berarti menjalani tugas mulia yang penuh dengan ujian, terutama dari hal-hal terkait amanah rakyat. Apalagi, ketika menjabat sebagai Ketua Fraksi Gerindra, ia sempat diperiksa KPK dan menjadi saksi untuk kasus reklamasi yang menyeret salah satu anggotanya.

“Pengalaman saya sebagai saksi tersebut seakan mengingatkan saya untuk selalu on the track dalam menjaga amanah rakyat. Namun, tersentuh hukum merupakan salah satu dinamika hidup. Semua orang pasti pernah mengalami, meski sekedar melanggar lalu lintas kemudian ditilang. Akan tetapi saya jaga jangan sampai saya terkena kasus hukum, karena saya public figure, anggota Dewan. Alhamdulillah dari tahun 2004 hingga sekarang saya hindarkan itu. Saya menekan diri saya sendiri bahwa saya harus kuat. Ini berbahaya, saya harus menghindar. Makanya sejak tahun 2004 saya tidak menambah atau mengurangi kekayaan, Insaa Allah, saya bisa selamat,” tekan Bang Ghoni.

Ditambahkan alumnus Universitas Krisnadwipayana (UNKRIS) ini, keluarga merupakan tameng untuknya menghindar dari hal-hal yang kelak bisa menyeretnya ke dalam kasus hukum seperti korupsi maupun skandal lain. “Saya ingat anak-anak dan cucu saya, karena yang namanya pembisik-pembisik setan dan ujian banyak, tergantung kita bisa mengendalikan diri kita sendiri atau tidak. Kalau ingat orang rumah dan cucu pasti berfikir jauh. Saya punya anak 3, saya berfikir bagaimana kalau anak saya seperti itu. Pasti godaan berat tapi kita juga tidak boleh sombong,” tegasnya.

Bang Ghoni pun bersyukur memiliki istri dan anak-anak yang tidak banyak menuntut secara finansial. Bahkan sang istri, Nova Artika, selalu menekankan pada dirinya untuk selalu istiqomah dan merasa cukup dengan gaji yang ia dapat sebagai anggota Dewan. “Kita nikmatin saja gaji yang kita dapat, fasilitas yang kita dapat. Cukup tidak cukup harus kita cukupi,” ujar Bang Ghoni, menirukan imbauan sang istri.

Tingginya ongkos kampaye untuk menduduki jabatan sebagai anggota Dewan, disinyalir menjadi penyebab para pejabat negeri melakukan berbagai cara untuk mengumpulkan modal, mulai dari berhutang hingga melanggar hukum dengan merampas uang rakyat. Hal inilah yang sangat dihindari oleh Bang Ghoni.

“Alhamdulillah, ormas-ormas yang selama ini saya besarkan terus bertumbuh dan senantiasa saya rangkul, sebagai kendaraan kedua dari karier politik yang saya jalani. Alhamdulillah, kami diberi kepercayaan untuk memimpin dan anak buah saya hampir 700 ribu orang se-Jabodetabek. Dan kalau kita ikhlas, amanah, pasti masyarakat akan memilih. Pokoknya kalau mencari kekayaan bukan di Dewan, tapi kalau untuk berbakti, berbuat untuk masyarakat itu di Dewan. Misalkan jalanan di lingkungan rumah kita belum diaspal, ya kita sebagai anggota Dewan memperbaiki. Jadi itu yang saya jaga dari tahun 2000 saya memimpin organisasi. Saya tidak pernah menambah sejengkal harta saya dan tidak pernah mengurangi. Fokus saya sebagai anggota Dewan sesuai tupoksi saya memperjuangkan aspirasi masyarakat,” tandasnya.

Me Time dengan Sowan ke Ulama dan Habaib. Selain dikenal masyarakat sebagai sosok yang humble, Bang Ghoni juga akrab dengan para ulama dan habaib. Di tengah kesibukan sebagai Anggota DPRD DKI, ia memang selalu menyempatkan waktu untuk sowan ke rumah maupun pondok pesantren para kiai. “Saya senang bersilaturahmi ke rumah Pak Kyai yang banyak support saya, jadi kita rangkul semua pihak untuk menuju pada kebaikan,” ujar sosok yang juga dipercaya menjabat sebagai Bendahara Forum Kuliah Subuh Cilandak ini.

Bang Ghoni juga mengajak semua pihak, terutama aparat keamanan untuk merangkul ormas-ormas yang tumbuh di masyarakat. Menurut pecinta olahraga golf ini, ormas bukanlah kumpulan orang-orang yang harus dimusuhi. “Ketika ormas menimbulkan keributan, sumber penyebabnya karena mereka lapar. Sebab kalau mereka kenyang tidak akan ricuh. Apalagi negara dibiayai oleh rakyat melalui pajak, dan sejelek-jeleknya orang pasti bayar pajak meskipun dari motor yang sudah butut. Jadi semua lapisan masyarakat ikut andil dalam membangun negara. Kalau dahulu di Jakarta sering ribut antar kelompok, tapi sekarang Alhamdulillah tidak ada. Karena kita berupaya untuk merangkul mereka, memberikan pelatihan yang bisa meningkatkan skill maupun pengetahuan dan pengalaman. Untuk dananya bisa kita minta dari Pemerintah. Saya sebagai anggota Dewan ketika rapat anggaran selalu menekankan bahwa itu bukan uang kita, tetapi uang rakyat yang harus dikembalikan ke rakyat. Semua punya hak yang sama, jadi kita harus menghormati,” himbaunya.

Lakukan Regenerasi Putra Betawi. Sadar perjuangan harus terus dilanjutkan, Bang Ghoni melakukan regenerasi putra Betawi. Ia tak ingin orang Betawi sekadar menjadi penonton di tanah Jakarta. “Jakarta sebagai Ibukota mau dibentuk seperti apa, tergantung kita dengan teman-teman se-aspirasi. Sebab, kebijakan-kebijakan hanya ada dua yakni Pemerintah Pusat dan Legislatif. Kalau kita mau berubah kita harus perbanyak orang Betawi di DPRD sebagai Legislatif-nya. Jika jumlah kita sedikit, akan sulit mengambil kebijakan apapun. Otomatis kita harus bertempur. Sebab, belum tentu anggota Dewan yang lain se-aspirasi, pasti banyak pro dan kontra. Untuk itu saya memotivasi masyarakat Betawi untuk berbuat di kampung kita sendiri, jangan jadi penonton di kampung kita sendiri,” tekannya.
Lewat suaranya sebagai anggota Dewan, Bang Ghoni berupaya agar Jakarta berkembang dengan icon-icon yang menjadi ciri khasnya.

“Saya ingin ketika orang ke Jakarta mereka bisa lihat ini-itu, bukan hanya kenal Monumen Nasional atau Ancol saja, harus kita buat eksklusif. Misalnya di Jakarta Selatan ada Setu Babakan, di belahan Jakarta lainnya harus punya juga yang menjadi ciri khas. Saat ini Pak Anies Baswedan sedang membuat Museum Nabi Muhammad di Ancol, Insaa Alloh bisa jadi icon baru juga,” tutur Bang Ghoni, yang juga terus berjuang mengembangkan dan memajukan kuliner Betawi. Laili

Bagikan:

Bagikan: