Crowdfunding Typography Banner
Owner Rose Dental Care  

drg. Millati Hertia, Selalu Jalin Silaturahmi dengan Pasien  

Bagikan:

1

MajalahInspiratif.com, Jakarta – Perjuangan Millati Hertia yang tak putus asa dalam mengembangkan Rose Dental Care tak lepas dari terobosan yang dilakukan. Kini klinik dokter gigi miliknya  dari nol pasien menjadi fully booked hampir di setiap jadwal praktik. Ia bangga sebagai perempuan masa kini lebih berani untuk mengambil peran dalam kemajuan negeri ini.

Terwujudnya sebuah impian memberikan kebahagiaan dan kebanggaan. Begitu pun yang dirasakan Millati Hertia setelah sukses meraih cita-cita sebagai dokter gigi. Wanita cantik yang akrab disapa Mimil ini terinspirasi menjadi dokter gigi sejak kecil. Saat itu ia sering mengeluh sakit gigi hingga rutin melakukan perawatan ke dokter gigi diantar oleh ibunya.

“Pada masa-masa itu, kami selalu mendatangi dokter gigi yang sama, drg. Hari Poernomo yang praktik di dekat rumah. Saat itu saya mengagumi pekerjaannya, tata ruang dan segala peralatan yang menurut orang lain cukup menakutkan. Buat saya justru terlihat menarik dan saya ungkapkan pada beliau kalau saya mau jadi dokter gigi. Waktu itu beliau berpesan kalau mau jadi dokter gigi, harus bisa menyeimbangkan otak kanan dan otak kiri. Saat itu saya hanya bisa mengangguk-angguk tanpa mengerti. Sekarang saya baru bisa mengerti setelah menjalaninya sendiri,” ungkap drg. Mimil mengenang.

Di awal karirnya, drg. Mimil bekerja di beberapa klinik milik teman sejawat sebelum memberanikan diri membuka praktik dokter gigi sendiri. Ia mencari ilmu dari beberapa dokter gigi yang lebih senior, apalagi praktik saat Ko-As di kampus sangat berbeda dengan praktik di klinik.

“Alm. ayah saya juga memiliki keinginan untuk anak perempuannya praktik di rumah saja, agar nantinya bisa bekerja (praktik) dan tetap bisa mengurus keluarga. Setelah beberapa tahun bekerja di beberapa klinik, di tahun 2013 akhirnya saya mulai memberanikan diri buka praktik sendiri dengan nama Rose Dental Care,” kenang wanita kelahiran Bogor, 31 Agustus 1984 ini.

Namun di awal usaha, perkembangan klinik dokter gigi yang dibuka drg. Mimil tak seramai yang dibayangkan. “Klinik sepi pasien, saya lebih banyak nganggur nonton drakor di klinik. Ternyata memang tidak ada hasil yang instan, semua butuh waktu dan perjuangan yang serius,” kenangnya.

Meski begitu, drg. Mimil tak patah semangat. Dengan sabar ia menjalani, bahkan demi merintis usaha praktik, pasien bisa datang dengan waktu perjanjian yang super fleksibel. “Jadwal praktik yang terpampang di papan Surat Izin Praktik (SIP) hanyalah tulisan. Kenyataannya saya diminta praktik jam 6 pagi pun saya siap,” kenangnya tertawa.

Perjuangannya mulai berbuah manis. Dari sejak awal hanya 1-2 pasien yang datang, drg. Mimil mulai mencoba menjalin pertemanan dan memberikan konsultasi mulai dari masalah gigi yang bisa berkembang menjadi obrolan berbagai hal yang lagi trending di Twitter.

“Mungkin karena akhirnya mereka merasa nyaman, dengan sukarela mereka mempromosikan saya ke teman-temannya dengan caranya masing-masing. Nggak disangka, dengan cara sederhana seperti itu mulai banyak pasien yang datang dengan mengatakan ‘saya ke sini direkomendasikan oleh teman..’ Nyesss, hati rasanya berbunga-bunga,” ujar drg. Mimil gembira.

Drg. Mimil pun menyadari kekuatan dari menjalin silaturahmi dengan pasien sungguh mujarab mendatangkan rejeki. “Masyaa Allah… saya praktik di tengah kota Bogor, tapi banyak juga pasien yang ternyata tinggal di daerah Parung, Ciampea, Cibinong, bahkan ada juga dari Tebet dan Cibubur,” tambah ibu dari Fakhira Alika Khansa ini.

Pengabdiannya di bidang kesehatan sebagai dokter gigi menghasilkan reputasi yang cukup membanggakan. Salah satunya, drg. Mimil bangga bisa mendapatkan kepercayaan dari beberapa sekolah untuk diminta sebagai narasumber mengenai profesi dokter gigi dan penyuluhan mengenai kesehatan gigi. Kini, berkat perjuangannya yang tak patah semangat, drg. Mimil bisa membuat praktik rumahan dari ‘menunggu pasien’ menjadi ‘ditunggu pasien’.  “Alhamdulillah, dari nol pasien sekarang fully booked hampir di setiap jadwal praktik,” ujarnya.

Tak hanya itu, drg. Mimil pun bisa membanggakan almamater sekolah karena banyak guru-gurunya yang datang ingin berobat di klinik tempat usahanya. Ia melakukan terobosan untuk mencoba mematahkan stigma di masyarakat tentang ‘dokter gigi itu menakutkan’. Atas dasar pemikiran itulah, drg. Mimil senang sekali jika mendapat kesempatan  datang ke masyarakat untuk penyuluhan dan ke sekolah-sekolah  untuk edukasi.

“Saya memiliki visi misi untuk lebih mendekatkan diri dan menunjukkan pada masyarakat bahwa kami dokter gigi bukanlah sosok yang menakutkan dan juga menerapkan pola pikir preventif dentistry dengan mendatangi dokter gigi sebelum ada keluhan, agar penanganan pun lebih menyenangkan dan tidak ada rasa sakit,” tandas istri dari Tri Prabowo Swasono ini.

Bahkan jika ada pasien anak-anak datang ke kliniknya, kemudian belum bersedia untuk melakukan perawatan karena takut, drg. Mimil akan membantunya melewati fase adaptasi dan perkenalan terlebih dahulu. “Saya berusaha untuk tidak melakukan metode pemaksaan atau membohongi pasien dengan bilang ‘tidak sakit’ saat tindakan, lebih baik jujur dan menjelaskan dengan bahasa yang nyaman, agar mendapatkan kepercayaan dari pasien untuk bisa merawat giginya,” jelasnya ramah.

Bagi drg. Mimil, hal yang paling utama untuk mencapai sukses adalah kita harus mencintai pekerjaan kita. Saat kita mencintai pekerjaan kita, segala kesulitan akan dihadapi dengan ringan dan santai. Menurutnya kesuksesan itu hanya bisa dilihat oleh orang lain, kita sebagai pelaku hanya bisa tetap menjalani dan berusaha sebaik mungkin dalam melakukan pekerjaan.

“Selanjutnya kita harus tetap banyak berdoa, meminta kepada Allah untuk selalu dilindungi saat bekerja (karena pekerjaan saya menyangkut manusia), tak lupa juga meminta restu dari keluarga supaya pekerjaan saya menjadi berkah, banyak bersedekah dan menjalin silaturahmi dengan pasien dan orang-orang sekitar,” paparnya bijak.

Peran Besar Perempuan

Drg. Mimil melihat perempuan saat ini memiliki peran yang sangat besar, terutama dalam keluarga. Terlebih saat pandemi hingga sekarang perempuan dituntut untuk bisa berperan di rumah untuk menjadi guru bagi anak-anaknya, menjadi dokter untuk keluarganya, menjadi koki, dan segala profesi lainnya saat mobilitas masih dibatasi karena pandemi.

“Di dunia kedokteran gigi pun, persentasi dokter gigi di Indonesia jauh lebih banyak perempuan dibanding dokter gigi laki-laki. Waktu saya kuliah, mahasiswa laki-laki hanya 10% saja lho dibanding mahasiswa perempuan. Artinya, perempuan masa kini sudah lebih berani untuk mengambil peran dalam kemajuan negeri ini,” ucapnya bangga.

Bagi drg. Mimil, Hari Kartini yang jatuh pada bulan April adalah sebuah reminder untuknya, pengingat bahwa perempuan selalu memiliki kesempatan meraih mimpi selama ia berani buka suara. “Zaman dulu mungkin nggak ada dokter gigi perempuan, karena tidak ada keberanian bagi perempuan untuk mengungkapkan cita-citanya menjadi seorang dokter/dokter gigi,” ujarnya.

Drg. Mimil menilai perjuangan RA. Kartini telah berdampak luas di era digital seperti sekarang. Banyak perempuan yang bisa berkreasi dan memaparkan ide-ide hebatnya lewat media sosial. Begitu pun dengannya.

“Lewat edukasi kesehatan gigi dengan metode teledentistry, pasien bisa bebas konsultasi kapan saja dengan saya melalui platform digital. Percaya atau tidak, banyak sekali pasien yang konsultasi di jam yang tidak terduga. WhatsApp bunyi tengah malam hanya untuk tanya berapa harga pembuatan gigi tiruan. Pertanyaan yang bukan bersifat urgensi tersebut menunjukkan betapa dimudahkannya komunikasi antara dokter-pasien di era digital,” terangnya.

Ia pun menilai pasien sekarang menjadi lebih kritis karena mencari informasi dari internet sangat mudah, sehingga terkadang saat datang ke klinik, pasien seringkali konsultasi dengan menggunakan bahasa medis. “Ada yang betul faham, ada pula yang masih harus kami luruskan dan akhirnya penjelasan pun jadi lebih mendetail karena pertanyaan pasien sudah lebih kompleks,” jelasnya.

Drg. Mimil pun berpesan kepada semua perempuan bahwa jangan pernah takut bermimpi, karena dengan bermimpi, kita memiliki semangat untuk terus berusaha meraihnya. “Saya perempuan, dan saat usia saya 7 tahun saya bermimpi menjadi dokter gigi, dan sekarang saya sudah mewujudkannya. Tidak mudah, tapi enggan menyerah karena perempuan pun berhak meraih mimpinya,” tandasnya bijak.

Banyak Hikmah dengan Berbagi

Di tengah kesibukannya, drg. Mimil meluangkan waktu untuk melakukan olahraga jogging, sesekali mengelilingi Kebun Raya Bogor sambil melihat rusa-rusa yang sedang asyik makan rumput di sekitar Istana Bogor. “Balancing terpenting untuk saya adalah harus bisa berbagi waktu untuk keluarga. Jadi setiap anak libur sekolah, selalu saya luangkan waktu untuk berlibur karena travelling bisa bikin pikiran jernih dan semangat kerja bisa naik berkali-kali lipat saat kembali praktik,” jelasnya.

Di bulan suci Ramadhan, drg. Mimil juga berbagi dengan sesama. Menurutnya berbagi bukan hanya dalam bentuk materi saja. Kebetulan Mushola di lingkungan tempat tinggalnya kurang bisa menampung banyak warga untuk sholat berjamaah. Jadi biasanya setiap tahun di bulan Ramadhan, ia mempersilakan jamaah perempuan untuk sholat tarawih berjamaah di tempat praktiknya, sementara untuk jamaah laki-laki bisa sholat tarawih di Mushola. Begitu pun untuk infaq dan zakat, drg. Mimil mendahulukan berbagi dengan tetangga yang kurang mampu, sebelum berbagi ke lingkungan luar tempat tinggalnya.

“Saya percaya bahwa setiap kebaikan yang kita perbuat, akan menghasilkan kebaikan yang berlipat-lipat ganda. Setiap rezeki yang kita sedekahkan, juga akan mendatangkan rezeki yang berlipat ganda, meski rezekinya belum tentu dalam bentuk materi,” ujarnya bijak.

Drg. Mimil merasakan banyak hikmah yang diterimanya dengan berbagi kepada sekitar. “Rasanya praktik terasa aman, nyaman, dan terjaga oleh lingkungan yang baik dan saling mendukung, rezeki pun jauh lebih lancar saat kita hidup dengan konsep berbagi,” tambahnya.

Di waktu luang, drg. Mimil juga melakukan kegiatan sosial yang juga sering dijalani di luar bulan Ramadhan. Biasanya kegiatan tersebut berkaitan dengan profesinya, seperti misalnya saat diminta untuk menjadi narasumber sebuah penyuluhan kesehatan gigi, dengan senang hati ia jalani.

“Terkadang bakti sosial yang judulnya edukasi, bisa berkembang menjadi bakti sosial dengan tindakan dental emergency jika di momen tersebut ada yang sedang sakit gigi. Bakti sosial ini juga merupakan bagian dari program Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), untuk membuat Indonesia bebas karies di 2030 mendatang,” jelasnya.

Di momen Idul Fitri, drg. Mimil bersama suami dan putrinya berkumpul dan bertemu dengan keluarga besar yang mungkin tidak bisa ditemui sehari-hari. “Momen-momen itu yang akhirnya kita kangeni, bertemu setahun sekali dan berbagi cerita, entah cerita sedih atau bahagia, karena keluarga memang ruang untuk kita bercerita dan berbagi kisah,” tuturnya.

Dalam hal keluarga, terutama soal anak, drg. Mimil sebagai ibu tentu khawatir dengan apa yang dilihat dan didengar oleh anaknya dari dunia internet. Bukan berarti ia harus melarang atau membatasi, tapi ia mencoba mengajarkan anak untuk bersikap jujur dan tetap bercerita kepada orangtua tentang apa yang dilihat dan didengar anak di dunia maya.

“Karena dunianya sekarang dan masa depannya akan dipenuhi oleh gadget dan digitalisasi, saya mencoba berkomunikasi dengannya untuk menanamkan apa yang boleh dan tidak boleh dilihat, dan bagaimana cara bersikap di dunia sosial media. Kita tidak bisa menahan dunia untuk menghampiri kita, tapi kita yang harus bersiap diri tentang apa yang akan datang kepada kita,” jelasnya.

Drg. Mimil bertekad untuk terus menjalani profesinya sebagai dokter gigi. Menurutnya, ia harus bersiap untuk biaya pendidikan anak di masa depan yang sungguh mahal. “Jika semua pintu rezeki bisa kita jalani, mengapa kita harus berpangku tangan? Selama kita sehat, punya ilmu, punya restu, dan ada jalan untuk berusaha mencari rezeki, saya rasa kita justru harus semangat menjalani ikhtiar bekerja dan mensyukurinya,” pungkasnya.

Bagikan:

Bagikan: