MajalahInspiratif.com, Jakarta – Tak hanya berkiprah di bidang kesehatan dengan mendirikan klinik gigi, drg. Ira Cahyono juga mengembangkan produk kosmetik yang terjaga kualitasnya hingga usaha kuliner. Wanita cantik ini juga ingin mendirikan sebuah klinik kecantikan khusus dentist.
Momentum peringatan kemerdekaan Republik Indonesia setiap tanggal 17 Agustus memberikan makna mendalam bagi setiap warga negara. Bagi drg. Ira Cahyono, makna kemerdekaan adalah menjalankan segala sesuatu tanpa paksaan dan tidak ada tekanan dari manapun. “Tidak ada orang yang memaksakan kehendaknya kepada diri kita. Sesuatu yang kita ambil keputusan untuk diri kita sendiri,” jelas wanita cantik kelahiran Jakarta, 15 Februari ini.
Ibu dari Jayden Godwin Phanata ( 9 tahun) dan Jesslyn Kimberly Phanata (3 tahun) ini memandang kemerdekaan tak hanya sebatas kebebasan dalam melakukan segala sesuatu di lingkungan sekitar, tapi juga bertanggung jawab dengan mengambil sisi positif dan mematuhi aturannya.
“Kita bebas melakukan sesuatu tanpa tekanan dari orang lain tetapi dengan tanggung jawab dan sesuai jalannya yang baik dan benar, karena terkadang orang baik belum tentu dia benar, orang benar belum tentu juga dia baik. Kita harus berfikir dan berkehendak dalam melakukan sesuatu tapi yang bertanggung jawab, baik dan benar,” paparnya bijak.
Perempuan cantik lulusan S1 Fakultas Kedokteran Gigi ini pun mengisi kemerdekaan dengan mengembangkan kariernya di bidang kesehatan sebagai dentist. Saat masa pandemi drg. Ira sempat merasakan dampaknya. Klinik giginya sempat tutup selama tiga bulan, setelah itu mulai berjalan normal seiring ekonomi yang mulai membaik. “Pasca pandemi kepercayaan diri saya untuk menangani pasien mulai tumbuh kembali, saya juga bersyukur mendapat penghargaan dari Pemerintah,” ujarnya bangga.
Bahkan di masa pandemi, drg. Ira jeli melihat peluang bisnis kecantikan dengan membuat usaha produk kosmetik dengan nama usaha Skinity. Usaha yang baru soft launcing tapi belum soft opening ini mampu berkembang hingga saat ini sudah berjalan hampir 1 tahun. Produk kosmetika ini sudah memiliki izin BPOM, uji halal, uji dermatologi dan akan terus diperluas pemasarannya.
Drg. Ira terinspirasi untuk membuat produk kosmetik pada saat booming skin care. Ia pun ingin menjaga dan memperbaiki kecantikan seseorang dengan kualitas produk kosmetika yang benar- benar terjaga dan bagus.
“Banyak orang yang mau berbisnis tapi menjual produk dengan murah. Namun saya kalau bikin skin care menggali dari beberapa dokter yang memang unggul, dan saya ingin memperbaiki kecantikan seseorang itu mulai dari dasar, tidak perlu aneh-aneh, bukan merusak tetapi menjaga,” tegasnya.
Dalam menjalankan karier dan bisnis, drg. Ira sangat menjaga mutu dan pelayanan. Ia menyadari bahwa kepercayaan pasien adalah hal penting yang harus dijaga. Selain itu ia terus memperluas network dengan banyak orang. “Kalau pelayanan dan mutu yang kita berikan bagus, biasanya orang akan kembali lagi pada kita,” ujarnya.
Menurut drg. Ira, skin care produknya sudah diuji coba dari tiga tahun sebelum launching. Ia pun membuat formula sendiri, dan tidak membeli dari orang lain. “Kalau orang lain kan kebanyakan beli formula dan cuma ganti namanya saja, seperti uji kloning cuma ganti nama merek. Untuk membuat formula dasar bahan produk kosmetika diperlukan kemampuan atau ilmu. Kalau team kita buat formula yang lebih aman dan menjaga mutu, sehingga harganya sedikit mahal,” jelasnya.
Kembangkan Usaha Kuliner
Selain bidang kesehatan, drg. Ira juga mengembangkan usaha kuliner beberapa bulan lalu yang diberi nama Restoran Es Shanghai. Ke depan drg. Ira juga ingin memiliki klinik kecantikan khusus dentist. Ia pun mulai menjajaki kerja sama dengan beberapa dokter kecantikan. “Jadi lebih ke memperbaiki, kalau saya kan kebanyakan memasang kawat gigi juga, dan menangani pasien yang ingin memasang gigi palsu,” jelas istri dari Henderi Djikoren yang berkarier sebagai pengusaha restoran ini.
Saat ini drg. Ira juga aktif membuat podcast yang berisi konten segala sesuatu yang sifatnya pola pikir atau sudut pandang dari beberapa orang terkait kecantikan. Tak hanya dari sisi kecantikan jasmani tapi juga rohani.
“Jadi pola pikir dan sudut pandang banyak orang dan penilaian dari banyak orang mengenai kecantikan. Dalam hal ini kita tidak bisa memaksakan kehendak kepada orang lain. Jadi itu yang kebanyakan saya buat di podcast. Nah, nanti yang dicari itu sudut pandang positifnya, jadi jangan dari sisi jeleknya karena setiap orang punya pendapat tersendiri, dan tidak bisa kita paksakan kepada orang lain,” paparnya.
Banyak hal yang ingin dicapai drg. Ira, termasuk memperluas jaringan dan membuka beberapa bisnis lain. “Tapi tetap pekerjaan utama saya di bidang kesehatan, saya memang suka menjelajah dan tertarik melihat peluang,” ujar wanita yang hobi traveling ini.
Bagi drg. Ira, perempuan mandiri secara finansial sangat penting sehingga tidak terlalu bergantung pada laki-laki. Hanya saja terkadang kalau perempuan terlalu independen tidak bagus juga apalagi sampai beranggapan tidak membutuhkan laki-laki. “Sebagai perempuan yang sudah berkeluarga, saya juga harus respect kepada suami, saya harus menghormati suami, seperti apa pun dia, karena dia kepala keluarga. Jadi segala keputusan harus ditanyakan kepada suami,” tegasnya.
Dengan segala aktivitas karier dan bisnis yang dijalankan, drg. Ira bersyukur bisa mencukupi keuangan keluarga sendiri dan masih bisa membantu orang sekitar. “Sebenarnya dari hal terkecil itu yang dibantu keluarga dulu nanti baru orang luar. Saya juga rutin menyumbang untuk membantu kegiatan keagamaan. Misalnya ada orang belajar agama seperti mereka sekolah, penginjilan, belajar kitabnya untuk calon pendeta. Saya bantu tiap bulan untuk mereka,” paparnya.
Meskipun sudah mandiri secara finansial dan meraih sukses dalam karier dan bisnis, drg. Ira terus bekerja sebaik mungkin dan selalu mengingat Tuhan. “Tuhan itu yang melihat kita dalam hidup, jadi jangan mentang-mentang sudah mandiri, kita lupa dengan Tuhan. Tanggung jawab kita kepada keluarga, lingkungan sekitar dan Tuhan. Kerja boleh sukses tetapi kalau buat saya sukses itu semua sudah diatur Tuhan, jadi berterimakasihlah pada Tuhan karena Tuhan bisa memberikan saya lebih mandiri, bisa kerja sendiri tapi tetap punya partner atau pasangan,” tuturnya bersyukur.
Pribadi Mandiri dan Bertanggung Jawab
Sejak kecil drg. Ira memang sudah dididik kedua orang tua menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab. Maklum, Sang Papa, drg. Hendro Tjahjono.Sp.Perio.Mpd, dan Mama, drg. Herjanti Tiawaty. Sp. Prosto. Mm, terbilang sibuk. Karena juga menekuni profesi sebagai dokter gigi sekaligus dosen di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Beragama Moestopo.
“Mama-Papa termasuk tipe orang tua yang tidak terlalu banyak memarahi anak, apalagi memerintahkan kami untuk belajar. Mereka lebih banyak memberikan contoh, teladan yang baik. Sehingga dengan sendirinya kami sadar, waktu belajar ya belajar, main ya main. Apalagi kalau dapat nilai jelek di sekolah, itu hukuman berat buat kami. Setelah itu kami pasti lebih giat lagi belajar untuk memperbaiki nilai. Karena kami tidak mau sampai tinggal kelas yang bisa membuat Mama-Papa malu,” kenang bungsu dari tiga bersaudara ini.
Pola asuh yang diterapkan kepada drg. Ira dan kedua saudara kandungnya pun jauh dari unsur kekerasan. “Karena pola pikir Mama-Papa cukup tinggi, mereka tidak pernah memukul atau keras sama anak. Kami juga tidak berani membuat mereka marah, karena kalau mereka terutama Papa marah, beliau baru pegang ikat pinggang aja kita sudah ketakutan. Tapi Puji Tuhan kami tumbuh jadi pribadi yang baik,” tuturnya.
Tak hanya menanamkan kemandirian dan tanggung jawab sejak dini, kedua orang tua drg. Ira juga selalu menekankan segi moral. Keduanya tak segan-segan untuk mengingatkan ketiga buah hati agar menjalani kehidupan sesuai batasan, dan tidak melakukan hal buruk yang bisa mencoreng nama baik orang tua serta keluarga.
“Orang tua juga mengajarkan kami untuk bisa menerima pasangan kami apa adanya. Dulu, semasa kuliah saya pernah berpacaran dengan seorang laki-laki yang tidak memiliki mobil, hanya punya motor. Awalnya saya malu, karena sejak kecil saya ke mana-mana selalu diantar-jemput sopir. Pas cerita ke Papa, beliau justru tanya, saya sayang tidak sama dia? Kalau sayang ya saya harus belajar menerima apa adanya, harus bersyukur dan tidak dijadikan hambatan,” cerita drg. Ira.
Ketika drg. Ira telah berkeluarga, ibunya selalu menekankan untuk menjadi orang tua yang bijaksana, yang bisa bertanggung jawab. “Intinya jadi keluarga yang baik dan benar,” tegas drg. Ira.
Orang tua drg. Ira juga senantiasa memberikan kepercayaan penuh kepada anak-anak. Tak heran ia dan kedua kakaknya selalu berlaku jujur dalam hal apapun. “Ketika kami tersangkut masalah, kami pasti cerita apa adanya ke Papa-Mama. Kalau fatal dan sampai membuat mereka marah ya kami dengarkan saja, tidak berani membantah karena mereka pasti berkata benar. Namun, mereka selalu menekankan untuk selalu bicara jujur. Jadi kalau mau pergi, kami pasti pamit dan bilang apa adanya. Mau kemana? Sama siapa? Tidak jarang Papa antar lalu jemput kami lagi. Jadi dengan sendirinya kami tumbuh menjadi anak-anak yang bertanggung jawab. Begitu juga ketika pulang terlambat, saya selalu bilang sebelumnya atau paling tidak kasih kabar agar orang tua juga tidak khawatir,” paparnya tersenyum.
Banyak pembelajaran yang didapatkan drg. Ira dari kedua orang tua, terutama soal kebijaksanaan mereka dalam memahami tumbuh kembang anak-anak. “Misalnya dalam bergaul. Mama-Papa tidak pernah melarang kami berteman dengan siapa saja, tapi supaya tidak salah jalan, mereka selalu mengarahkan kami untuk memilih teman yang baik dan yang mengajak pada kebaikan. Akhirnya dengan sendirinya juga kami tahu batasan dan bisa mengontrol diri. Makanya tidak sampai terpapar pergulan bebas atau sejenisnya,” jelas drg. Ira.
Selain bijak, kedua orang tua drg. Ira juga cukup gaul. Mereka bahkan tidak melarang anak-anak mereka saat meminta izin untuk dugem ke diskotik. “Zaman remaja dulu saya pernah izin ke diskotik, lalu Papa yang antar, dia masuk sebentar lihat suasana di dalam, setelah itu dia pulang. Hanya mengingatkan saya untuk tidak pulang larut, karena kami punya aturan jam malam. Mereka juga tidak melarang kita pacaran, mereka hanya kasih tahu konsekuensinya seperti apa, baik-buruknya seperti apa, tetap mengarahkan,” ucapnya.
Bangga dengan Mama
Setelah meraih kesuksesan dalam karier dan bisnis, drg. Ira ingin membahagiakan orang tuanya. Ia pun bangga dengan sosok mamanya yang menjadi tulang punggung keluarga saat papanya meninggal. Mamanya juga sangat mendukung kala ia melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Moestopo Beragama.
“Meski Mama terlihat tegar dan memiliki karier yang bagus sebagai dokter gigi serta dosen di kampus tempat saya kuliah, tapi saya paham Mama memikul beban yang cukup berat. Sebenarnya sejak Papa sakit, semua beban ekonomi keluarga ada di pundak Mama, apalagi ketika itu saya masih mengenyam pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi yang biayanya tidak sedikit. Tapi, supaya tidak memberatkan Mama, saya menggeluti bisnis fashion. Waktu itu jualan baju yang pengirimannya sampai ke luar kota. Makanya, sekarang ketika sudah sukses waktunya kami untuk membahagiakan Mama,” paparnya.
Demi membalas jasa, drg.Ira kerap mengajak mamanya liburan ke luar negeri, menikmati weekend bersama, hingga membelikan apa saja yang beliau suka. “Sebenarnya Mama nggak pernah minta yang muluk-muluk, kumpul bersama anak-cucu saja sudah membuat dia bahagia. Tapi, saya ingin Mama menikmati hari tua dengan suka cita, dan Puji Tuhan saya sudah bawa Mama ke Singapura dan Hongkong, bergantian dengan Mama Mertua supaya adil. Tahun ini awalnya mau ajak Mama ke Amerika Serikat, karena keluarga Mama, Oma saya stay di sana. Tapi karena pandemi jadi tertunda. Kami juga berencana bawa Mama ziarah ke Israel. Intinya kita mau bikin Mama senang,” jelasnya.