MajalahInspiratif.com, Jakarta – Inovasi dan kreativitas ditambah daya juang untuk bertahan dalam kondisi apapun merupakan bagian kecil dari mental seorang entrepreneur sejati. Di saat situasi yang terjadi tidak sesuai dengan rencana dan harapan, maka kemampuan untuk bertahan dan mengeksplorasi diri menjadi bagian yang tak terpisahkan. Sebut saja Christina Vina Pranoto, pemilik label bisnis Tartlets Patisserie, bisnis kuliner di bidang pastry berhasil mengubah strategi bisnis ketika berhadapan dengan pandemi. Ia memutuskan untuk fokus memasarkan bisnis secara online di tahun 2020.
“Saat awal mula pandemi, semuanya jadi beralih serba digital dan persaingan di bidang kue pun semakin tinggi karena makin banyak yang berkreasi online apalagi di Instagram. Tidak cukup kue yang cantik saja, tapi rasanya harus enak dan berkesan di customer. Harus inovasi terus, saya ingin kuenya ada sensasi wow juga saat customer potong. Jadi tidak hanya penampilan luar kuenya saja yang menarik di mata, tapi dari dalamnya juga harus diperhatikan supaya detil dan mengesankan.”
Tartlets Patisserie didirikan di tahun 2017 berbasis online. Setelah lima bulan menjalankan secara daring, Vina mendapatkan banyak permintaan dari konsumen untuk membuka toko offline. Akhirnya di tahun 2018, ia mendapat tawaran untuk membuka toko di Mall PIK Avenue.
Vina beroperasi di PIK Avenue sampai akhir 2019 dan mendapat respons yang sangat baik dari para konsumen. Namun melihat kondisi Covid yang harus berjaga jarak dan orang-orang lebih memilih menghindari tempat-tempat umum, maka ia memutuskan kembali online.
Di masa pandemi, Tartlets Patisserie lebih berkonsentrasi pada kesehatan. Vina mengeluarkan seri plant based di tahun 2021. Beberapa produk bahan-bahannya berasal dari unsur nabati dengan prinsip eggless, butterless, bahkan no oil dan no white sugar. Contohnya seperti Cashew Spread, terbuat dari kacang mede yang berasal dari NTT. Selain kesehatan, Vina juga mencintai produk lokal dan memilih menggunakan bahan baku buatan Indonesia di antaranya ubi ungu dan biji kopi produksi lokal.
“Puji Tuhan selama Covid ini dengan terobosan tersebut mendapat respon yang sangat positif dari para customer dan bisnis bisa berjalan terus. Terutama lewat sosial media, rajin posting dan story untuk mengiklankan kue-kue kami tentunya dengan grafik dan ilustrasi yang unik juga supaya orang ingat terus sama Tartlets.”
Tertarik dengan Pastry. Vina tertarik di bidang pastry pada saat sedang kuliah Food Science. Pada waktu itu, di kelas Food Chemistry, Vina belajar tentang science of bread. Pembelajaran yang menarik perhatian dan kebetulan ketika pulang, Vina melihat teman satu kamarnya sedang membuat Cupcake yang lucu. Dari sana ia mulai belajar sendiri membeli buku resep, belajar melalui Youtube sampai memutuskan untuk sekolah pastry.
“Karena sudah punya basic food science, saya ingin belajar hands on juga. Jadi tidak hanya secara teori tapi menguasai praktiknya juga. Saya merasa banyak ilmu yang didapat selagi kerja di bakery dan dessert cafe di Sydney waktu sekolah pastry. Dari sana saya mulai confident untuk mencoba mengkreasikan kue-kue dengan gaya sendiri.”
Setelah lulus kuliah dan balik ke Jakarta, Vina memperhatikan market pastry di Indonesia yang dipenuhi dengan buttercream. Vina melihat banyak sekali yang menjual kue Tart Buttercream atau Cheesecake. Berdasarkan pengamatan itu, ia ingin membuat sesuatu yang unik di Jakarta. Akhirnya ia menemukan peluang untuk membuka usaha kue mousse bertema buah-buahan dengan bentuk 3D yang unik seperti bentuk hati dan bunga-bunga.
Inspirasi dan Kemandirian. Vina senang bisa menjadi influence perempuan untuk menjadi mandiri dan bisa menghasilkan pendapatan sendiri. Menurutnya, menjadi sangat penting untuk bisa mengandalkan diri sendiri dan tidak selalu bergantung pada pasangan apalagi orang tua. Apa yang sedang diusahakan, maka usahakanlah dengan giat.
“Sebuah keuntungan yang besar bisa menggunakan dan memanfaatkan teknologi. Kamu bisa berkreasi tanpa batas karena secara digital tidak memandang gender dan background. You have as many steps as you give yourself.”
Vina berusaha dapat mengandalkan diri sendiri sebagai awal untuk diandalkan orang lain. Sebagai perempuan ia merasa senang bisa membagi waktu dengan orang-orang terdekat, keluarga dan teman-teman dan juga membagi waktu dengan diri sendiri. Vina berpendapat, boleh maskulin dalam mengejar karier, tapi tetap feminin dalam kepribadiaan dan pembawaan apalagi penampilan. Penampilan memang bukan segalanya, tapi semua bermula dari penampilan.
“Im happy to share ways to win the market, yaitu to create a niche, don’t compete. Jadilah unik sehingga kamu dicari. Ada juga dari buku favorit judulnya Invisible Influence dari sana saya belajar what’s called Goldilocks effect yaitu menciptakan sesuatu yang baru dari sesuatu yang familiar. Too familiar, people get bored quickly; too novel, then people will be afraid to try. But you can mix them both, something familiar with a twist. Misalkan kalau di Jepang ada Ramen yang disajikan di dalam gelas beer. Harapan ke depan, semoga kami bisa berbinis tidak hanya online tapi offline lagi dan semoga kreasi ini bisa menginspirasi perempuan untuk berani berkarya dengan mengadakan workshop dan kelas kue.”