Lawyer dan Entrepreneur

Anggih Cahyadi, Sukses Menghadirkan Kantor Hukum dan Bisnis Kontraktor dengan Ketulusan Hati

Bagikan:

MajalahInspiratif.com, Jakarta – Impian yang tak terbendung dalam harapan masa kecil Anggih Cahyadi untuk menjadi seorang lawyer berhasil diwujudkan dengan perjalanan panjang yang penuh perjuangan. Didukung latar belakang keluarga yang menyukai politik dan hukum, Anggih kelahiran Jakarta, 19 November 1991, memutuskan menempuh pendidikan Hukum selepas ia menyelesaikan Sekolah Menengah Atas. Namun berhubung kondisi orang tua tercinta lebih membutuhkan perhatian, Anggih belajar untuk bersabar demi merawat orang tua setelah berhasil meraih gelar Sarjana Hukum. Hingga akhirnya ia mendapat tawaran magang di sebuah lawfirm.

“Awalnya saya menjadi asisten dari salah satu partner di sana. Banyak hal yang bisa saya ambil di sana dan belajar dari dia. Setelah itu karier saya cukup bagus dan tidak lama aku diberi posisi. Artinya aku bukan hanya staf saja, tapi Associate. Artinya bukan hanya karyawan, tapi punya peran dalam menangani kasus.”

Berawal dari staf biasa hingga berhasil menangani permasalahan atau kasus klien mendorong Anggih untuk tidak pernah berhenti belajar dan berusaha, sehingga kariernya semakin berkembang dan mandiri. Akhirnya melalui proses yang tidak mudah, Anggih memutuskan untuk keluar dari lawfirm tersebut untuk berkarier secara profesional.

“Saya mendirikan dan menjalankan sendiri. Namun tidak menutup kemungkinan tetap berelasi dengan rekan Lawyer dari lawfirm sebelumnya. Memang lawyer rata-rata seperti itu. Kita saling membantu jika dibutuhkan untuk mendukung suatu kasus. Saya juga menganggap beliau sudah seperti saudara sendiri. Memang dia adalah mentor saya dan keluar dari kantor itu, saya mulai melebarkan sayap untuk membuka kantor sendiri.”

Eksistensi Menjadi Lawyer. Profesi sebagai lawyer, menurut Anggih banyak yang menilai sebagai pekerjaan yang bergelimang harta dan hedonis. Namun Anggih bersaksi selama ia bekerja, ia mengutamakan pelayanan dan hati. Intinya tidak semua orang mampu menggunakan jasa lawyer. Banyak yang sudah ketakutan terlebih dulu karena menganggap jasa lawyer sangatlah mahal. Karena itu sebagai lawyer harus mampu menangani kasus yang sekiranya klien tidak memiliki uang sama sekali.

“Itu kembali ke hati nurani lagi. Kita bisa menggunakan dana dari kasus lain untuk menutupi kepentingan dalam menangani kasus yang tidak ada biaya. Tentunya kita selalu melihat keadaan klien tersebut dengan memberikan konsultasi saran tentang kasus yang dihadapi klien dan tanpa biaya konsultasi. Kita memberikan tenaga, opini dan saran hukum yang baik untuk klien.”

Dari pengalaman tersebut, Anggih menekankan bahwa profesi lawyer tidak selalu berbicara tentang uang. Ada masanya seseorang dihargai oleh orang lain dan uang akan mengikuti dengan sendirinya. Selama berkarier, Anggih tidak berorientasi terhadap uang, tetapi harus belajar lebih pintar dalam menangani kasus. Anggih menambahkan jika mendalami sebuah kasus, ia akan memposisikan diri sebagai korban agar bisa mendapatkan feel-nya.

“Kalau saya menangani sebuah kasus, saya selalu memposisikan diri sebagai korban agar saya bisa mendapatkan feel di dalam hati ini. Kedua, saya akan membuat skenario menjadi pihak lawan untuk mengantisipasi kira-kira lawan akan melangkah ke mana. Saya juga berusaha menjadi tempat cerita klien, jadi jika kasus sudah berakhir saya sering mengunjungi beberapa klien untuk bertemu, berkawan dan memperluas jaringan.”

Tantangan Seorang Lawyer. Meskipun tergolong baru menjadi lawfirm mandiri dan mendirikan kantor sendiri di tahun 2019 sebelum masa pandemi, Anggih merasakan tantangan luar biasa untuk mendapatkan klien, membangun citra, relasi dan membuat klien percaya kepada kredibilitas yang dibangun.

“Tantangannya bagaimana kita bisa membuktikan kalau kita cukup baik dan bisa dipercaya oleh orang lain. Bagaimana bisa menyelesaikan kasus dengan baik karena banyak oknum yang hanya mengambil kasus, tapi tidak diselesaikan. Ini yang mencoreng citra lawyer. Saya juga harus bisa melihat jika kasus bisa saya tangani sendiri, maka saya akan single fighter. Tapi jika kasusnya membutuhkan tim, saya bisa meminta dukungan dari teman-teman lawyer. Terakhir adalah menjaga kepercayaan dari klien untuk menjaga privasi mereka.”

Menjaga reputasi sebagai lawyer adalah dengan menjaga kasus klien dengan baik dan menjadi partner dengan klien. Keterbukaan tentang persentasi penanganan kasus merupakan media yang membuat klien nyaman dengan lawyer-nya. Keterbukaan lawyer atau lawfirm tentang menangani kasus menjadi nilai penting bukan dari seberapa banyak memenangkan kasus.

“Saya sudah diajarkan untuk jujur dan terbuka kepada klien bahwa kalau pakai langkah A, maka hasilnya akan seperti ini. Jika ambil langkah B, hasilnya akan seperti ini. Hal ini sudah saya terapkan dari awal sebagai lawyer hingga saat ini.”

Tantangan terberat yang dirasakan Anggih selama ini di antaranya harus menghadapi orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi. Bagaimana caranya ia harus berkomunikasi dengan orang tersebut, melawan orang-orang yang punya jabatan tertentu dan mempersiapkan tenaga serta pikiran yang harus terkuras. Pastinya yang terpenting adalah keselamatan keluarga apalagi ia kerapkali menghadapi tantangan seperti ancaman dan teror.

Kesulitan untuk menghadapi segala bentuk rintangan yang ada tidak membuat Anggih menyerah. Sebaliknya ia merasa bangga karena profesi ini sudah menjadi impian sejak kecil, mampu membanggakan keluarga sendiri dan bangga karena tidak semua orang berani mengambil risiko besar dari sebuah pekerjaan.

“Saya bangga karena bisa mengambil profesi dengan resiko besar dan tidak memiliki pendapatan besar seperti profesi karier lain. Sebagai lawyer tugasnya membela klien baik klien memiliki uang maupun tidak dan kita harus menerima kasus serta menanganinya. Jika kita menolak sebuah kasus, maka kita akan dikenakan etika profesi karena memilih-milih kasus. Saya bangga karena tidak semua orang berani mengambil tindakan besar menjadi seorang lawyer dan saya juga bersyukur bisa menangani segala bentuk kasus pidana dan perdata.”

Strategi Promosi. Berdasarkan Undang-Undang Advokat, Anggih menyadari ia tidak diperkenankan melakukan promosi diri dengan iklan atau bentuk promosi lainnya. Jadi agar dapat dikenal orang, ia berusaha menjalin komunikasi dan membuka pertemanan dengan klien lama ataupun klien baru.

“Saya tidak pernah meminta mereka untuk mencarikan klien, tetapi saya mendapatkan klien berikutnya karena rekomendasi dari klien saya sebelumnya kemudian membuka jaringan pertemanan. Dari teman dikenalkan sama orang lain lalu berteman. Menjalin komunikasi dan akhirnya menjadi klien.”

Selain itu, Anggih juga aktif mengedukasi masyarakat secara sederhana sebagai bahan pembelajaran. Untuk jangka panjang, Anggih berharap dapat membuat konten tentang hukum untuk masyarakat.

“Selama ini saya mulai memberi pemahaman praktis kepada masyarakat tentang hukum secara langsung bukan melalui konten video. Namun harapan saya bukan hanya yang saya temui saja, tetapi semua masyarakat terutama yang ada di pelosok daerah juga bisa melek hukum.”

Dukungan Ibunda dan Istri Tercinta. Anggih mengungkapkan kebanggaan kepada sosok Ibunda tercinta yang tak pernah lelah mendukung karier dan profesinya selama ini. Apapun yang dilakukan, ibunya selalu bangga. Anggih selalu teringat pesan ibunya agar selalu berhati-hati dalam melangkah, mengedepankan sopan santun dan selalu berpesan untuk tidak lupa berdoa. Anggih juga bersyukur mendapatkan dukungan penuh dari sang istri. Istrinya tak henti berdoa untuk profesi pekerjaannya.

“Sebenarnya keluarga juga sudah tahu resiko apa yang akan terjadi. Karena sudah menjadi passion saya dan keluarga tidak melarang hanya mendukung serta mengingatkan saja.”

Anggih juga bersyukur memiliki sosok ayah yang menginspirasi dan tak lelahnya berpesan untuk fokus kepada cita-cita yang ingin diraih. Semua akan ada masanya untuk berjuang sepenuh hati memenuhi tanggung jawab pekerjaan. Fokus dan percaya bahwa segala sesuatu akan indah di waktu yang tepat.

“Ayah saya sosok pekerja keras. Beliau perantau yang datang ke kota besar dan menjadi PNS yang sangat disiplin. Sedangkan saya juga belajar dari ibu saya yang membuka usaha salon dan selalu giat mencari tambahan untuk membantu ayah saya. Beliau membuktikan bahwa mengerjakan apapun harus serius. Jadi inspirasi saya adalah kedua orang tua saya. Saya juga senang sekali dengan Ridwan Kamil. Dia sosok hebat, bisa membagi waktu dengan keluarga dan dapat masuk ke semua kalangan karena pembawaannya yang tidak kaku. Ditambah Sandiaga Uno yang menginspirasi karena tidak pernah berhenti berjuang sebagai entrepreneur. Dalam dunia lawyer, saya menyukai mendiang Adnan Buyung Nasution, seorang pejuang dalam dunia hukum dengan mendirikan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), saat ini saya juga meneladani dari senior senior lawyer seperti Otto Hasibuan dan Hotman Paris serta senior lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu”

Lawyer dan Kontraktor yang Saling Beriringan. Suami dari Yohanna Septania yang gemar berolahraga, traveling, kuliner dan juga penyuka animasi serta kultur Jepang ini tidak hanya berprofesi sebagai lawyer. Kegigihannya mendorong ia menghadirkan bisnis kontraktor dengan merek dagang LETSBUILD dan bisnis interior dengan merek dagang LETSFURN. Dua bidang pekerjaan yang sangat berbeda, tetapi membutuhkan ketekunan dan penyesuaian. Sebagai lawyer, ia harus memiliki banyak pertimbangan untuk menuntaskan kasus. Sementara sebagai pengusaha, ia tidak boleh takut melangkah.

“Terutama untuk memulai karena pada umumnya seorang pebisnis banyak pertimbangan, tetapi saya harus yakin bahwa dunia entrepreneur sejatinya memang seperti itu dan membutuhkan keyakinan untuk melangkah. Dan sampai hari ini kami masih berdiri sebagai perusahaan kontraktor dan interior.”

Keputusan Anggih untuk terjun di dunia kontraktor bisa dibilang karena kebetulan. Awalnya ia dikenalkan dengan pemilik kantor kontraktor dan berbagi cerita yang ternyata perusahaannya banyak merugi. Anggih berani menawarkan diri untuk membenahi perusahaan secara sistem tanpa menerima gaji selama dua tahun.

“Saya bekerja membenahi sistem perusahaan, dan dia melihat kinerja saya bagus. Kembali lagi, saya kerja dulu, saya berikan yang terbaik. Dia lihat kinerja saya bagus, akhirnya dia tawarkan berpartner. Kita bikin perusahaan yang baru. Akhirnya saya punya tim sekarang. Ada tim kontraktor, tim arsitek, ada divisi khusus lagi bergerak di bidang interior. Ada desainer interiornya, kita memproduksi di sana. Meskipun karena saya tidak punya basic di sana, saya tidak paham, namun saya banyak belajar juga.  Sampai sekarang masih berjalan hingga saat ini. Kurang lebih tiga tahunan saya di perusahaan kontraktor ini.”

Saat ini, Anggih dan perusahaan kontraktornya sudah mendapat kepercayaan dari klien. Ia memastikan semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik agar hasilnya memuaskan. Bahkan Anggih bersyukur produksi interiornya banyak mendatangkan peminat terutama kalangan anak muda.

“Ketika dia mau custom interior, dia bisa melihat sendiri produksinya. Dia bisa lihat langsung di kantornya, bisa lihat bahan-bahannya. Itu memang yang sedang saya terapkan. Jadi, saya punya tukang interior sendiri, produksi barangnya. Kita produksi by custom. Jadi tukang untuk bangunan saya punya sendiri, tukang untuk interior juga punya sendiri. Ketika bangun sebuah rumah kita langsung bikin interiornya.”

Harapan ke depan, Anggih berusaha memberikan pelayanan terbaik tidak hanya untuk kantor hukumnya, tetapi untuk bisnis kontraktornya.

Bagikan:

Bagikan: