MajalahInspiratif.com, Jakarta – Kegemaran belajar piano sejak usia 3,5 tahun yang didukung penuh oleh orang tua membuat Veny Lie, Owner Ven’s Club Music School Kelapa Gading berhasil menorehkan berbagai prestasi membanggakan.
Ketika duduk di bangku Sekolah Dasar, wanita kelahiran Pematang Siantar, 22 Maret ini, sering mengikuti festival dan kompetisi piano. Ia selalu mendapatkan peringkat 1 dan 2 bahkan memasuki tingkat wilayah dan nasional. Menariknya saat masih SMP, Veny sudah menerima murid privat di rumah. Berhubung ia begitu menikmati belajar dan mengajar piano, Veny memutuskan untuk pindah ke Jakarta dan menempuh pendidikan musik di Yamaha Music Conservatory.
Tahun 1995, putri pertama dari tiga bersaudara pasangan Suriono dan Ai Ling ini, menyewa kamar kost di Kawasan Karet yang kebetulan dekat dengan lokasi belajarnya di Jl. Gatot Subroto. Sambil belajar, ia juga mengikuti audisi untuk menjadi demonstrator. Veny berhasil lolos dan mulai membantu menjadi demonstrator.
Veny main piano di berbagai mall dan sempat ditanya oleh seorang ibu mengenai kursus privat. Ia langsung menyetujui permintaan tersebut. Lama kelamaan muridnya terus bertambah. Selesai kuliah, Veny memberi privat di Kawasan Green Garden, Jakarta Kota dan lain-lain dengan menggunakan angkutan umum.
Tahun 1997, Veny berhasil menyelesaikan pendidikan. Ia sempat menjadi guru musik di lembaga kursus musik, tetapi mengundurkan diri dan memutuskan konsentrasi mengajar di tempat kursus sendiri sejak 1999. Kebetulan sebagian muridnya yang berjumlah sekitar 50 orang tinggal di Kawasan Kelapa Gading. Ia konsen mengajar di Kelapa Gading sampai akhirnya memiliki rumah di sana.
Setelah menikah, Veny memilih membuka privat di rumah. Ternyata, animo masyarakat tak berkurang. Bahkan muridnya mencapai lebih dari 100 orang. Ia mulai melakukan perekrutan dan menambah jenis kursus yaitu biola dan gitar.
Di tahun 2003, Veny tidak sengaja berhadapan dengan momen untuk mengajar anak difabel. Awalnya ia tidak memahami bagaimana mengajar anak berkebutuhan khusus. Namun dari pengalaman tersebut ia merasa terinspirasi untuk terus mendalami bidang itu. Seiring berjalannya waktu, Veny pun akhirnya mulai menarik perhatian lebih banyak siswa dengan berbagai kondisi, seperti Down Syndrome, ADHD, PDD-NOS, ataupun Asperger. Ia juga bersyukur memiliki dr. Centery, Sp.BS, adik tercinta, yang sering berdiskusi mengenai saraf-sarat dari murid-murid berkebutuhan khusus.
Veny memutuskan untuk fokus pada pendampingan perkembangan bakat musik anak-anak special needs. Bagi anak berkebutuhan khusus, dalam satu sesi pertemuan disarankan cukup 30 menit dan dalam seminggu satu kali pertemuan.
Selain untuk anak-anak berkebutuhan khusus, Veny juga membuka kelas reguler dan mengarahkan anak-anak yang memiliki kemampuan bagus untuk kuliah musik. Sementara anak-anak yang memiliki kemampuan baik, ia angkat sebagai asisten untuk mengajarkan anak-anak kelas pemula atau bagi yang memiliki passion dan kesabaran baik akan membantunya mengajar anak-anak berkebutuhan khusus.
“Anak-anak berkebutuhan khusus merupakan anak istimewa. Karena itu, untuk mengapresiasi mereka, saya membawa anak-anak ini tampil di konser nasional maupun internasional. Murid special needs 90% pasti mampu mengikuti ujian kelas internasional dan mengikuti konser piano nasional. Mereka juga pernah mengikuti konser internasional di Malaysia.”
Melihat siswanya tampil di atas panggung menjadi kebanggaan yang mengharukan. Salah satu pengalaman paling mengesankan adalah ketika seorang siswa Down Syndrome mampu tampil di depan banyak Menteri pada acara pembukaan mall. Melalui rangkaian pengalaman berharga dengan kemampuan bermain musik anak-anak berkebutuhan khusus, Veny berharap agar anak-anak berkebutuhan khusus bisa menghidupi diri sendiri melalui kemampuan bermain piano. Ia juga berharap semakin banyak guru musik yang tertarik untuk mengajar anak-anak dengan kebutuhan khusus. Veny percaya dengan kesabaran, ketekunan dan metode yang tepat, anak-anak berkebutuhan khusus dapat menggali dan memaksimalkan potensi yang dimiliki.