MajalahInspiratif.com, Jakarta – Karakter seorang anak terbentuk dari pendidikan dan pendampingan yang diberikan orang tua di usia dini. Selain itu, lingkungan terdekat akan memberikan pengaruh dan dukungan terhadap pemahaman anak terhadap sesuatu. Anak-anak akan lebih mudah mengadopsi dan melakukan apa yang diperhatikan. Begitulah yang juga diterapkan Puji Astuti, perempuan kelahiran Kulon Progo, 10 Mei 1980 yang merupakan pemilik dari Maliha Desserts, kepada buah hati tercinta. Menurut sosok yang akrab disapa Puji ini, sebagai seorang ibu ia lebih sering memberikan contoh baik kepada anak-anak dan memberikan pemahaman secara bijaksana jika ada hal-hal yang kurang tepat dilakukan.
“Kita lebih memberikan contoh kepada anak-anak jadi kalau saya ingin anak ini jadi seperti yang saya mau kita tidak bisa menuntut. Jadi orang tua itu harus mencontohkan misalnya anak-anak pulang ke rumah bawa kata-kata yang kasar atau kotor, di rumah akan saya tanyakan pernah tidak mendengar umi mengatakan seperti itu. Jadi kita lebih mencontohkan seperti meminta anak sholat, tapi kita tidak sholat bagaimana jadinya”
Dukungan dan Pendampingan. Ketika anak-anak masih berusia Sekolah Dasar, ibunda dari Nur Iffah Zakira Karimah (Kelas 5/Aliyah Ponpes Al Hassan Bekasi), Noor Yahya Ahnafush Shalihin (Kelas 9/Mts Ponpes Husnul Khatimah Kuningan), Nur Maliha Qonita Zahida (Kelas 1/Mutawasithah Putri Ponpes Imam Bukhari Solo) tidak pernah berhenti mendampingi selama belajar.
“Untuk pendampingan belajar, pasti saya selalu mendampingi anak-anak dalam belajar. Jadi anak pertama tidak pernah berhenti didampingi dan dikasih nasihat dari kecil. Lalu adiknya melihat kakaknya dan begitu seterusnya seperti sudah diduplikat atau dicontoh oleh adik-adiknya. Semakin besar, anak-anak mondok semua, jadi kita lebih banyak mendukung dan mendengarkan cerita mereka”
Sebagai orang tua, Puji berusaha memberikan dukungan terbaik kepada anak-anak. Ia tidak akan pernah memaksakan kehendak terhadap minat yang dimiliki anak, tetapi memberikan kebebasan yang bertanggung jawab agar anak-anak dapat mengekspresikan bakat dan minat yang dimiliki.
“Setelah kita dengarkan cerita mereka, kita doakan mudah-mudahan masing-masing dikasih jalan yang terbaik. Kalau untuk cita-cita yang spesifik itu tidak pernah kita paksakan karena yang kita harapkan ternyata meleset, tapi tidak apa-apa tidak masalah yang penting mereka diberikan jalur yang benar sesuai syariat dan tidak melanggar syariat”
Puji bersyukur selama anak-anak berada di Pondok Pesantren, anak-anak sudah mendapatkan pendampingan terbaik dan mengikuti sistem pendidikan yang berlaku dengan baik. Selama SMP memang tidak ada bimbingan khusus yang dilakukan karena anak-anak sudah memiliki jadwal jam belajar secara teratur yang diterapkan di pondok pesantren. Puji meyakini bahwa anak-anak menjadi lebih teratur dan terpantau dengan baik. Sedangkan Puji dan Noor Indah Wibowo Martono, suami tercinta yang berprofesi sebagai Construction Manager, harus menyesuaikan jadwal yang dimiliki anak-anak seperti menunggu jadwal telepon untuk saling berkomunikasi. Diceritakan Puji, ketika anaknya meraih suatu prestasi, ia dan suami menunggu jadwal telepon untuk mengungkapkan kebahagiaan.
“Karena jarak kita jauh, kita hubungi melalui telepon jika ada berita yang membanggakan. Nanti kalau sudah sampai rumah, kita buatkan puding special untuk anak-anak. Pernah juga kakaknya yang pertama karena sudah lulus 5 Juz, waktu itu kita kasih uang lalu uangnya digunakan untuk membeli kacamata sendiri. Sebagai orang tua, kami bangga apapun yang dicapai sama anak”
Selain jadwal rutin untuk berkomunikasi melalui telepon, Puji memiliki jadwal untuk menjenguk anak-anak secara bergantian setiap bulan. “Hampir setiap bulan kita jenguk masing-masing anak. Jadi setiap bulan kita tidak berkumpul satu keluarga, tapi kumpul bersama satu anak sesuai dengan jadwalnya”
Kualitas Waktu Bersama Keluarga. Rasa rindu untuk berkumpul dengan keluarga secara utuh termasuk ketiga anak-anak menjadi prioritas Puji untuk diwujudkan dalam kegiatan bersama. Kualitas waktu bersama keluarga merupakan prioritas yang tak tergantikan. Puji mengikuti waktu libur anak-anak tepatnya di bulan Desember dan moment Hari Raya.
“Moment kita berkumpul secara lengkap atau berlima di bulan Desember sama lebaran. Kebetulan orderan puding saya juga libur jadi kita bisa kumpul dengan lengkap dan saya juga bisa fokus sama anak-anak”
Kehangatan dan Kemandirian. Lulusan Sarjana Akuntansi yang hobi memasak ini bersyukur memiliki anak-anak yang mandiri dan memberikan kehangatan kepada orang tuanya. Hal ini dibuktikan ketika anak-anak berada di rumah, mereka selalu sigap dan cepat dalam membantu pekerjaan rumah.
“Seperti di bulan puasa, saya tidak pernah menyiapkan lauk dan tidak pernah masak nasi. Justru malah disiapkan anak-anak tanpa diminta. Ini yang membuat saya kangen sekali. Saya bangunkan anak-anak untuk sahur, lalu saya tinggal sebentar untuk sholat dan anak-anak ternyata sudah bergotong royong menyiapkan makanan makanan untuk sahur”
Target dan Rencana 2024. Puji yang menyandang profesi sebagai entrepreneur memiliki target dan rencana untuk mengembangkan bisnis. Ia mulai dengan membuka kursus online dan merenovasi rumah agar dapat digunakan untuk outlet. Puji juga memiliki impian besar untuk mengumrohkan karyawann dan impiannya ini sudah disetujui oleh suaminya.
“Insya Allah tahun ini dari hasil puding bisa mengumrohkan karyawan. Untuk anak-anak saya menunggu penyelesaian juz selanjutnya dan harapannya anak-anak bisa tumbuh menjadi anak yang sholeh dan sholehah serta nanti bisa dapat bermanfaat untuk ummat”