MajalahInspiratif.com, Jakarta – Citarasa kuliner yang menggugah selera akan menyisakan rindu terdalam bagi penikmatnya. Sajian unik dengan perpaduan menu menarik pastinya tak akan mudah membuat penggemarnya bosan untuk datang kembali. Begitulah sebagian dari kenyamanan yang diusung Nina Agustina Indrayanti dalam mengembangkan bisnis kulinernya. Perempuan kelahiran Jakarta, 9 Agustus, yang akrab disapa Nina ini, merintis resto Burasa, yang mengangakat citarasa makanan khas Makassar. Sesuatu yang cukup menantang, pasalnya Nina asli orang Jawa yang berani mengangkat kuliner khas Makassar dengan rasa pedas dan menggugah selera.
“Saya aslinya orang Jawa, tidak angkat masakan Jawa karena orang Indonesia sukanya pedas. Saya juga sudah ada bakat memasak dari Mama untuk memasak karena sebelumnya Mama mewariskan bisnis food and beverage. Tapi waktu itu saya masih kerja dan tidak berpikir soal resep makanan. Sampai akhirnya Mama meninggal tahun 2009 dan saya berani terjun di bisnis kuliner tahun 2014 dengan membuka Warung Jengkol, lalu di tahun 2022 kami rebranding menjadi Burasa. Mengangkat restaurant Makassar, dengan Coto Makassar dan Sop Konro sebagai menu andalan. Karena kebetulan saya punya keluarga yang bisa membuat masakan Makassar, jadi mereka sudah punya warisan bumbu dan saya belajar.”
Nina memutuskan untuk membuat warung jengkol dengan tantangan yang tidak mudah. Banyak konsumen merasa takut jika mengonsumsi jengkol karena aromanya. Padahal Nina menghadirkan menu jengkol yang tidak bau. Namun Nina menyadari ia harus memperhatikan pasar, meskipun ia terpikir untuk idealis mengangkat Warung Jengkol. Banyak esensi yang membuatnya berpikir ulang apalagi konsumen seringkali datang ke restoran tidak untuk menikmati jengkol.
“Mereka makan ikan, ayam dan menu lain. Jadi jengkolnya sedikit dan pasarnya tidak dapat. Karena pembelinya datang ke restoran ini tidak makan jengkol, tetapi makan ikan dan ayam. Buat saya menu jengkol menu unik, tapi kalau hanya sedikit saya berpikir ulang. Akhirnya ide branding ulang dengan konsep baru dimulai Februari 2022. Warung Jengkol sendiri berdiri tahun 2017, lalu ada pandemi dan semua bisnis terdampak. Akhirnya kami juga mengalami penurunan.”
Penikmat sport dan traveling ini berekspansi menghadapi tantangan jumlah pengunjung yang kurang memuaskan dengan mengusung masakan makassar. Kebetulan Mertua dari adiknya memiliki resep warisan yang autentik dan terkenal di Makassar. Menurut Nina, setiap restoran pasti menghadirkan rasa dan menu yang berbeda serta tidak ada ciri khas rasa yang sama. Ini menjadi keunikan dan tidak akan tergantikan. Selain itu, sebagai pengusaha ia berusaha menghadirkan tempat yang nyaman dan memberikan promosi kekinian dengan promosi sosial media.
“Dengan target market yang berbeda dan konsumen berbeda seperti itu, maka kita ikut memanfaatkan sosial media dan digital. Misalnya waktu promosi awal kita dikson 10% dengan mengangkat menu Coto Makassar, Sop Konro dan Konro Bakar. Kita hadirkan juga ikan Makassar seperti Ikan Bumbu 2 Rasa, Ikan Parape dan Rica. Makassar kaya dengan rempah-rempah, jadi kuahnya ada jahe, lengkuas dan kunyit.
Selain masakan Makassar, Nina berani berinovasi dengan meluncurkan kopi, tetapi tetap menonjolkan makanan khas daerah. Nina berharap anak-anak muda yang menikmati kopi dapat merasakan makanan daerah dengan situasi dan tempat kekinian. Akhirnya konsumen akan suka dengan perpaduan kuliner Nusantara dan kopi yang dibuat kekinian.
Utamakan Standarisasi Rasa. Standardisasi rasa, bagi Nina menjadi hal utama ditambah kualitas bahan dan cara memasak. Sebelum proses memasak, ia memperhatikan dengan baik dan menyiapkan bumbu, sehingga selalu ready sewaktu akan memasak dan konsumen akan terpuaskan dengan mendapatkan makanan dengan cepat.
Target market yang disasar Nina bervariasi. Ia berharap dapat menyasar semua umur seperti keluarga dan pekerja dengan usia dua puluh tahun ke atas. Ia juga menawarkan paket murah untuk menambah ketertarikan pasar. Tak ketinggalan Nina menghadirkan menu varian baru yang disesuaikan dengan trik promosi dan juga camilan untuk mempermanis menu seperti Perkedel Jagung, Pisang Ijo, Snack Singkong dan Donat.
“Kita terus menghadirkan varian baru atau yang biasanya ada Rica dibuat Bumbu Dabu atau Sambal Kacang seperti itu. Jadi orang datang dan terus ada pilihan baru. Tapi tetap intinya tetap ke Nusantara. Buat saya orang akan cari makanan untuk hari-hari dan makanan kekinian. Jadi kalau mau terus ada di bisnis ini, setiap hari berusaha menghadirkan makanan yang unik dengan citarasa yang lezat.”
Hadapi Tantangan di Era Digital. Istri dari Alvin Teguh, seorang pebisnis, menyadari banyak tantangan yang harus dihadapi khususnya di era digital. Semuanya serba cepat, inovatif, persaingan kian sengit, serta mulai banyak tantangan dan rintangan.
“Pasti di era digital sekarang kendalanya adalah semuanya menuntut serba cepat, inovatif, persaingannya juga mulai banyak, tantangan dan rintangannya pasti. Gimana kita terus eksis di tengah-tengah masyarakat yang persaingannya ketat karena banyak pemain baru. Gimana kita bisa eksistensi sekarang dan mengeluarkan menu baru yang bisa diterima dengan harga yang ramah di kantong.”
Harapan dan Impian. Nina memiliki harapan agar bisnis yang dihadirkan dapat masuk ke semua kalangan dan mengenalkan makanan daerah dengan tempat kekinian di era digital. Restoran yang dibuat senyaman mungkin dengan harga yang tidak menguras kantong.
“Saya ingin makanan yang bisa masuk di semua kalangan dan mengenalkan makanan daerah dengan tempat kekinian di era digital yang instagramable, makanan unik tapi makanan Indonesia masih diingini. Dibuat senyaman mungkin, murah, orang juga menjadi nyaman.”
Pesan untuk Perempuan Indonesia. Sebagai perempuan, ditekankan Nina, harus mau belajar. Jika tidak berani belajar, maka akan ketinggalan. Belajar dan berani menghadapi perubahan agar tetap tangguh di tengah persaingan yang ada.
“Kalau tidak mau terus belajar kita bisa ketinggalan. Jadi makanya saya tipe suka tradisional, gimana saya bisa tradisional tapi bisa diterima. Saat ini harus belajar di era serba cepat dan inovatif. Kita harus berpikir strategi yang diciptakan pakai online seperti melalui sosial media, antara lain Intagram, Tiktok, dan terus mau belajar dari kompetitor. Kita tidak bisa idealis, jadi terus belajar yang mau kita kembangkan.”