MajalahInspiratif.com, Jakarta – Kemandirian yang tertanam dalam diri Luh Asri Martani sejak belia, sanggup membentuk karakter struggle dalam dirinya. Sejak usia sekolah, ia bahkan menyisihkan waktu untuk memberikan les bahasa inggris kepada anak- anak yang kurang mampu, membuat pembawaannya kian bijak dan menjadi pribadi yang mampu dalam memecahkan masalah. Sehingga ketika ditinggal wafat sang Ayah di usia muda, perempuan asal Bali ini pun mampu memutuskan hal yang terbaik dari harta peninggalan mendiang. “Karena ibu saya hanya IRT biasa, akhirnya saya berpikir bagaimana caranya agar warisan peninggalan ayah saya tidak habis untuk biaya hidup kami sehari-hari. Karena bagaimana pun perjalanan hidup masih panjang. Selain itu saya masih menempuh kuliah semester awal, dimana ketiga adik saya juga masih bersekolah,” kenang perempuan kelahiran Sidoarjo ini.
Dari Toko Klontong ke Minimarket. Demi mengejar goals agar harta warisan ayahnya bisa menghasilkan uang kembali, Asri memutuskan untuk membuka beberapa usaha, yakni toko kelontong, toko sembako, kos-kosan dan fotocopy. Ia pun banyak membantu ibunya dalam mengelola dan mengembangkan bisnis-bisnis tersebut hingga terus bertumbuh. Namun, setelah dipersunting oleh dr. Anak Agung Gde Yuda Asmara,Sp.OT(K) dan memiliki 3 orang anak, yakni Gung Yuri, Gung Anom, dan Jung Hana. Asri yang juga berprofesi sebagai guru Lab Komputer di salah satu SMA Negeri di Bali ini, sempat ikut sang suami melanjutkan pendidikan spesialis di Jakarta. Sehingga, ia tidak terlalu fokus mengontrol toko.
“Untuk toko klontong dalam perjalanannya berkembang pesat, ibu saya bahkan mempercayakan pengelolaannya kepada seorang manager. Tetapi ternyata manager yang dipekerjakan Ibu tidak amanah. Dia melakukan wan prestasi terhadap manajemen pengelolaan toko. Nah karena kebetulan latar belakang saya sebagai Sarjana Pendidikan Ekonomi, akhirnya saya putuskan untuk menghandel toko tersebut,” runut Asri.
Di saat yang sama, jaringan bisnis retail mulai bertumbuh dengan masif saat itu, membuat Asri berpikir untuk mengubah toko kolontongnya menjadi toko modern yang memiliki sistem. “Kalau hanya toko kelontong sepertinya sulit berkembang, akhirnya saya ciptakan brand minimarket baru, yakni Toko HePPY. Jadi semua sistem diperbaharui, menggunakan teknologi yang lebih praktis dan efisien. Semuanya saya modernisasi, mulai dari pegawai yang mengenakan seragam hingga pengawasan lewat CCTV. Dengan jam operasional 24 jam non stop, minimarket lokal ini lumayan sukses. Beberapa waktu kemudian saya sudah bisa buka cabang,” terangnya.
Sayang, di toko kedua penjualan Toko HePPY kurang begitu bagus, bahkan untuk operasional harus subsidi dari toko pertama. Tak ingin terus menggerogoti toko pertama, Asri memutuskan untuk menutup cabang tersebut.
“Setelah kegagalan tersebut, saya mencoba belajar lagi tentang business planning secara otodidak dan menutup bisnis fotocopy agar bisa fokus ke minimarket. Kemudian saya cari lokasi kedua dan boom sekali, karena sudah dapat alurnya dan menyelami tentang bisnis minimarket. Sekarang Toko HePPY sudah berkembang dengan 5 outlet tanpa hutang dan semuanya lancar,” tutur Asri, bangga.
Unggulkan Pelayanan. Meski waralaba minimarket begitu menjamur di Bali dan berani memberikan penawaran harga yang lebih murah, namun Asri tak gentar. Ia menyakini jika Toko HePPy memiliki keunggulan yang mampu menarik customer lebih loyal. Salah satunya dengan mengedepankan pelayanan prima. Agar pelayanan tersebut bisa dijalankan para karyawan dengan baik, Asri berupaya untuk memperlakukan mereka sebaik mungkin layaknya keluarga. “Saya berprinsip kalau kita menghargai mereka dan membuat mereka nyaman bekerja, maka lebih mudah bagi saya untuk mengatur. Dan staf pun dilatih untuk melayani konsumen, mereka menjadi lebih ramah dan sigap,” tambahnya.
Ditekankan Asri, ia juga berusaha meminimalisir kehilangan barang yang bisa membebani karyawan. Salah satunya dengan meniadakan gudang, sehingga tiap supplier datang langsung ke masing-masing outlet Toko HePPY. Kemudian barang diterima langsung oleh karyawan itu sendiri untuk di cek list dengan sistem dan kemudian didisplay, serta kepala toko tiap outlet segera menginput stoknya di sistem input barang.
“Ketika controlling, saya cukup cross-chek ke masing-masing divisi di tiap toko dengan metode switch antar outlet. Cara tersebut selain meminimalisir ongkos tranport, juga meminimalisir jumlah kehilangan barang. Karena kejadian adanya barang yang hilang itu sering kali bukan karena ditilep oleh karyawan di toko, tapi juga karena sistem ataupun human error saat menginput jumlah barang mulai dari gudang hingga ke outlet. Oleh sebab itu ketika karyawan paham alur dalam penerimaan barang, mereka tidak akan khawatir dan bersedia bertanggung jawab jika ada barang yang hilang. Sehingga meski salary yang mereka terima hanya UMR tapi mereka juga tidak beban dan nyaman bekerja. Karena jikapun ada kehilangan barang, nominalnya tidak banyak, karena sistemnya jelas,” tekan Asri.
Ekspansi Bisnis. Munculnya brand- brand skincare baru mendorong Asri untuk menjalani ekspansi bisnis di bidang tersebut. Apalagi, ia memiliki suami yang berprofesi sebagai dokter dan sedikit banyak mengetahui tentang kesehatan kulit. Namun, agar bisa masuk ke semua pengguna brand skincare, Asri memilih skincare additional berupa Sheet Mask berlabel HIMAGlow. “Untuk sementara penjualan offline masih terbatas, hanya dijual di semua outlet Toko HePPY dan beberapa toko milik kolega .. Sedangkan untuk Online sudah bisa menjangkau sekitar Jawa dan Bali,” ujar perempuan yang juga menekuni karier sebagai konsultan minimarket ini.
Kemampuan Bisnis. Kesanggupan Asri dalam mengelola warisan sang ayah tidak bisa lepas dari kemauan besarnya untuk belajar. Hingga kini, ia bahkan selalu meng-upgrade kemampuan diri sesuai perkembangan zaman.
“Profesi sebagai guru Laboratorium Komputer di salah satu SMA Negeri di Bali, memudahkan saya belajar hal baru. Jadi saya cukup mengikuti perkembangan teknologi yang sejalan dengan hobi saya yang gemar berjualan dan mengajar. Ada kebanggan tersendiri ketika kita bisa belajar membangun brand bisnis baru yang mampu membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang,” katanya.
Untuk itu, tiap kali menjadi pembicara dalam suatu seminar yang mengangkat tema tentang wanita, Asri selalu mengajak mereka untuk menjadi pribadi mandiri. “Tugas kita sebagai perempuan itu banyak dan dituntut untuk perfect. Tetapi setidaknya wanita harus punya literasi finansial yang mumpuni. Karena kita tidak pernah tahu hal apa yang menimpa kita kedepan. Satu hal yang harus diingat, di setiap situasi yang sulit pasti ada hal yang baik. Jika dulu saya sangat bersedih karena ayah saya dipanggil oleh-NYA begitu cepat, tapi nyatanya dengan berserah dan ikhlas justru Yang Maha Kuasa memberikan saya jalan terbaik sehingga membawa saya menjadi seperti sekarang,” pungkasnya. Laili