MajalahInspiratif.com, Jakarta – Panggilan hati yang mulia mendorong Julia Putri Noor mendirikan Yayasan Jendela Pendidikan Nusantara yang bergerak di bidang pemerhati pendidikan dan anak. Beberapa program dijalankan seperti Program “Chexagon regal harmont & blaine outlet shop online geox saldi uomo negozi tata scarpe geox saldi 2023 marella 365 saldi negozi geox piu vicino marella saldi 2023 outlet geox spaccio and negozi and camicie catalogo negozio harmont e blaine tata store negozi and negozi tata egah Didik Dampingi“ yang meraih kesuksesan membanggakan.
Kepedulian sosial terhadap anak-anak dan pendidikan tumbuh dalam diri Julia Putri Noor saat suami tercinta, Ridwan Daali, S.E. meninggalkan dirinya menghadap Sang Khalik. Ia pun menjadi single mom bagi buah hatinya, Nabila Tsana Amarly, Nadifa Tsarwa Amarly, Nabih Zhaffar Amarly, Noorizas Nadewa Jenar Rabbani dan kedua anak sambungnya Nurwahid Saputra dan Fahri Ridwan.
Julia terinspirasi mendirikan yayasan sosial yang memberikan perhatian pada pendidikan anak-anak karena melihat banyak anak-anak di lingkungan masyarakat yang kondisinya begitu memprihatinkan. “Saat itu saya sebagai single parent membuat saya merasa bertanggung jawab terhadap masa depan anak-anak. Saya tidak mau anak-anak saya kurang mendapat perhatian dan edukasi di lingkungan sosial, sehingga saya memulai langkah saya di bidang sosial,” terangnya.
Julia juga terinspirasi dari Oma-nya yang juga seorang organisator dan pendidik. Kakeknya juga organisastor dan pejuang. “Secara tidak sadar saya mewarisi kedua bakat Kakek dan Oma yang berjuang dan menjadi pendidik,” kenangnya.
Panggilan hati memantapkan niat Julia terjun di bidang sosial dengan mengawali membuat wadah sosial bernama Duniaku. Tujuannya memberikan edukasi kepada anak dan ibu terkait segala hal yang mengancam masa depan anak dan memberikan perhatian kepada anak-anak berbakat dan multitalenta,” terang Julia.
Sebelumnya, Julia berkarier sebagai Sekretaris Pimpinan Cabang salah satu bank di Kota Makassar. Ia kemudian hijrah ke Jakarta dan tetap menjalankan aktivitasnya sebagai pemerhati anak dan pendidikan anak. “Di Jakarta saya membentuk Yayasan Jendela Pendidikan Nusantara (JPN) berawal dari Yogyakarta saat saya menjadi Caleg Dapil Yogyakarta,” jelas lulusan Magister Administrasi Publik kelahiran Makassar, 28 Juli ini.
Saat itu Julia menjalankan misi sosial dengan mendidik dan mendampingi anak-anak tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), memberikan bantuan mainan edukatif untuk anak-anak PAUD dan Program Parenting kepada para orang tua murid. “Misi sosial yayasan ini terus berjalan hingga hari ini sudah 10 tahun dan berkembang lebih luas. Kami menyapa dari TK sampai Kampus, bahkan sekarang sudah masuk ke kalangan Majelis Taklim untuk memberikan pencerahan dan sosialisasi kepada para ibu terkait dampak negatif media gadget dan masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),” papar Julia.
Selama menjalankan misi sosialnya, Julia melihat dunia pendidikan di Indonesia masih banyak kekurangan. Ia menilai di Indonesia hanya fokus pada materi pendidikan kurikulum tapi tidak fokus pada pendidikan karakter dan soft skill.
“Sementara saat ini kita sudah dalam tahap darurat akhlak, moral dan etika. Saya berharap ke depan Pemerintah memberikan perhatian dan anggaran yang cukup buat pengembangan kualitas karakter SDM di Indonesia,” tandas wanita yang hobi menulis dan membaca ini.
Menurut Julia, orang tua seharusnya tidak menyerahkan anak pada dunia pendidikan sepenuhnya dan tidak memberikan uang secara berlebihan sebagai bentuk kasih sayang dan perhatian. “Yang dibutuhkan anak adalah komunikasi dan anak butuh rangkulan. Orang tua suka takut menghukum anak dan ada juga yang terlalu keras pada anak. Bagi saya menghukum anak harus dilakukan juga agar anak punya respect dan rasa hormat. Kasih sayang juga tidak selalu harus dengan lemah lembut. Perlu sesekali ketegasan. Anak pun harus diberikan apresiasi dan pujian. Anak juga harus diberikan ruang berekspresi dengan cita-cita dan impian mereka,” imbaunya.
Julia melihat orang tua saat ini banyak yang mendidik anak-anak berbeda jauh dengan cara mendidik yang dilakukan orang tua zaman dulu. “Orang tua dulu tak segan marah dan memberikan hukuman pada anak yang membuat anak kuat. Sekarang anak-anak ada di zona nyaman sehingga anak kurang kuat mental menghadapi permasalahan kehidupan dan anak-anak lebih berpikir sukses adalah kekayaan dan kemewahan, tidak mengutamakan kesederhanaan dan empati,” terangnya.
Dalam mengembangkan yayasan sosial JPN yang bergerak di bidang pemerhati pendidikan dan anak ini, Julia melakukan banyak program dan terobosan. Salah satunya ia mengajak beberapa rekannya ikut membuat gerakan sedekah ilmu wakaf waktu, untuk Program “Cegah Didik Dampingi.“ Gerakan ini berjalan sukses bahkan mendapat penghargaan dan beberapa award.
“Saya sebagai Founder dan penggerak sosial mendapat award termasuk dari Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (IPEMI). Saya juga melakukan kerja sama di beberapa kampus untuk Program Character Building. JPN terbentuk di beberapa wilayah di Indonesia. JPN juga sudah sering masuk ke pemberitaan dan panggilan podcast. Terobosan lain di bidang pendidikan adalah membuat para guru mengajar dengan menggunakan cinta, harus berdasarkan hati dan tidak sekadar mengajar,” ujar wanita yang juga menjabat Ketua Umum Asosiasi Lembaga Peningkatan Kapasitas SDM Indonesia ini.